13

26 9 0
                                    

"Gapapa, Kita tetap harus santai walau diri sedang terbantai."
.
.
.
.

Happy reading

.
.
.
.

Lupakan sebentar apa yang terjadi di Isekai sana, mari kita intip dan temani sebentar kegiatan manusia yang lainnya. Tuh manusianya sedang tidur dengan nyenyaknya di kamar. Pake Kipas yang tengok kanan kiri enggak nyebrang-nyebrang.

Kaos ketekan, ini menandakan bahwa dia belum tersentuh dengan kamar mandi sejak pagi tadi. Di nakasnya ada mangkok bekas Indomie dan kopi susu yang tandas tak tersisa.

Seperti manusia pengangguran walau sebenarnya dalam pikiran banyak beban.

Itu adalah pagi menjelang siang yang damai sejahtera karena telinganya tidak mendengar omongan-omongan sampah dari si Axell.

Eden berterimakasih kepada Tuhannya perihal langka ini.

Rebahan dan scroll Tiktok, Eden menikmati masa merdekanya. Walau dalam hati sempat sedikitnya khawatir dengan Aerei. "Chat gak ya?telpon gak ya?" Gumamnya lirih.

Pada akhirnya Eden tetap memutuskan untuk menelepon nomor Axell. Sekali tidak terangkat, dua kali tidak terangkat, ketiga kalinya akhirnya panggilan itu terangkat. "Oy! Lama amat angkatnya, ramai banget ya?"

Semenit diam, Eden berpikir masa iya Axell lagi mode budeg? Kan ditelepon. "WOY! GUA NGOMONG LOH INI! JAWAB DONG!"

"Eh iya iya! Sorry Eden!! Kenapa?"

"Aneh, bahasa lu aneh. Firasat gua ga enak."

"Engga jelas lu! Ya ini lagi ramai! Tadi gua diwawancara sama tiktokers asal lu tau."

Entah mengapa Eden merasa ada yang aneh dari cara bicara Axell. Seperti ragu-ragu, terkesan buru-buru dan seperti ada yang janggal. Pikirannya langsung mengarah kepada Aerei.

"Aerei aman kan?sama lu? Enggak ada acara ngambek atau sesuatu kan?"

Kali ini diamnya dua menit. Nah kan!

"Jadi lu mau jujur atau gua telepon Aerei langsung?"

"YA ALLAH EDEN!! IYA IYA!! TOLONGIN! EH ANU!! YA GUSTI!! EREEE ILANG!!! DICULIK! NGUMPET!! AH ELAH GA TAU ILANG AJA POKOKNYA!"

Eden jatuh terduduk di atas kasurnya sambil masih mencerna kata-kata barusan. Perasaan emang ga bisa bohong ya.

"EDEN!!! DEMI KEBERLANGSUNGAN HIDUP GUA, TOLONG JANGAN BOCOR KE BARREN. BISA DIKUBUR HIDUP-HIDUP GUA SAMA DIA NANTI MALEM. GUA JANJI, GUA GA AKAN PULANG KALAU GA SAMA ERE!! BYE! MUACHH."

Eden masih bengong dan mulai menggaruk tengkuknya.

.
.
.
.

"Aduh beneran deh ga usah repot-repot! Serem tau nanti ketemu penyihir ini! Suka berubah jadi burung gede." Aerei sudah berusaha membujuk beberapa kali kepada Eros dan Bimo untuk tidak mengantarnya bahkan sampai ke depan pintu satpam.

Sebenarnya dia takut habis ini kena omel sama Axell, kan malu-maluin banget di depan mereka berdua. Apalagi kalau sampai kebohongannya terungkap.

"Kamu masih dibawah umur, kita harus memastikan kamu aman sama orang ini." Ucap Eros serius. Aura ramahnya hilang dengan ketegasan.

"Aman kok! Dia temenku!"

Tapi tetap saja wajah kurang percaya antara Eros dan Bimo masih terlihat. Padahal sebenarnya kalau dipikir-pikir, hitungannya, yang orang asing itu kan Eros dan Bimo kan?

Tiga Turu Sengklek (TTS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang