15-Sampai kapan?

18 13 5
                                    

"Walau papa tidak memperlakukan ku dengan layak, aku akan selalu menyayangi papa. Walau papa selalu bilang bahwa aku buka anak papa, tapi aku selalu menganggap papa itu papa aku."
                                    _Vanya Ameziana_

                                * * *

"Aku akan memanggil nya," ucap Lusia kepada Reyhan, Reyhan hanya menganguk.

Lusia menaiki tangga, ingin memanggil Vanya yang masih belum turun juga.

Sesampai nya disana, ia langsung masuk. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah semua gelap, seperti nya lampu di matikan.

Lusia mencari tombol lampu, sesudah menemukan nya ia langsung memencet nya agar lampu kamar Vanya menyala.

Semua nya terang, terlihat seorang gadis yang sedang duduk di lantai, tak lupa kepala nya disenderkan di kaki ranjang.

"Vanya?"

Lusia melihat gadis yang seperti nya sedang menangis, tapi ia tidak tahu itu siapa karena wajah nya ditutupi oleh rambut panjang itu.

Lusia berjalan mendekat, seperti nya itu Vanya. Tapi mengapa keadaan nya seperti ini?

"Vanya apa yang terjadi pada mu?" tanya Lusia, sedangkan Vanya masih berada di posisi yang sama.

"Bangun!" titah nya.

Vanya membenarkan rambut nya, lalu berdiri. Wajahnya terus ditekuk, apa yang sebenarnya terjadi pada nya?

Lusia melirik kasur di belakang Vanya, kenapa kasur nya terlihat basah? Apa Vanya mengompol?

"Kenapa dengan kasur mu?" tanya Lusia dengan tegas.

Vanya hanya diam membisu, apakah diri nya harus bilang sejujur-jujur nya pada Lusia?

"Jawab!" Lusia menggoncang kedua bahu Vanya.

Lagi-lagi Vanya hanya terdiam, membuat Lusia geram. Tapi ia kontrol emosi nya, jangan sampai emosinya meluap.

Mata Lusia membulat, kenapa tangan Vanya terlihat bengkak?

"Ada apa dengan tangan mu?" tanya Lusia, lagi lagi Vanya hanya terdiam.

Karena merasa emosi, Lusia mengangkat dagu Vanya dengan sangat kasar. Membuat sang empu meringis kesakitan, yang tadi nya menunduk sekarang tidak.

"Tatap mata ku!"

Lusia merasakan getaran dari tubuh Vanya, apa dia membentak nya terlalu keras?

Lusia menyingkirkan rambut yang sedari tadi terus menutupi wajah Vanya, setelah nya ia terkejut!

"A-apa yang terjadi pada mu?" tanya Lusia, ia syok dengan apa yang tadi ia lihat.

Muka yang sudah bengkak dibeberapa bagian, bahkan bisa di bilang bengkak kemerahan. Dan... Mata yang sudah merah akibat banyak menangis, di pipi nya terdapat luka goresan, sebenarnya ada apa ini?

"K-kamu kenapa?" tanya nya dengan rasa khawatir.

Vanya kembali menunduk, ia tidak mau Lusia mengetahui luka yang telah di berikan oleh papa. Walaupun Vanya tahu jika mama nya akan tidak peduli terhadap nya, tapi Vanya yakin bahwa mama nya peduli terhadap nya.

Lusia terus menunggu jawaban dari mulut Vanya, namun tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut nya.

Lusia melirik teko besar yang tergeletak sembarangan, pikiran nya sudah kemana mana.

Lalu tanpa basa-basi ia langsung keluar dari kamar Vanya, tapi sebelum keluar ia sempat mengucapkan sesuatu.

"Turun, makan malam mu sudah tersedia dibawah," ucap Lusia sebelun benar-benar pergi.

COLORFUL LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang