Satu-satunya yang Hinata Hyuuga miliki adalah keteguhan hatinya pada cinta yang tidak pernah terbalas, sampai akhirnya dia menyerah demi kebahagiaan pemuda yang dicintainya.
Sejak kecil, hubungan mereka dimulai antara jendela yang berhadapan, lalu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🍁🍁🍁🍁
Keesokan paginya Naruto berusaha untuk memperbaiki semua keadaan itu. Shion membicarakan betapa pecundang dia harus lari dan mencari cara hanya untuk memahami perasaannya sendiri yang terlihat rumit.
Setelah kejadian yang terjadi di Beppu, Naruto berusaha meminta maaf, tapi meski sulit baginya melakukan karena dia masih tidak nyaman apa yang sudah dilakukan oleh Toneri kepada Hinata.
Ia mencari ke penjuru sekolah ke mana Hinata pergi. Sikapnya sudah berubah. Pancaran kedua mata gadis itu yang kelabu itu tak menunjukkan setitik saja kekaguman untuknya. Naruto sama sekali tidak memperkirakan, ada saatnya pada akhirnya mereka berdua tidak lagi sejalan. Dia berusaha mendekati Hinata, bahkan setelah insiden tambahan yang membuatnya berakhir mengutuk dirinya sendiri yang sudah ceroboh hanya karena kesal.
"Kamu pasti mencari Hinata," kata Ino, bukan lagi Sakura Haruno yang bermulut pedas. "Dia sedang pergi ke klub musik."
Tanpa membalasnya, Naruto meninggalkan kelas Hinata, tapi di tengah perjalanan dia bertemu dengan Shion yang sedang bercanda bersama anak klub basket lainnya. Shion kemudian berhenti, dia masih suka bercanda sampai orang selalu salah paham dengan hubungan mereka. "Tidak jadi mencari gitar?" mereka berdua sama-sama berhenti di koridor, tepat di bawa tangga menuju ke klub musik. "Belum ada kemajuan?"
"Belum."
"Sedihnya," ejek Shion. "Gadis itu kelihatannya sudah tidak menyukaimu," Naruto melirik Shion dengan tatapan kesal, tetapi Shion malah terbahak-bahak. "Momen paling sulit bagi orang yang mencintai teman semasa kecil adalah mengendalikan diri. Aku tidak akan menyalahkanmu yang ingin menciumnya, tapi meski begitu itu sangat salah. Lagi pula, sepertinya kamu belum minta maaf dengan benar untuk kasus di Beppu?" sebagai anak tunggal yang selalu dimanja, kebanyakan dari mereka kadang lupa cara sederhana untuk mengakui kesalahan adalah dengan meminta maaf. "Baru mengenalmu saja aku tahu, kalau kamu itu tipe yang suka melarikan diri dan menyalahkan orang lain."
Naruto hanya menundukkan kepala, dia merasa bersalah, dan seterlambat itu dia sekarang.
"Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah minta maaf kepadanya. Kalau bagimu itu sulit, sebaiknya kamu tidak usah berpikir bahwa hubungan kalian akan membaik," Shion mendengkus, tampak lebih kesal dari biasanya. "Sudah tidak peka, tidak mau mengakui kesalahan, apa lagi sekarang yang sudah kamu tambahkan dalam daftar kebodohanmu?" lalu Shion tertawa. "Astaga, menyebalkan, aku tidak mau ikut campur lagi."
Shion akhirnya pergi meninggalkan Naruto yang tidak mengatakan sepatah kata. Tapi Shion berhenti, setelah dia menaiki anak tangga, dan melihat bagian pintu klub musik yang tertutup rapat. Seketika pintu yang diamati oleh Shion justru terbuka, dia melihat Hinata keluar dari sana.