14

30 11 1
                                    

"Seberapa kotornya kamu kemarin, seberapa sekaratnya kamu kemarin, hari ini kamu berdiri tegak, ini tidak berarti kamu menjadi rusak, ini berarti kamu memang mampu bertahan."

.
.
.
.

Happy reading

.
.
.
.

"Axell, kebetulan ini tadi gua beli kelebihan. Lu mau gak? Kita habis upacara pasti haus banget kan." Tiba-tiba Shafira datang mencolek bahunya Axell yang hendak mengambil minuman dingin di kulkas kantin.

"Gratis?"

Shafira mengangguk, tanpa banyak alasan Axell langsung mengambilnya dan berterimakasih. "Habis ini kelas kamu mata pelajaran pertamanya apa?" Axell terdiam sebentar mengingat-ingat.

"Inggris kalau ga salah, dua jam aja habis itu mapel apa gua udah lupa."

Ya emang gitu Axell mah, yang penting bawa buku aja urutan mapelnya dia mah bomat. Baru saja Shafira mau membuka mulut lagi untuk bertanya tapi Axell sudah meninggalkannya menghampiri kedua temannya.

"Yuk ke kelas!" Axell merangkul pundak Eden dan menarik lengan Aerei. Tak sedikit pasang mata yang curi-curi pandang saat ketiganya berjalan. Beberapa memang kenal, tiga orang dengan sifat yang berbeda itu nyatanya punya satu humor yang sama.

Tapi sepertinya tatapan mata saat ini bertambah banyak diselingi bisikan-bisikan yang membuat salah satu dari ketiganya kurang nyaman. "Ini gua doang yang merasa atau lagi pada ngomongin kita?" Tanya Eden kepada Axell. Axell mengangkat bahunya tak acuh, "entah, peduli amat."

Cuek... Lantas memilih masuk ke kelas. Selang empat menit tepat sekali Miss Nikita menampakkan dirinya yang membuat pelajaran langsung dimulai.

Sebenarnya nih ya sebenarnya mapel bahasa inggris adalah mapel kesukaan Axell dan Aerei karena setidaknya ini mapel yang tidak perlu perhitungan. Namun mereka harus kecewa sedikit karena nyatanya Miss Nikita memakai aksen British. Susah paham, seringnya jadi ngangngong, planga-plongo.

Untungnya saja Miss Nikita adalah tipe guru yang masuk ke kelas, kasih penjelasan sedikit, kasih tugas, habis itu ga balik lagi sampai jam mapel habis.

Keadaan kelas saat itu tengah ramai menunggu guru selanjutnya datang mengisi jadwal sampai terdengar suara ketukan dari luar. Keadaan kelas langsung hening sejenak melihat siapa yang datang. "Oh kamu.. cari siapa?" Iko, si ketua kelas langsung mengenali bahwa yang datang adalah seorang anggota osis.

"Aerei Aquino, dipanggil Bu Titi ke ruangannya sekarang."

Di bangku belakang, Aerei langsung merasa tegang dan takut. Ada apa? Mengapa Guru konseling memanggil dirinya? Satu kelas langsung menoleh ke bangkunya dengan berbagai macam tatapan. Ada yang berbisik, ada yang tertawa sinis dan ada juga yang menatap penasaran.

"Mau gue temenin?" Tawar Axell namun Iko di bangkunya menyela, "bentar lagi Bu Farida dateng, ga usah bolos."

Axell dan Eden tidak bisa tidak kesal dengan perkataan Iko. Mereka tetap mau ikuti Aerei, belum sempat mereka bangun Aerei sudah menahan. "Ga apa, gua aja." Aerei tersenyum tipis walau dalam hatinya tidak tenang.

Ada sebuah perasaan tidak enak menghinggapi hatinya.

Pas setelah Aerei keluar dengan anak OSIS itu, Adira langsung bangun dan mendatangi kumpulan anak cewek yang bergosip di belakang. Sampai salah satu dari mereka mendatangi Eden dan Axell.

"Gua kasihan ngeliat kalian planga-plongo ga tau berita apa-apa." Cewek itu dengan name tag Andrea berkata dengan tangan terlipat di dada. Sebuah keangkuhan yang terpancar dari bagaimana caranya menatap.

Tiga Turu Sengklek (TTS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang