05

28 10 0
                                    

Mentari hangat dari Dantera

.
.
.
.

Happy reading

.
.
.
.

Jam satu siang biasanya adalah jam yang paling banyak orang hindari karena panasnya matahari membakar tanah bumi. Terutama bagi negara pemilik iklim tropis ini. Sudah begitu pada ibukota yang padatnya kalian tahu sendiri.

Eden pantang mengumpat tentang cuaca yang panas membakar kulitnya hingga telapak tangannya nyaris gosong. Karena prioritas utama sekarang adalah bertemu dengan sang adik, Edith.

Iya gadis manis yang namanya sering disebut-sebut itu adalah adik satu-satunya Eden. Edith masih tinggal bersama dengan kedua orangtua dan ketimbang orangtuanya, Edith adalah yang paling sering mengunjungi atau menghabiskan waktu dengan Eden yang ngekos.

Mula-mula Eden akan menjemputnya di Stasiun lalu mereka berjalan-jalan kemanapun Edith mau apapun itu yang ada di Jakarta lalu setelahnya Eden memastikan adiknya aman kembali dengan taksi online. Tapi katanya sih karena ini hari jumat sore, Edith akan tinggal selama dua hari sampai Senin. Kebetulan Eden dan Edith punya kerabat di Jakarta jadi mereka tidak harus pusing mikir dimana Edith akan tidur.

"Udah lama nunggunya?" Eden bertanya sambil langsung mengambil alih tas punggung Edith. Seharusnya sih ga perlu nanya karena Edith dari dahinya sudah kelihatan banjir keringat, Eden lantas mengusapnya menggunakan lengan bajunya.

"Iya nih panas, beli es yuk!" Itu bukan ajakan melainkan perintah halus kepada si kakak.

Asik nangkring di motor kemudian berkeliling mencari tempat makan. Edith bukan pemilih makanan jadi termasuk mudah mengajaknya mencari makanan.

"Makan Mie ayam jamur mau gak?"

"Boleh-boleh!"

"Siap meluncur!!"

Disepanjang jalan kakak beradik itu asik bersenandung lagu-lagu kesukaan Edith, tak peduli protesan atau tatapan aneh dari orang-orang termasuk ibu-ibu yang penting bahagia aja.

Sesampainya disana Edith langsung memilih meja sementara Eden yang memesan makanan dan minuman. Mereka makan di pinggir jalan yang beruntungnya si Abang mie ayam mangkal di bawah pohon yang rindang. Jangan tanya apakah bakalan ada kuntilanak atau engga soalnya mereka sudah sama-sama sepakat tidak menggangu satu sama lain dan katanya juga pakai sogokan semangkuk mie ayam gratis buat si mbak kunti.

"Habis ini mau kemana?" Tanya Eden melihat adiknya lahap makan. Belum sempat ke jawab Eden sudah bawel lagi. "Mending kuncir deh rambutnya itu nanti kena kuah loh.." Edith akhirnya menguncir rambutnya itu. Biar kakaknya ga ngoceh perihal yang sama.

"Mau ke kos Kakak dulu lah, malem aku pulang ke rumah bibi,ya?"

"Ngapain ke kosan aku? Berantakan."

"Justru itu! Mamah nyuruh aku buat dateng dan nginep ya buat kontrol kelakuan kakak. Berantakan apa ga, sehat apa ga, ada masalah apa ga, mamah khawatir banget loh kak gegara kakak ga nelpon dia bulan ini sama bulan lalu."

Eden menghela nafas dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lebih tepatnya seperti ditagih oleh Edith perihal yang tidak mau dia lakuin.

"Ya maaf atuh, namanya juga lupa kalau lupa kan berarti ga inget."

"SAMA AJA!! LUPA KOK DUA BULAN! Nanti kalau mamah dateng buat seret kakak pulang ke Bandung aku ga akan bantu!"

"Kok kamu jadi ngomelin kakak?!"

"Oh itu juga salah satu tugas yang mamah kasih, buat omelin kakak. Kakak kalau ga diomelin suka lupa sama orangtua soalnya."

Astaga Tuhan, maafin Eden deh.

Tiga Turu Sengklek (TTS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang