"Sejauh ini support system terbaik adalah duit."
*Chapter ini khusus Arion-Aerei. Dua orang yang serupa tapi tak sama.*
.
.
.
.
Happy reading
.
.
.
.Hari ini beberapa orang tengah berkumpul di rumah Aerei, untuk membicarakan masalah yang ada. Axell menjelaskan semua yang ia ketahui dari Nasya, lalu Lintang yang menjelaskan semuanya dari Serin.
Ada bukti dan ada saksi seharusnya masalah ini sudah bisa mereka tangani untuk membersihkan nama baik Aerei. Akhirnya keputusan final Ayah Aerei lah yang akan membawa semua ini ke pihak sekolah dan akan membela habis-habisan nama putranya. Agar Aerei bisa kembali bersekolah dengan nyaman.
Dan masalah kedua mereka, bagaimana caranya mengembalikan kembali kepercayaan diri Aerei?
"Tante kalau berkenan, boleh saya coba bujuk Aerei bicara?"
Tiba-tiba saja Arion menawarkan dirinya sendiri untuk menarik Aerei keluar bersama dan bicara. Melihat bagaimana Arion terasa sangat percaya maka Mama juga bisa percaya kan?
"Mama serahin, mama cuma mau dia merasa nyaman lagi aja."
Dapat lampu hijau dari orangtua tapi langkah Arion masih harus terhenti di depan Barren. Arion menghela nafas lelah dan menatap Barren, seraya berbisik. "Lu masih belum percaya sama gua?"
Barren menghaluskan wajahnya, tatapan matanya yang sendu ke arah Arion. "Tolong...bicara baik-baik sama dia." Arion tersenyum dan mengangguk.
Keesokan harinya Arion datang pagi-pagi ke rumah Aerei. Mama menyambutnya dengan baik menawarkan kue-kue dan minuman. Yang membuatnya menarik adalah Barren yang diam di kamar.
Meskipun tidak pergi ke kampus, bukan berarti tidak ada tugas-tugas lainnya. "Udah bicara sama adik gua?"
"Belum." Jawab Arion santai.
"Terus mau gimana lu ajak dia bicara?" Kembali, Barren kembali meragukannya.
"Ya tinggal bicara."
Barren menatap sinis Arion, seketika Arion terkejut karena Barren menarik bangkunya berdekatan. "Lu kok santai banget sih?niat ga sih lu?"
Arion menoyor kepala Barren tak kalah tajam menatap mata Barren. "Justru tujuan gua adalah membuat Adik lu santai lagi! Kalau gua mau buat dia santai ya gua juga harus santai! Gua bukan psikiater tapi seenggaknya gua ga akan memperkeruh perasaan dia!"
Arion lantas bangun dari duduknya dan berjalan menuju pintu kamar Aerei. Sampai di depan pintu itu, Arion mengetuknya.
"Aerei...ini gue Kak Arion."
1 detik....2 detik....3 detik....4 detik....
Terbuka, pintu itu telah terbuka oleh pemiliknya. Yang bisa Arion lihat dari batasnya adalah kamar yang gelap, dingin dan sepi tapi juga sedikit berantakan.
Sama seperti hatinya yang kosong dan dingin tapi pikirannya cukup berantakan. Arion tersenyum ke arah Aerei. "Ada apa ya kak?"
"Eh lemes banget lu, udah mam belum?" Aerei menggeleng dengan pertanyaan itu.
"Keluar yuk, jalan-jalan."
"Enggak deh kak, makasih tapi aku ngantuk."
Arion tidak menyerah begitu saja. "Padahal ada film baru rilis, ada novel baru terbit dan ada rasa kue pancong baru di dekat stasiun. Ayo Rei.."
Aerei tertarik tentu saja, itu semua adalah hal-hal kesukaannya. Dan tentu saja demi menghargai ajakan Arion, Aerei pun mengangguk menerima ajakannya. "Aku siap-siap dulu deh Kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Turu Sengklek (TTS)
Ficção AdolescenteHidup itu mudah, mudah-mudahan ga masuk RSJ. Ini cuma kisah receh nan klasik dari tiga sahabat yang sama-sama suka tidur dan punya sikap aneh. Eden yang sudah merasa dirinya aneh dipertemukan dengan Axell si wibu berkelakuan buaya yang otaknya sek...