Sebuah peran tersembunyi yang menyimpan pedih seorang diri; Arion.
.
.
.
.
Happy reading
.
.
.
.Siang ini di sebuah ruang kelas kampus dengan para manusianya yang berhamburan keluar karena usainya mata kuliah. Entah setelah ini apakah mereka akan pulang atau menikmati waktu untuk lupa sejenak dengan rumitnya tugas tadi. Sekedar berkumpul dan bermain.
Tapi sepertinya tidak untuk seorang Arion Carren yang sudah terburu-buru melangkah menuju ruang rapat Himpunan Mahasiswa ini. Telat 2 menit apakah akan berpengaruh?
Arion membuka cepat pintu dengan nafas ngos-ngosan dan melihat ke dalam dimana semua anggota sudah duduk dengan manisnya. Yang ternyata rapat belum dimulai. Tapi tatapan mata Barren di ujung sana sudah menjelaskan semua kepada Arion.
"Tumben Ri, telat. Gua kira lu anterin Nikita pulang dulu." Celetuk dari seorang pria dengan rambut berantakan dan kacamatanya. Erik memang senang memancing.
"Cepet banget nganterin Nikita terus balik kesini?" Barren langsung menyambar. Satu ruangan sebenarnya juga tahu, terlambat adalah hal paling memuakkan apalagi karena alasan mengantarkan seseorang tanpa urusan penting.
Dan satu ruangan juga sudah tahu, Barren paling kesal jika yang terlambat adalah Arion, wakilnya sendiri. Arion mengelap keringat di lehernya dan asal menarik kursi untuk duduknya.
"Ga usah kemakan pancingan Erik bisa ga sih lo? Gua habis ada urusan sama Dosen makanya telat kesini. Telat dua menit doang berasa telat dua tahun." Balas Arion dengan decakan malas. Sementara Erik diujung sana sudah dicubit oleh Gina karena sudah melayangkan pancingan keributan.
"Beneran bukan anterin mantan lo?"
Arion mau hantam Barren ditempat langsung tapi akal sehatnya lebih dominan sekarang untuk tidak marah-marah di depan anggota dan jajaran lainnya.
"Lu mau mulai rapat atau terus nuduh gua?"
Barren berdehem dan dengan begitu dimulai sudah rapat yang sudah dijadwalkan.
.
.
.
.Aerei menghembuskan nafas lelahnya. Hari ini ia kembali bersekolah setelah keadaan menjadi normal. Orangtuanya sudah bicara dengan pihak sekolah.
Klub penyiaran sekolah juga sudah membuat klarifikasi tapi tetap saja. Tiga orang ini masih berkeliaran bebas diluar sana. Kenapa tidak melapor? Karena keberadaan Mita saja ia tidak tahu dimana.
"Bengong aja, mau nyobain roti gua ga?" Tawar Axell yang tiba-tiba duduk disampingnya. Oh iya Aerei sebenarnya ada dan duduk di bangku taman samping lapangan sekolah. Menonton kelas lain berolahraga sementara kelasnya jam kosong.
Melihat roti di tangan Axell, Aerei langsung mengerutkan dahinya. "Gepeng rotinya?lu apain?"
Axell langsung geleng kepala dramatis. "Tidak sayang, tidak! Ini tuh roti dari Isekai, makanya gepeng. Ayo makan, siapa tau kamu bisa masuk Isekai buat ketemu Kambe."
Aerei sebenarnya curiga. Mau dikatakan apa lagi dari ujung sekolah sampai ujung lagi juga semua tahu modelan Axell itu jangan terlalu dipercaya. "Cius kamu?"
"He'em.." katanya sambil angguk-angguk kepala. Baru saja Aerei mau percaya tapi tiba-tiba Eden datang. "Jangan Re, itu habis kena cipok pantatnya makanya gepeng."
"Apaan sih! Ga usah fitnah! Kan ga sengaja!"
"Berarti beneran habis kedudukan?"
Axell tanpa sadar keceplosan dan langsung menggigit bibirnya kesal ke arah Eden. "Ya elah, kedudukan doang ga gue apa-apain lagian masih ke bungkus itu." Yaudah lah, udah ketahuan mah bablas aja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Turu Sengklek (TTS)
Novela JuvenilHidup itu mudah, mudah-mudahan ga masuk RSJ. Ini cuma kisah receh nan klasik dari tiga sahabat yang sama-sama suka tidur dan punya sikap aneh. Eden yang sudah merasa dirinya aneh dipertemukan dengan Axell si wibu berkelakuan buaya yang otaknya sek...