Chapter 2

783 68 0
                                    


Empat bulan kemudian...

Shinichi memandang hasil foto USG terakhir. Shiho rutin mengirimkan surat dan foto-foto hasil perkembangan janinnya. Di foto terakhir ini, sudah dapat diperkirakan bayinya perempuan. Shinichi memang tidak pernah mengunjunginya lagi sejak pertemuan terakhir mereka di penjara empat bulan lalu. Baginya, surat-surat dari Shiho sudah cukup. Namun, sudah sebulan ini tidak ada surat.

Mendadak ponsel Shinichi berbunyi. Meski tidak mengenali nomornya, Shinichi tetap menjawab panggilannya.

"Moshi moshi," sahut Shinichi.

"Dengan Kudo Shinichi?" tanya suara di seberang sana.

"Ya benar,"

"Saya Kaede, kepala penjara wanita,"

"Oh, ada yang bisa dibantu Kaede-San?"

"Ini mengenai Miyano Shiho-San,"

Shinichi menegakkan duduknya, "Ada apa? Apa yang terjadi pada Shiho?"

"Sebaiknya anda kemari dulu, ada yang ingin saya bicarakan,"

"Eh, aku segera ke sana,"

Shinichi pun segera meluncur ke penjara wanita untuk menemui Kaede. Sampai di sana, Kaede mempersilakannya masuk ruangannya. Sebelum memulai pembicaraan, Kaede memberikan tumpukkan buku yang sepertinya buku diary kepada Shinichi.

"Apa ini?" tanya Shinichi tak mengerti.

"Itu adalah buku harian yang ditulis oleh Shiho," Kaede memberitahu.

Shinichi tak mengerti, "kenapa? Sebenarnya apa yang terjadi?"

Kaede tampak menarik napas sejenak berusaha menegarkan diri, "Kudo-San. Sudah sebulanan ini Shiho diopname di rumah sakit,"

Shinichi terhenyak, "apa?!"

"Kondisinya melemah,"

"Tapi bagaimana bisa?"

"Kami juga tidak mengerti. Di sini makanan terasupi dengan baik. Teman-teman di sini juga membantu pekerjaan Shiho. Selain merajut, dia tidak bekerja berat-berat lainnya. Shiho sangat berkelakuan baik di sini. Dia cerdas dan banyak mengajarkan ilmu pengetahuan pada teman-temannya. Saya sendiri sulit untuk bersikap objektif, saya menyayanginya seperti putri saya sendiri. Teman-temannya juga sangat menyayanginya...

"Sebulan lalu, tiba-tiba saja Shiho pingsan. Teman-temannya berteriak meminta pertolongan. Dia mengalami pendarahan, kami pun segera membawanya ke rumah sakit. Dokter mengatakan terdapat kelainan plasenta, sehingga bila bergerak sedikit saja, akan terjadi pendarahan,"

Shinichi menegang, "lalu kenapa aku tidak diberitahu?"

"Shiho melarang. Dia tidak ingin menambah beban pikiran Kudo-San. Namun... namun..." air mata Kaede mengalir.

"Kenapa?" tanya Shinichi tak sabar.

"Kesadaran Shiho semakin menurun. Sekarang dia sudah koma. Kami tak punya pilihan lain selain menghubungi Anda. Itu semua adalah diary yang dikumpulkan teman-teman sel Shiho. Dia suka sekali menulis buku harian. Saya hanya membaca sekilas-sekilas untuk mencari tahu. Dari sana saya akhirnya mengetahui, Shiho sangat mencintai Anda, Kudo-San. Para perawat di rumah sakit juga mengatakan, dalam komanya Shiho masih sesekali menyebut nama Anda..."

Tenggorokan Shinichi tercekat, matanya panas, "lalu... lalu bagaimana kondisinya sekarang?"

"Dokter mengatakan akan berusaha mempertahankan kondisinya sampai keadaan janinnya cukup besar untuk dilakukan operasi cesar. Sementara mengenai Shiho mampu bertahan atau tidak setelah itu, mereka sudah pasrah," isak Kaede.

***

Shinichi duduk termenung lama di lantai karpet samping tempat tidurnya. Matanya melirik tumpukan buku harian Shiho. Setelah berusaha menguatkan diri, akhirnya Shinichi mengulurkan tangannya untuk meraih salah satu dari tumpukan tersebut.

Shinichi...

Aku mengalami morning sickness yang cukup parah. Nyaris tak bisa menelan apapun, untuk bicara juga sulit. Tapi untunglah Kaede-San dan teman-teman satu selku sangat baik. Mereka selalu memberiku semangat... Tentunya bukan aku satu-satunya ibu hamil yang mengalami hal ini... Bila mereka bisa, aku juga bisa...

Di sini, air mata Shinichi mulai mengalir.

Aku hari ini mengalami flek sedikit. Dokter bilang mungkin karena aku kelelahan. Kaede-San mengatur agar aku merajut atau menjahit saja sementara pekerjaan bersih-bersih dilakukan oleh yang lainnya. Semoga tidak terjadi flek lagi...

Shinichi, aku tidak tahu apa yang sedang terjadi pada diriku. Aku memang belum pernah hamil, tapi aku ilmuwan, aku tahu ada yang tidak beres. Aku tahu ada yang salah pada diriku. Tapi kau tenang saja, aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk bertahan. Untuk melahirkan bayi kita...

Shinichi, hari ini aku ada mengirimkan foto USG terakhir. Jenis kelamin bayinya sudah terlihat. Bayi kita perempuan...

Shinichi, aku sudah berada di rumah sakit. Aku mendadak pingsan dan mengalami pendarahan. Aku memiliki kelainan plasenta. Aku tak boleh banyak bergerak atau akan terjadi pendarahan lagi. Mungkin aku akan bedrest sampai waktunya melahirkan...

Shinichi... aku akan berusaha bertahan sampai bayi kita lahir... tapi aku tidak tahu apakah aku masih sanggup bertahan setelah itu....

Shinichi... aku mohon padamu untuk menamakan bayi kita Ai, yang artinya cinta. Aku hanya berharap dia dipenuhi cinta, aku tidak mau nasibnya seperti diriku. Jangan pernah katakan bahwa aku ibu kandungnya. Kau boleh mengatakan Ran-San adalah ibunya, karena aku tahu dia yang lebih berhati malaikat dibandingkan diriku. Carilah ibu yang baik untuk Ai, yang bisa menyayanginya seperti putrinya sendiri...

Shinichi aku tak tahu, apakah nantinya aku masih bisa menulis surat... Tanganku semakin lemah... Sekali lagi, aku ingin minta maaf. Maaf atas hal yang menimpa Ran-San. Maaf karena selama ini aku membohongimu. Namun mencintaimu, bukanlah suatu kebohongan. Terima kasih karena selama ini kau telah menyayangiku dan melindungiku. Aku takkan melupakannya. Bila dengan kematianku, bisa membuatmu mencintaiku, aku rela mati 1000 kali lagi. Nanti bila aku bertemu dengan Ran-San di sana, aku juga akan minta maaf padanya...

Shinichi menutup buku tersebut. Tak sanggup melanjutkannya lagi. Air matanya sudah berlinangan

Baka! Bakane Shiho!

Rise of The ScientistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang