16-Hampir saja

8 9 2
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMENT WAHAI PARA PEMBACA.

"Ga semua nya sama yang kau inginkan, jangan berharap lebih. Karena kalau jatuh rasa nya sakit."
                            _Kaffan Erlan Assaka_

                                * * *

"Astaga Vanya!" ucap dokter perempuan yang selalu menangani Vanya.

"Kamu ini kenapa jarang sekali cuci darah?"

"I-tu, nggak sempat."

"Hufft, untung saja kau kesini. Jika tidak, ntah apa yang akan terjadi pada mu nanti."

"Mengapa dengan wajah mu? Itu ada luka goresan dan ada bengkak di bagain rahang dan jidat, sebenar nya kamu kenapa?"

"Tidak papa, ini hanya kecelakaan kecil," ucap Vanya cengegesan.

"Lain kali lebih hati-hati," ucap dokter itu khawatir

"Iya," ucap Vanya.

Dokter perempuan itu menggeleng-geleng kepala, tingkah Vanya ini membuat diri nya khawatir.

"Lain kali jangan diulangi lagi, kau ini sangat keras kepala."

Dokter itu berdiri dari tempat duduk nya, lalu menghampiri Vanya yang duduk di depan nya. "Ayo, kamu harus segera cuci darah."

                                 * * *

Vanya keluar dari kawasan rumah sakit, ia sedang menunggu taksi datang.

Pemandangan nya tidak sengaja melihat gadis berbaju sedikit terbuka, dengan kaca mata hitam yang terpasang. Ada dua pengawal yang sedari tadi mengikuti gadis itu, segera ia memalinhkan wajah. Ia menundukan kepala nya agar gadis itu tidak bisa mengenali nya, penyakit nya jangan sampai ada orang yang tahu kecuali dirinya, dokter, dan tuhan.

Vanya terus menunduk, rambut nya disengaja untuk menutupi wajah nya agat dirinya tidak dikenali gadis itu.

Merasa bahwa gadis itu semakin mendekat, ia mulai khawatir. Takut jika penyakit nya diketahui oleh orang lain.

"Penyamaran lo itu nggak membuat gue gak kenal sama lo."

Vanya mendongak, lalu menatap kearah suara itu. Di samping kirinya sudah ada gadis itu bersama dua penjaga yang selalu mengikuti nya dimana pun gadis itu pergi.

Vanya hanya diam, entah harus berbuat apa sekarang.

"Lo ngapain didepan rumah sakit?" tanya Stella sambil melirik rumah sakit dibelakang Vanya.

"M-au nyari taksi, tadi nya nggak mau disini. Tapi karena tempat ini yang ramai jadi aku lebih memilih menunggu taksi disini,"Stella menganguk faham.

Vanya menatap wajah Stella, apakah Stella curiga dengan nya. Tapi ternyata tidak, dilihat dari wajah nya tidak ada kecurigaan sama sekali membuat Vanya lega.

Karena tidak ada yang berbicara baik Vanya maupun Stella, Vanya pun memilih mencari topik lain agar tidak merasa canggung.

"Kamu kesini ngapain Stella?" tanya Vanya.

"Dirumah bosen, jadi memilih jalan-jalan diluar," Vanya menganguk faham, ia menatap kedua penjaga yang berada dibelakang Stella.

Stella yang faham jika Vanya sedang menatap Penjaga yang berada dibelakang nya itu, langsung tersenyum. "Ini penjaga gue, kenapa lo suka?" gurau nya.

"Nggak kok!"

Stella tertawa, melihat Wajah Vanya yang terlihat nya sangat lucu. "canda kok canda."

"Main kerumah gue yuk!" ajak Stella tiba-tiba.

COLORFUL LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang