06-Mulai

21 21 1
                                    

"Mereka datang lalu pergi, apakah dia akan pergi seperti mereka?"
                                   _Vanya Ameziana_
                             
                             * * * *
Vanya sedang di dalam mobil bersama Kaffan, Kaffan berniat mengantar Vanya sampai rumah. Ia tidak tega membiarkan Vanya pulang sendirian.

Perjalanan dari cafe ke rumah Vanya lumayan jauh, karena tidak enakan Kaffan mengantarkan Vanya sampai rumah. Walaupun Vanya menolak nya beberapa kali.

Mereka pun sampai, Kaffan sempat kagum dengan rumah Vanya yang bisa di bilang 'rumah orang kaya'.

"Ini rumah kamu, Vanya?" basa-basi Kaffan.

Vanya hanya menganguk. "Ayo kak, masuk." Kaffan menggeleng.

"Ayo kak, ga apa-apa. Lagian kan abis perjalanan jauh, jadi istirahat aja dulu, kakak pasti cape," ucap Vanya.

Kaffan tersenyum simpul. "Nggak
usah repot-repot, lagian saya juga mau langsung pulang kerumah," Kaffan berbicara lewat jendela, karena Vanya  langsung turun dari mobil ketika mobil Kaffan berhenti di depan gerbang rumah Vanya.

"Udah yuk, kak. Lagian juga udah mau magrib, keliatan nya sih bakal hujan," Vanya mendongakkan wajah nya ke atas, menatap langit mendung itu.

Kaffan ikut melihat apa yang di lihat Vanya lewat dari kaca mobil yang sengaja di buka. "Iya, mendung. Tapi saya kan pakai mobil, jadi nggak bakal ke hujanan," Kaffan tertawa kecil.

Vanya menatap Kaffan yang sedang tertawa, lalu menatap kembali langit mendung itu. Tiga detik kemudian gerimis turun, membuat Vanya menatap Kaffan. "Hujan turun kak, ayo masuk aja," Vanya menutup embun-embun nya agar tidak kena percikan hujan.

Kaffan menggeleng. "Nggak Vanya, nanti saya harus bilang apa sama orang tua kamu?"

"Mereka tidak ada di rumah, aku hanya sendirian di rumah ini."

"Maksud, kamu?"

"Aku tinggal sendirian kak, papa mama dan adik aku lagi ke luar negri."

Kaffan menganguk faham. "Ayo kak, masuk aja, Itung-itung temenin aku selama hujan turun," Vanya memohon kepada Kaffan.
Kaffan pun akhir nya mau menerima ajakan Vanya, karena hujan nya juga akan lebat, dan jalanan akan licin.

Vanya mengambil kunci gembok gerbang rumah nya, dan membuka gerbang ketika sudah tidak terpasang gembok.

Kaffan pun masuk ketika gerbang sudah terbuka, ia cepat-cepat memarkirkan mobil nya di tempat parkir. Lalu keluar mobil dan mendekati Vanya yang terkena hujan karena ulah nya.

Kaffan membuka jas yang ia gunakan, lalu jas itu di gunakan seperti payung, Kaffan mempayungi Vanya dengan jas nya itu.

"Kak," Vanya terlihat kaget.

Kaffan menatap Vanya lalu kembali menatap ke arah depan.

"Maaf, karena saya kamu jadi ke hujanan," Kaffan dan Vanya berjalan menuju pintu utama rumah Vanya yang terlihat jarak nya jauh dari tempat parkir.

Mereka sampai di pintu utama rumah Vanya, lalu Vanya membuka pintu rumah nya dengan kode. Pintu terbuka ketika Vanya mengetik pin di mesin kode pintu rumah nya.

Vanya kembali menatap Kaffan yang ada di belakang nya. "Ayo kak, masuk," ajak nya.

"Oh.. Iya."

Mereka berdua memasuki rumah bersama, Vanya di depan dan Kaffan di belakang Vanya. Kaffan berhenti, tapi tidak membuat Vanya menoleh ke belakang.

"Van."

Vanya membalikan tubuh nya ke arah Kaffan. "Hm?"

Kaffan menatap tubuh nya. "Pakaian saya basah, bagaimana jika membuat lantai rumah kamu becek?"

COLORFUL LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang