"Itu surat ketiga yang kau abaikan. Memang kau tidak penasaran?" tanya Heiji saat melihat tumpukan surat dari Shiho di meja kerja Shinichi.
"Paling hanya permintaan maaf," sahut Shinichi datar.
"Kau masih kesal padanya?"
Shinichi tidak menjawab.
"Kurasa lebih tepatnya kau merindukannya,"
"Dia telah menyebabkan kematian Ran,"
"Tidak sengaja. Bukan salahnya kalau Ran-San di sana,"
Shinichi terdiam.
"Kau hanya kesal, Shiho tidak lari dari organisasi di hari yang berbeda,"
Tangan Shinichi yang sedang mengetik di keyboard akhirnya membeku.
"Ini tidak seperti sifatmu Kudo. Kau bisa memaafkan semua penjahat, terlebih bagi mereka yang bersedia memperbaikinya. Shiho sudah menerima hukumannya, Ran-San juga takkan kembali. Kau mau apa lagi? Apa susahnya cuma baca surat doank?"
"Eh, mungkin nanti akan kubaca setelah sempat,"
Heiji hanya menghela napas sebelum undur diri, "aku pamit dulu, pesawatku dua jam lagi berangkat. Sampai nanti," ia pun keluar ruangan.
"Ah," sahut Shinichi sekenanya.
Shinichi melirik surat-surat itu. Akhirnya surat-surat itu diraupnya dan dimasukkannya asal saja ke laci.
Mendadak terdengar ketukan pintu tiga kali dan sangat tergesa.
"Masuk," ucap Shinichi.
"Shinichi nii-chan!" rupanya Ayumi yang masuk, dari raut wajahnya dia sangat terburu-buru.
"Bagaimana Ayumi-Chan? Lancar penyelidikannya?"
"Lancar. Tapi bukan itu masalahnya,"
"Lalu?"
"Tadi saat Ayumi ke penjara wanita, Ayumi melihat S-Shiho ne-chan,"
"Oh," antusiasme Shinichi menurun, "dia baik-baik saja kan,"
"E-Eh dia memang baik-baik saja, dan perutnya besar,"
Shinichi menegang dan refleks memandang Ayumi, "apa?"
"S-Shiho nee-chan... sepertinya hamil..." kata Ayumi takut-takut.
Shinichi langsung membuka lagi lacinya dan membuka surat-surat Shiho. Ia pun terperanjat, di sana Shiho memang memberitahukan perihal kehamilannya dan meminta bertemu. Dia bahkan mengirimkan hasil foto USG janinnya. Tanpa pikir panjang, Shinichi pun beranjak dari kursinya menuju penjara wanita.
***
Shiho nyaris tidak dapat memercayainya saat ia melihat Shinichi berdiri di sana. Akhirnya Shinichi membaca surat-suratnya dan mengunjunginya. Hatinya bagai sungai yang nyaris meluap oleh perasaan rindu. Betapa Shiho ingin menyentuhnya dan memeluknya namun melihat aura Shinichi yang dingin, ia tahu ia tidak bisa melakukannya. Shinichi tampaknya masih marah dan belum memaafkannya karena ia telah membohonginya selama setahun, terlebih ia yang telah menyebabkan tunangannya Mouri Ran meninggal.
Mereka duduk di sana, berhadapan berseberangan di meja persegi. Namun Shinichi tampaknya berusaha sebisa mungkin tidak memandang Shiho. Hanya sekilas saja ia melihat perut Shiho yang besar di balik baju tahanannya.
"Aku sudah baca suratmu," kata Shinichi dingin dan datar.
Shiho diam, tidak berani menanggapi.
"Jadi kau hamil?"
"Eh, sudah tiga bulan," jawab Shiho, tak berani menatap Shinichi.
"Berarti dia anakku,"
"Uhm," Shiho mengangguk.
Hening sejenak sebelum Shinichi berbicara lagi.
"Aku akan membawanya setelah dia lahir,"
Shiho mengangguk lagi, "memang sudah seharusnya, tidak mungkin aku membesarkannya di sini,"
"Eh, aku akan membawanya dan dia takkan pernah mengenal siapa ibunya,"
Tangan Shiho terkepal saat mendengar penuturan itu, namun akhirnya ia ikhlas menerima, "aku mengerti. Memang sebaiknya, dia tidak kenal siapa ibunya. Aku percaya kau akan membesarkannya dengan baik,"
Lambat-lambat Shinichi mengangguk, "baik. Kabari saja begitu kau sudah melahirkan," ucapnya lalu beranjak pergi begitu saja, meninggalkan Shiho termenung dalam kepahitan seorang diri sebelum dikembalikan ke sel nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rise of The Scientist
FanfictionFF kali ini masih merupakan alternatif lain dari novel Dark Princessnya Pipi Tembam. Jadi bagi yang sudah baca Dark Scientist, ini anggaplah awalannya sama aja. Ran meninggal gak sengaja ketembak karena dikira komplotan dia itu Sherry. Lalu Sherry n...