Setelah hujan hujanan, Vanya memilih untuk mandi karena suhu tubuh nya tiba tiba panas.
Selesai mandi, Vanya masuk ke kamar nya untuk merebahkan tubuh nya yang terasa pegal.
Dia tertidur bersama kucing kesayangan nya yaitu, Mokie. Mokie bisa di bilang kucing blasteran anggora.
Vanya tiduran sambil mengelus elus kucing tersebut. "Mokie... Kenapa mereka jahat sama aku? Aku salah apa sama mereka? Mereka selalu aja membully aku, aku bingung mokie, bingung. Dunia kejam, dunia seakan tidak mau jika aku bahagia. Tuhan, aku ingin bahagia.... Sehari aja. Engga papa kok, aku bahagia cuman satu hari. Yang penting aku pernah ngerasa bahagia," tanpa sadar Vanya telah mengeluarkan air mata.
"Mokie... Kamu harus tetep sama aku ya, kalo ga ada kamu aku mau curhat ke siapa? Mau ngeluh ke siapa. Jujur, di dunia ini aku cuman punya kamu doang, MEREKA JAHAT, JAHAAAT,"
* * * * * * * *
Vanya sedang berjalan, lebih tepat nya berjalan menuju sekolah.
Biasa nya Vanya hanya berjalan kaki jika ke sekolah, tidak dengan Rere---adik Vanya yang selalu memakai mobil jika ke sekolah.
Bukan masalah pilih kasih, orang tua Vanya selalu bilang anak pertama itu ga boleh manja kata kata itu terngiang di pikiran Vanya.
"Aku ga manja kok ma, buktinya aku ke sekolah aja jalan kaki" gumum Vanya.
Vanya sudah terbiasa jika ke sekolah jalan kaki, dari SD dia di biasakan seperti itu oleh keluarga nya.
Kamu itu ga boleh manja, nanti adek kami niruin kayak gitu. Mama ga suka punya anak manja! Kata kata Lusia---Mama Vanya.
"Mama bilang anak pertama ga boleh manja, biar ga di tiru sama adik. Tapi... Rere selalu aja di manjain sama mama dan ayah, itu ga adil ma" gumum Vanya.
Setelah lima belas menit jalan, akhir nya Vanya sampai di sekolah dengan selamat. Tidak ada kendala apa pun, biasa nya jika Vanya jalan selalu saja di gangguin oleh pembully di sekolah nya yaitu, Stella dan geng nya.
"eh, si pinter dateng," gumum siska memberi kode kepada Stella dan yang lain nya.
Seperti biasa, Vanya selalu diam jika di situasi seperti ini.
Karena merasa di diamkan, Stella dan Siska menghampiri Vanya.
"Kok lo diem aja sih, pinterr?"
"Iya nih, lawan kita dong"
Vanya menarik nafas dalam dalam "plase, jangan ganggu aku sekarang. Ganggu nya nanti aja ya, aku lagi cepe" permintaan Vanya membuat alis Stella terangkat sebelah.
"Jadi sipenter ini bisa ngerasain cape?" ucap Siska.
Vanya merasa cape harus meladeni mereka, "iya lah, kan aku manusia" ucap Vanya setelah itu pergi dari hadapan Stella dan Siska.
"kurang ajar lo" bentak Siska yang mau mengejar Vanya, namun bahu nya di tarik dengan Stella.
Karena merasakan bahu nya di tarik oleh Stella, Siska membalikan badan ke hadapan Stella
"Apa lagi sih stel, dia tuh harus di kasih pelajaran karena udah bisa ngelawan kita!"
"Jangan sekarang bego, dia tuh lagi cape"
"Oh, jadi lo ngebelain dia?"
"Bukan ngebelain, tapi coba geh lo pikirin perasaan nya. Dia lagi cape, dan kita terus terusan ngebully dia. Gue juga manusia Siska! Gue juga faham masalah begituan!" bentak Stella.
"Ya...ngga ke dia juga kalii!"
* * * * * *
Sekarang Vanya berada di ruang kelas, sedang sibuk melihat guru yang sedari tadi menjelaskan meteri.
Di belakang, jauh dari tempat duduk Vanya. Ada seseorang yang sedang mengamati gerak - gerik Vanya yaitu, Stella.
Dia kayak nya lagi ngga baik - baik aja, sikap nya beda banget, batin Stella.
Sepuluh menit kemudian, sekarang waktu nya jam istirahat. Vanya berjalan menuju luar kelas, bukan ingin ke kantin, melainkan ke UKS tempat dokter Fira berada. Jangan di tanya kenapa, memang rutinitas Vanya setiap hari.
Jika di tanya dengan dokter Fira. "Vanya kenapa ga kekantin?"
"Lebih baik uang nya di simpan" itu lah jawaban yang sering di ucapkan kepada orang - orang yang selalu bertanya seperti tadi.
Vanya berada di depan pintu UKS, Vanya mendorong kenop pintu agar pintu bisa terbuka.
"Assalammualaikum" ucapan itu yang Vanya ucap kan.
"Waalaikum'salam," jawab dokter Fira.
Vanya memasuki ruangan itu, dan duduk di bangku sebelah dokter Fira.
"Dok"
"Hm?"
"Aku mau nanya?"
"Nanya apa Van?"
"Gagal ginjal kronis bahaya ga?"
Sekarang dokter Fira sedang berpikir. "Hm, bayaha. Apa lagi tahap nya udah cuci darah," jawab dokter Fira.
"Oh, gitu."
"Hm, emang kenapa?"
"eh, ngga kok. Oh, ya. Aku pamit pergi dulu ya, soal nya ada tugas yang belum aku kerjain," ucap Vanya dan langsung pergi.
Dokter Fira yang melihat kepergian Vanya, merasakan hal yang aneh. "kenapa dengan nya?"
* * * *
Spam lanjuttt.
Tandain kalo ada typo*Vote donkk, biar unda semangat bikin capter selanjut nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLORFUL LIFE
Teen Fiction⚠️IBARATKAN FOLLOW SEBELUM BACA! CERITA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN SENDIRI! Gadis malang yang tidak pernah mendapatkan kebahagiaan, ketenangan, kasih sayang dalam hidup nya. Selalu salah dimata siapapun, di keluarga maupun teman. Kaluarga dan tema...