Distance - Epilog

3.2K 237 42
                                    

.





.




.

🍁🍁🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁🍁

Pada awalnya, masuk seni musik bukan tujuan untuk pendidikan perguruan tingginya.

Hinata diterima di Universitas Seni Tokyo, mendalami ilmu musikologi—topik dalam sejarah dan teori musik Jepang dan Barat. Ibu dan ayah setuju saja kalau Hinata memilih pendidikan yang disukainya. Mereka tidak ingin mengatur pendidikan putri-putrinya, maka tidak ada alasan bagi Hinata untuk tidak mengambil program pendidikan yang disukainya itu. Namun, karena berbeda perguruan tinggi, Hinata dan Naruto berakhir jarang sekali bertemu.

Naruto mendapatkan rekomendasi untuk masuk ke Universitas Ilmu Olahraga Nippon yang berlokasi di Yokohama. Perjalanan menggunakan kereta api hampir tiga jam lamanya. Mereka akan bertemu setidaknya satu minggu sekali. Kalau terlalu sibuk, bahkan dalam satu bulan mereka akan hanya menghabiskan waktu lewat hubungan jarak jauh.

Di bulan Desember, selesai pertandingan All Japan Intercollegiate Basketball Championship, sebuah acara turnamen basket antara perguruan tinggi di Jepang, yang diselenggarakan di Stadion Nasional Yoyogi, Naruto mengirim pesan ke pacarnya, Hinata, untuk bertemu di sekitar tempat itu sebelum dia kembali ke Yokohama. Karena diwajibkannya untuk kembali ke kampus, Naruto tidak bisa tetap tinggal di sana. Ia ingin bertemu Hinata walau sebentar, sebelum dilanjutkannya latihan untuk musim dingin sampai tahun baru tiba.

Pelatih Yamato, mendekati Naruto yang berdiri tanpa mantel tebalnya, padahal cuaca di bulan Desember begitu sangat dingin. “Bukankah kamu yang paling tahu harus menjaga kesehatan?” Naruto melirik sebentar selagi menerima mantel yang diberikan pelatihnya selagi memasukkan sesuatu yang dia genggam terus dari tadi ke dalam sakunya. “Apa temanmu masih lama?”

“Dia bilang sudah ada di sekitar sini,” mereka sama-sama melirik ke sekitar, terlalu ramai dengan para pemain basket yang berkemas untuk kembali ke kampus masing-masing. “Apa aku tidak boleh tinggal saja? Aku pastikan akan datang besok pagi untuk latihan, tidak akan terlambat.”

“Aku tidak mau disebut-sebut sebagai pelatih yang pilih kasih,” kata Yamato, dia juga tidak tega memaksa pemuda itu ikut bersamanya kembali ke Yokohama malam ini juga. Masalahnya, tidak boleh ada satu pun pemain utama yang melewatkan latihan mereka, karena pertandingan musim dingin belum berakhir. “Masih ada dua jam sebelum kita kembali,” Yamato menepuk pundak Naruto, sedangkan Naruto kembali melihat ke sekeliling. Hinata bahkan tidak menerima panggilannya, dan tidak satu pun pesan itu dibalas oleh gadis itu.

Setengah jam pun berlalu, ketika hendak kembali ke kelompoknya, Naruto melihat bayangan Hinata berlari mendekati stadion, dengan stoking di bagian lutut yang terlihat sobek dan terluka. “Apa yang terjadi?” dengan panik Naruto mendekati Hinata. “Kamu tidak apa-apa? Ada yang berusaha mengejarmu sampai ke sini?”

Distance ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang