"Kita punya keinginan, tapi semesta punya kenyataan"
_Vanya Ameziana* * *
Vanya berjalan menuju rumah, ia terus saja memikirkan kejadian barusan. Dimana dia sedang berada di rumah Ezzain eh-- rumah Ezzain dan dan juga rumah Kaffan, kalian masih ingatkan dimana Vanya datang ke rumah Ezzain sang ketua osis.
* * *
"Kamu istri saya, saya suami kamu..."
"..."
Vanya terdiam, lelucon apa ini? Tidak mungkin kan jika diri nya adalah istri Kaffan? Mereka saling kenal juga baru beberapa bulan yang lalu, itu pasti tidak mungkin. Bukan kah nikah tidak boleh di umur delapan belas tahun ke bawah, boleh pun hanya di agama tapi tidak di negara. Jika mereka menikah, pasti menikah sirih (nikah secara diam-diam) tapi kapan? Ia tidak merasa jika ia pernah nikah, apa mungkin diri nya di nikahi secara diam-diam? Tidak-tidak, itu tidak mungkin.
Vanya hanya terdiam sambil memikirkan apa yang tadi dikatakan Kaffan, sedangkan Kaffan ia masih menunggu Vanya meresponsnya.
Terlalu lama Vanya terdiam Kaffan pun mulai bosan, ia merasakan getaran pada ponsel nya. Segera ia mengambil ponsel yang berada di saku celana nya, dan melihat siapa yang menelepon.
Pak dedi
Ketika melihat nama itu, segera Kaffan mengangkat nya.
"..."
"Waalaikumsalam," ucap Kaffan yang membuat Vanya tersadar dan melihat Kaffan yang sedang telepon, sedangkan Kaffan hanya melirik lalu kembali fokus berteleponan.
"..."
"Oh, oke."
"..."
"Baik saya akan kesana," ucap Kaffan.
"..."
"Waalaikumsalam," ucap Kaffan lalu mematikan sambungan telepon.
Kaffan melirik Vanya, ia tidak punya banyak waktu untuk bicara dengan nya sekarang, Kaffan berdiri berjalan menuju kamar nya yang berada di lantai dua.
Sepertinya Kaffan akan pergi, pembicaraan ini pasti akan tertunda. Karena Kaffan seperti nya di panggil untuk datang kesekolah.
Ingin bertanya lebih lanjut tentang ucapan yang baru saja keluar dari mulut nya, tapi ia tahan. Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat, baik lah jika tidak bisa membahas nya sekarang mungkin besok atau lusa bisa.
"Vanya, maaf ya. Pembicaraan kita hari ini tertunda," ucap Kaffan yang sudah turun dari kamar atas nya.
Vanya hanya menganguk kecil, sambil melihat penampilan Kaffan yang lebih rapih dari sebelumnya.
"Saya pergi dulu, assalamualaikum," ucap Kaffan lalu pergi.
"Waalaikumsalam," jawab nya.
* * *
Vanya terus mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, sungguh ia masih terus saja memikirkan hal itu.
Bodohnya, ia di situ hanya diam seperti patung ketika Kaffan mengatakan 'Kamu istri saya, saya suami kamu' kenapa ia hanya diam, kenapa ia tidak bertanya lebih lanjut tentang itu.
Resiko nya sendiri, sekarang ia jadi penasaran tentang itu.
"Hm, bagus. Pulang sore," ucap Reyhan.
Vanya tersadar, ia ternyata sudah sampai di depan pintu rumah nya.
Segera ia masuk, lalu menghadap papa nya yang sudah berdiri di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLORFUL LIFE
Teen Fiction⚠️IBARATKAN FOLLOW SEBELUM BACA! CERITA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN SENDIRI! Gadis malang yang tidak pernah mendapatkan kebahagiaan, ketenangan, kasih sayang dalam hidup nya. Selalu salah dimata siapapun, di keluarga maupun teman. Kaluarga dan tema...