18

26 6 2
                                    

"Maaf ya kalau aku kasar, soalnya aku bukan makhluk halus." —Eden.
.
.
.
.
Happy reading
.
.
.
.

"Eh pantat monyet! Sejak kapan lo deket sama Nasya hah?!"

Axell yang mendengar pertanyaan atau mungkin sebuah tuduhan dari Eden pun planga-plongo. Telunjuk kirinya menunjuk ke wajahnya, "Gue?"

"Terus menurut lo gua nanya sama setan dari tadi?wah iya emang lo kan setan!" Balas Eden lebih kesal. Axell berdiri dari sofa dan menahan pundak Eden yang maju-maju hendak melakukan sesuatu dengan kepalan tangan dibalik punggungnya.

"Wesss sabar mas bro! Gua bisa jelasin!"

Harusnya mah ga usah heran, ga usah sewot dan ga usah bingung kalau seorang Axell gandeng cewek lain lagi. Kan emang begitu tabiatnya nih pantat monyet satu.

"Kok lo kesel man! Tumbenan banget, suka lo sama Nasya?!"

BUGH!!!!

Sampai nengok ke samping wajahnya Axell sebab ditonjok kencang oleh Eden. Ya beginilah bunda-bunda sekalian kalau titisan banteng keluar tanduknya. Alias kagak ada rem itu tangan.

"Buset dah! Aset dunia gua!" Axell meringis meraba pipinya yang seketika kebas akibat tenaga banteng dari tangannya Eden.

"Ya kalau ga suka mah santai aja kali man, ga usah lo kayak gini."

Eden makin sinis tak ada rasa bersalah atas kelakuannya tadi, mohon jangan ditiru tapi kalau teman kalian modelan Axell mungkin bisa dirundingkan dahulu.

"Kan gua deketin Nasya karena mau ngulik Informasi perkara Ere kemarin..."

"Ga usah bawa-bawa Ere!"

Modus mah ya modus aja gitu pikirannya Eden, make bawa-bawa Ere segala. Makin cemberut lah Axell dengan perangai Eden. Ketegangan diantara keduanya mereda karena suara dering ponsel mengalihkan fokus Eden.

Melangkah mundur dari Axell, Eden mengangkat panggilan di teleponnya. Engga lama Eden mengakhiri teleponnya dengan seseorang dilain tempat itu.

"Dari Edi ya?"

Eden (⁠눈⁠‸⁠눈⁠)

Axell (⁠*⁠´⁠ω⁠`⁠*⁠)

"Berani lo sebut nama ad---"

Omongannya Eden terpotong kala suara ketukan pintu terdengar. Siapa coba yang bertamu malam-malam?apa ia sudah lolos dari penjagaan satpam di depan kosan Madam Halimah ini? Atau jangan-jangan dia pake orang dalam?

Takut-takut maling keduanya berjaga-jaga mengambil gagang sapu dan tongkat dari gudang sementara ketukan semakin kencang. Mengendap-endap keduanya berjalan menuju pintu.

"Lo siap?" Eden bertanya dan Axell mengangguk. Siap membuka pintu dan menggibeng si misterius ini. Agak dramatis tapi ini wajar soalnya Madam Halimah ga beritahu mereka perihal yang datang. Biasanya malam begini kalau bukan orang dalam, Madam jarang mau terima tamu.

"Dalam hitungan 1....2...."

"WOYY LAMA AMAYYY SIHH, KENYAMUKAN NIH AKU!!!"

Lah... Si Ere rupanya.

Eden dan Axell gercep melempar jauh dua barang merembet senjata itu dan membukakan pintu untuk si Aerei. Terpampang jelas siapa pelaku pengetuk pintu sedari tadi.

"Malem-malem kesini?ngapain woy?sama siapa?naik apa?udah izin apa belum?" Pertanyaan merembet dari si Axell sambil memegang erat pundak Aerei, mengeceknya dari atas sampai bawah dari belakang sampai depan takut ada yang kurang atau takut ada yang nempel dari jalan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tiga Turu Sengklek (TTS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang