"Jalan kan hidup seperti biasa."
_Vanya Ameziana_
* * *Dua bulan berlalu, Vanya dan Kaffan belakangan ini sangat dekat. Jika orang-orang melihat nya pasti dikira pacaran, Vanya yang merasa nyaman dekat dengan Kaffan dan Kaffan yang merasa jika ia satu-satu nya orang yang selalu ada untuk Vanya.
Bahkan Kaffan sering mengantar Vanya ke sekolahan nya, dan menjemput Vanya ketika sudah waktu nya pulang sekolah. Kaffan sangat perhatian ke pada Vanya, membuat Stella jengkel. Stella belakangan ini tidak dapat membully Vanya lagi, karena itu permintaan Kaffan pada Stella.
Apakah kalian tidak merasa kasihan kepasa Vanya yang terus-terusan menjadi bahan bully-an?
Vanya keluar dari mobil putih milik Kaffan, lalu tersenyum tipis kepada Kaffan yang berada di dalam mobil tersebut.
"Makasih, kak. Atas tumpangan nya," ucap Vanya ramah.
Kaffan tersenyum senang. "Iya, sama-sama. Yang rajin ya, belajar nya." Vanya hanya menganguk.
Sebelum pergi, Vanya berpamitan kepada Kaffan yang berada di mobil.
Dan sebelum masuk, Vanya melihat mobil Kaffan lenyap dari hadapan nya.Baru saja masuk kekawasan sekolah, Vanya langsung di tatap aneh oleh orang-orang yang melewati nya.
"Belakangan ini, gue jarang ngeliat si Vanya di bully sama geng nya Stella."
"Karena Stella di peringati sama Kak kaffan, kan si Vanya dekat sama kak Kaffan."
"Menurut gue sih, dia ada mau nya. Bukti nya selalu di anter jemput sama kak Kaffan."
"Kok ngedeketin orang ada mau nya sih, bokap nya kan kaya raya. Apa masih kurang ya?"
"Mungkin sih. gue ngeliat, Keluarga si Vanya gak ada perhatian nya sama dia."
"Hah? Masa sih!"
"Lo liat, dia gak pernah kan di anter
jemput sama bokap atau keluarga nya. Selalu aja jalan kaki, dan ketika pengambilan rapot satu pun keluarga nya gak ada yang dateng.""Kekurangan dia mah kasih sayang, kan dia gak pernah dapet yang nama nya kasih sayang. Ya enggak guys."
"YAAA!"
Pembicaraan temen-temen nya yang di tangkap oleh kuping Vanya, Vanya hanya menunduk ketika temen-temen nya sedang membicarakan nya.
Ia tidak bisa berbuat apa-apa, mau melawan, tapi rasa takut lebih besar dari pada rasa ingin melawan.
"Angkat wajah lo! Lo jangan mau di rendahin," ucapan yang tidak asing bagi nya.
Vanya berhenti melangkah, dan terdiam beberapa saat.
Dia membalikan tubuh nya, melihat orang yang tadi bicara di belakang nya.
Terlihat, itu adalah ketua OSIS Mega Jaya--- ketua osis sekolahan nya.
"Mulai sekarang, angkat terus wajah lo! Jangan sampai gue ngeliat lo nundukin tuh pala," ucap ketua osis, lalu pergi dari hadapan Vanya.
Baru kali ini Vanya berbicara kepada ketua OSIS sekolahan nya, ketua OSIS yang bisa di bilang cuek terhadap siapa pun kecuali orang terdekat nya.
Vanya menelan saliva nya, lalu menghembus kan nafas.
Membalikan tubuh nya ke arah yang sebelum nya, dan berjalan menuju kelas 11 MIPA 1-- kelas Vanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLORFUL LIFE
Teen Fiction⚠️IBARATKAN FOLLOW SEBELUM BACA! CERITA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN SENDIRI! Gadis malang yang tidak pernah mendapatkan kebahagiaan, ketenangan, kasih sayang dalam hidup nya. Selalu salah dimata siapapun, di keluarga maupun teman. Kaluarga dan tema...