Pagi harinya, Shinichi yang bangun lebih dulu. Ia tersenyum menatap wajah pulas Shiho yang berbaring miring menghadapnya. Ia mengunci tatapannya lekat-lekat pada wajah itu seraya mencari tanda-tanda bekas kematian di sana, namun Shinichi tak menemukannya. Pipi Shiho bersemu merah alami kemudian bibirnya berwarna pink menggelitik Shinichi untuk menyusuri tepiannya dengan jarinya. Ia hidup lebih dari sekedar hidup.
Tak tahan lagi, Shinichi memberi sebuah kecupan yang lembut dan ringan di bibir persik itu. Shiho terbangun setelahnya.
"Ohayo," ucap Shinichi sambil mengecup bahu telanjang Shiho.
"Ohayo," sahut Shiho masih mengantuk.
Shinichi meraih pinggang Shiho untuk menghilangkan jarak di antara mereka, kemudian menyandarkan keningnya sendiri pada kening Shiho, "Shiho..."
"Uhm?"
"Menikahlah denganku,"
Shiho tidak tahu bagaimana harus menanggapi.
"Shiho?"
"Aku masih takut dengan efek sampingnya... Mungkin rasa takutnya hampir seperti penderita kanker..."
"Kita akan menghadapinya bersama Shiho. Anggap waktu kita tidak banyak, aku tidak ingin menyia-nyiakannya barang sedetik pun," gumam Shinichi seraya sesekali memberi kecupan di bibir Shiho.
Shiho perlahan menjauhkan diri, "aku mau lihat Ai,"
"Oh tidak tidak," cegat Shinichi sambil menggendong Shiho.
"Kau mau apa?" Shiho bingung.
"Temani aku mandi,"
"Eh??"
"Kita akan bercinta seharian sampai kau mau menikah denganku, aku tak mau tahu," sungut Shinichi.
"Kau kira aku budak seks apa?"
"Bodo amat," sahut Shinichi tak peduli seraya membawa Shiho ke kamar mandi dan bercinta lagi untuk membayar enam tahun yang terlewatkan.
***
Ai mungkin yang paling bahagia ketika mendengar kedua orang tuanya akhirnya menikah. Shinichi dan Shiho melangsungkan pernikahan dengan adat Jepang sederhana di sebuah hotel di Tokyo. Resepsi juga dilakukan sederhana tanpa banyak undangan kecuali yang kolega dekat saja. Mereka memilih bulan madu berdua di Itali, kemudian mengajak Ai lagi untuk liburan di Hokkaido.
Setelah menikah Shiho mengundurkan diri sebagai ahli forensik di kepolisian untuk membantu mengelola Kudo Agency yang semakin besar. Ia juga bertindak sebagai konsultan ahli di sana. Dengan jam kerja yang lebih fleksibel, ia jadi punya lebih banyak waktu mengawasi Ai di rumah.
Kini Shiho duduk tegang di depan Araide Sensei sementara Shinichi suaminya di sisinya terus menggenggam tangannya. Saat melihat hasil test pack yang menyatakan dirinya positif hamil, hanya Shinichi saja yang kegirangan sementara ia frustasi.
"Jalani saja Shiho-San, kalau memang diperlukan, suntikan APTX nya boleh ditambahkan dosisnya," kata Araide Sensei.
"Apa nantinya anak ini juga akan mengalami hal sepertiku?" tanya Shiho.
"Shiho-San, kau sendiri ilmuwan, aku yakin kau juga sama halnya denganku, tidak tahu jawabannya. Ini kasus baru. Kita hanya bisa mengikuti perkembangannya nanti setelah bayinya lahir,"
Shiho terhenyak di kursinya sementara Shinichi menggenggam tangannya semakin erat.
"Lagipula," Araide melanjutkan, "daripada APTX, aku lebih mengkhawatirkan riwayat kehamilanmu, saat mengandung Ai kau punya kelainan plasenta hingga harus bedrest. Kau harus lebih berhati-hati dengan kehamilan kali ini Shiho-San, jangan bekerja terlalu lelah dan jangan terlalu banyak pikiran. Nikmati saja,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rise of The Scientist
FanficFF kali ini masih merupakan alternatif lain dari novel Dark Princessnya Pipi Tembam. Jadi bagi yang sudah baca Dark Scientist, ini anggaplah awalannya sama aja. Ran meninggal gak sengaja ketembak karena dikira komplotan dia itu Sherry. Lalu Sherry n...