01-hari yang buruk

48 25 14
                                    

"mencoba baik-baik aja di depan orang-orang bukan lah hal yang mudah"
_Vanya Ameziana_

* * * *

"Sebor lagi, Siska yang banyak sebor nya," pekik seorang siswi yang bernama stella.

"Iya, sabar stel," ucap Siska yang yang sedang menyebor vanya----teman Siska dan stella.

Stella yang dari tadi hanya menonton tiba - tiba mendekat ke vanya yang sudah tak berdaya.

Stella mengangkat dagu Vanya agar Vanya menatap diri nya. "Mampus lo," setelah mengatakan itu stella langsung menjauh kan tangan nya dari dagu vanya.

"Dingin stella," ucap vanya dengan nada lemah, karena dari tadi vanya di sebor dengan air terus menerus.

"Emang gue peduli?" ucap Stella

"Hahahahahaha," terdengar suara tertawa Stella dan Siska.

Setelah puas tertawa mereka pun langsung memegang pintu kamar mandi, untuk mengunci vanya di dalam kamar mandi.

Sebelum pintu tertutup rapat stella sempat berbicara. "Awas lo ya, kalo lo bilang bilang ke orang kita pelaku nya," ucap slella sambil tertawa miring.

Pintu berhasil tertutup rapat, di dalam kamar mandi tidak ada lampu sehingga Vanya gelap gelapan di dalam sana. Tidak ada rasa takut di pikiran Vanya, yang ada di pikiran Vanya adalah mengapa Stella dan Siska selalu membully nya? Apa Vanya punya salah? Seperti nya Vanya tidak punya masalah ke mereka.

Penglihatan Vanya semakin buram, seperti nya Vanya akan pingsan. Benar saja, beberapa detik merasakan pandangan buram, mata Vanya tertutup rapat.

* * * * * *

"Vanya bangun," ucap dokter Fira seraya memukul pelan pipi Vanya.
Bukan karena ingin Vanya bangun, karena jam sudah menunjukan pukul 16 : 41. Waktu nya dokter Fira pulang.

Vanya sekarang berada di ruangan UKS, bagaimana Vanya bisa ke ruangan itu? Itu karena bantuan anggota OSIS, salah satu siswi menemukan Vanya pingsan di salam kamar mandi, dan melapor kan ke anggota OSIS.

"Van, bangun. Saya mau pulang nih," dokter Fira tidak menyerah membangunkan Vanya.

Karena merasakan ada yang membangun kan, Vanya pun bangun dari pingsan nya.

"Alhamdulillah," ucap dokter Fira karena melihat Vanya siuman.

"Dokter Fira, saya dimana?" tanya Vanya seraya menggosok gosok mata nya.

"Kamu ada di ruang UKS"

"Siapa yang bawa aku, dokter Fira?" tanya Vanya.

"Anggota OSIS, kamu sempet ditemukan di kamar mandi, kondisi kamu pingsan di sana," jawab dokter Fira seraya mengusap puncak kepala Vanya.

"Oh, gitu"

"Kamu kok bisa pingsan di kamar mandi?" tanya dokter Fira.

Vanya hanya terdiam, sambil memikirkan apa yang terjadi di kamar mandi. Awas lo ya, kalo bilang bilang ke orang kita pelaku nya, kata kata itu teringat oleh Vanya.

"Apa jangan jangan, ini karena stella dan teman teman nya?" tanya dokter Fira dengan heran. Belakangan ini Vanya selalu ke ruang UKS, Vanya juga selalu bercerita tentang ke hidupan nya kepada dokter Fira.

"eh, engga kok. Aku cuman kecelakan biasa, ga ada sangkut paut nya sama stella dan teman - teman nya," bohong Vanya.g

Dokter Fira menatap mata indah Vanya, mencari kebohongan disana. Dan benar saja, Vanya berbohong dari segi tatapan nya.

Dokter Fira menghembus kan nafas nya, "kamu jangan bohong ya"

"Ngga kok"

"Oh, ya. Kamu pulang gih, saya juga mau pulang."

Raut wajah Vanya berubah"Percuma juga dok, ga ada siapa - siapa di rumah"

"Loh,emang keluarga kamu kemana?" tanya dokter Fira.

"Pergi, tanpa ngajak aku" jelas Vanya.

"Pergi kemana?"

"London, buat liburan"

"Kapan pergi nya?"

"Tadi malem"

"Kok, bisa ngga ngajak kamu?"

"Ngga tau, mereka aja pergi nya diem diem"

Kalimat terakhir itu sukses membuat dokter Fira terdiam.

Vanya pun tersenyum "Tapi ga papa kok," ucap Vanya yang merasa dokter Fira terdiam.

* * * * *

Suara petir menyambar, membuat semua orang ketakutan. Tapi tidak dengan Vanya, Petir ini seperti tahu tentang kondisi diri nya.

"Petir, kau saja tahu aku sedang tidak baik - baik saja. Tidak seperti orang di luar sana. Langit, turun kan lah hujan. Aku ingin hujan hujanan," gumum Vanya sambil melihat langit yang terlihat mendung.

Tidak lama dari itu, hujan pun turun deras sekali.

Vanya melanjutkan jalan, jalan di tengah - tengah hujan.

Baju sekolahan yang Vanya pake kembali basah, semua badan Vanya sudah di guyur air.

Malam ini sangat dingin, bahkan air hujan pun ikut dingin. Mungkin jarang sekali orang yang suka dengan air hujan yang dingin, tapi tidak dengan Vanya.

"Aku suka hujan yang seperti ini"

Sekitar 20 menit jalan, akhir nya sampai di tempat tujuan, yaitu rumah.

Rumah yang terlihat megah ini adalah rumah Vanya dan keluarga.
Terlihat tidak ada lampu pun yang menyala, membuat rumah megah itu terlihat menjadi rumah yang tidak di tempati.

Hujan sedikit reda dari yang sebelum nya.

Vanya memasuki rumah dengan keadaan basah kuyup.

Vanya melewati ruang tamu, ia melewati sebuah lemari yang berisi penghargaan. Lemari itu sedikit kotor, karena orang rumah tidak ada yang membersihkan nya.

Penghargaan di lemari itu penuh dengan penghargaan Vanya, mulai dari piala terkecil, hingga terbesar. Bahkan mendali pun ada di sana.

Penghargaan yang selama ini Vanya dapat kan tidak membuat Vanya bahagia, keluarga Vanya seperti bodo amat.

Entah apa yang membuat mereka seperti tidak peduli kepada Vanya, di ingat ingat kembali Vanya tidak mempunyai kesalahan kepada mereka.

* * * *

Hehehe, cerita pertama aku. Jadi maklumin ya klo ada ke salahan.

Tandain kalo ada typo*

Spam lanjut.

Komen di setiap paragraf biar unda cepet up nya.

Babayyy.


COLORFUL LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang