"Kalau kata maaf mampu menyelesaikan masalah lantas mengapa rasa sakitnya juga tidak selesai?"
.
.
.
.Happy reading
.
.
.
.Mari kita mundur sebentar dan menoleh ke belakang, bernostalgia sedikit mungkin tidak masalah karena sang pemilik masa lalu juga belum mau menyelesaikannya.
Ini hari dimana seorang Aerei saat duduk di kelas 2 SMP, ketika ia menginjak 14 tahun umurnya. Aerei seperti remaja pubertas pada umumnya walau anak ini masih terlihat sangat ceria dan ramah.
SMP Aerei adalah sekolah swasta yang cukup ketat dalam banyak peraturan, segalanya diatur dimana hal itu sempat membuatnya merasa sesak dan tidak betah. Merengek minta pindah tapi tak kunjung didengarkan oleh orangtuanya.
Memaksakan diri menerima mau tidak mau Aerei akhirnya bisa merasa nyaman dengan teman-teman baru yang cukup menyenangkan, ya setidaknya itu satu-satunya alasan yang mampu membuatnya bertahan.
Ditengah kantin yang ramai, Aerei sendirian asik menikmati Mie Goreng instannya. Aerei sebenarnya tidak begitu bisa berbaur dengan banyak orang, maka dari itu dia hanya punya teman dari kelasnya saja.
"Tumben ga sama temen-temen lu?" Entah darimana tiba-tiba sudah ada satu teman dekatnya dari kelas lain, Dia namanya Andra, teman Aerei dari masih Sekolah Dasar. Aerei adalah tipe anak yang cerewet, suka kepedean dan terkadang kaku. Sementara Andra adalah si pendiam kalem yang punya banyak teman walau dibumbui sedikit rasa juteknya. Kontras sekali mereka.
Dan alasan mereka masih berteman walau jarang menghabiskan waktu adalah.. "Sayang aja kalau ga temenan lagi, soalnya udah kenal lebih dari enam tahun." Se sederhana itu.
"Gua kira lu ada di ruang musik sama temen-temen lu, mereka emangnya ga ikut makan?"
Aerei nampak bingung oleh informasi yang Andra beritahu barusan. "Ruang musik? Katanya mereka engga laper terus mau ketemuan sama gengnya Mita."
Mita itu anak kelas 9 yang bisa dibilang terkenal tiga angkatan karena prestasinya dan juga bagaimana dia bisa membentuk suatu geng diam-diam di belakang guru. Geng itu hanya berisikan anak-anak penuh congkak dan gengsi yang mau ikutan keren karena Mita.
Aerei jelas bukan bagian dari Geng itu, dia terlalu sederhana dan mungkin kurang menarik di mata Mita untuk menerimanya masuk.
"Ruang musik kan suka dipake Mita buat kumpul sama gengnya, mereka ngapain kesana? enggak ngajak lu?" Aerei terpaku, terdiam duduk memikirkan apakah ada sesuatu?
"Gue mau...susul."
"Lu yakin? Mereka emang bukan geng onar tapi dibandingkan sama mereka, lu itu culun banget."
Nyess.. kretek...
"Gapapa kan ada temen gua disana." Aerei coba meyakinkan dirinya sendiri bahwa disana ada teman-temannya. Aerei pergi meninggalkan Andra disana yang menatapnya dengan tatapan sendu.
Mungkin itu akan menjadi rasa penyesalan terbesar Andra sampai beberapa tahun ke depan, andaikan saja saat itu dia bangun dan menahan tangan Aerei agar tidak pergi kesana.
Mungkin saja... Aerei akan terselamatkan dari sesuatu sakit yang teramat dalam baginya nanti.
.
.
.
.Kembali ke masa kini, kenangan Sekolah Menengah Pertama itu masih amat membekas dalam pikirannya. Bagaimana dulu dia mati-matian mengubur perasaan sakitnya tanpa bercerita kepada siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Turu Sengklek (TTS)
Roman pour AdolescentsHidup itu mudah, mudah-mudahan ga masuk RSJ. Ini cuma kisah receh nan klasik dari tiga sahabat yang sama-sama suka tidur dan punya sikap aneh. Eden yang sudah merasa dirinya aneh dipertemukan dengan Axell si wibu berkelakuan buaya yang otaknya sek...