04

40 9 0
                                    

Ini sekilas tentang Dunia Barren

.
.
.
.

Happy reading

.
.
.
.

"Jangan kepikiran buat keluyuran Aerei, Mama dan Abang tetep pantau kamu. Terutama abang.."

Aerei menghela nafas panjang nan berat, ini adalah hal yang tidak ia suka ketika orangtuanya pergi ke rumah saudara yang berbeda kota lalu ia ditinggal berdua saja dengan Barren. Sendiri di rumah adalah hal menyenangkan, tidak sampai Barren yang mulai mengaturnya.

Aerei fokus kembali pada ponsel di telinganya. Kalau terus diam bisa-bisa mama mengira dia ketiduran. "Iya ma, ga punya duit aku juga mau main kemana."

"Nah itu kamu minta uang atau makan ke Abang."

"Dateng ke kampusnya gitu?ih males banget."

"Mau uang ga?mau makan ga?"

"Ya mau lah ma!"

"Nah yaudah itu berjuang, naik Transjakarta aja. Yaudah ya bye anak mama."

Mama langsung sepihak memutuskan sambungan meninggalkan Aerei yang masih dengan protesnya. Aerei paling anti sebenarnya mendatangi kampus Barren, ini bukan salah kampusnya tapi ini salah kepopuleran Abangnya.

"Habis dari sekolah mau langsung pulang Re?" Tanya Eden yang sudah siap-siap di motornya kalau Axell kebetulan memang masih di sekolah karena harus berkumpul dengan anggota ekskulnya.

"Engga, mau ke kampus abang gue dulu minta uang sama katanya mau nitip sesuatu dia."

"Mau gua anterin?" Tawar Eden, sadar Eden tuh bahwa si Kinyil tidak dalam semangatnya. Terakhir kali Eden ingat Aerei pernah bercerita datang ke kampus Barren malah menjadi bulan-bulanan se fakultas alias itu warga kampus kagak percaya Barren yang galak kek badak punya adek kek anak kucing.

"Gapapa ga usah, lagian lu mau ada keperluan sama Edith kan? Ga usah nanti malah lama. Jauh kan.."

"Yang benul kamu ga mau aku anterin?" Tawar Eden sekali lagi memakai helmnya. Aerei tersenyum kepaksa. "Benul lah."

Yowis akhirnya motor Eden pergi dari hadapannya. Sekarang misi Aerei adalah berjalan kaki menuju Halte. Kalau naik Transjakarta menuju halte kampus itu paling makan waktu 25 menitan. Setelah duduk santai di Transjakarta, Aerei menghubungi Abangnya itu bahwa dia sedang dalam perjalanan.

Haduh.. laper, haus, ga ada duit. Tapi Aerei kudu optimis abangnya bakal langsung ngasih uang tanpa cangcingcong.

Sembari menahan kantuk sampai juga Aerei pada tempat tujuannya, berhenti di halte kampus. Sekarang misi selanjutnya adalah menghampiri abangnya yang sialnya sedang ada keperluan dengan dosennya dan mau tidak mau ia harus masuk.

Dia datang ke fakultas kemudian menunggu di sebuah bangku dekat taman. "Cari siapa?" Seorang perempuan mendatanginya mungkin bertanya maksud kedatangannya yang tidak jelas ini.

"Barren, aku adiknya kak."

"Oh adiknya Kak Barren, mau nunggu di dalem aja gak? Disini panas lagian lagi kosong juga kok ruangannya."

"Emang boleh?"

"Kalau lagi ga dipake kelas ya boleh. Ayo.." lalu si kakak baik hati ini pun menarik tangannya pelan mengajaknya pindah tempat menunggu.

"Kamu yang sebulan lalu juga pernah kesini kan? Nama kamu siapa sih kakak lupa."

"Hehe...hm.. Aerei."

Tiga Turu Sengklek (TTS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang