"Ada juga orang yang berpura-pura tidak tahu akan kebenaran karena takut orang yang ia sayangi terluka."
- Just B, YourBie03XVII CHAPTER XVII
°°°
Itachi menutup pintu kamarnya rapat-rapat tanpa lupa mengunci pintu besar itu. Dengan langkah yang gusar ia melangkahkan kakinya, berjalan menuju kasur berukuran king size di dalam kamar tidurnya hingga ia mendudukkan dirinya di tepi ranjang.
Wajah tampan sosok laki-laki berdarah Uchiha itu tampak gusar dengan kepala yang tertunduk, menatap lantai kamarnya dalam keheningan. Ingatan laki-laki itu pun melayang, mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.
Flashback On...
Itachi berdiri di depan panti asuhan, di tangannya tampak secarik kertas bertuliskan alamat panti asuhan itu. Sementara panti asuhan yang berada di depan matanya itu adalah panti asuhan terakhir yang belum ia periksa.
Sejak masuk sekolah menengah pertama, Itachi dengan putus asa mencari keberadaan adiknya secara diam-diam. Laki-laki itu menyakini jika adiknya masih hidup dan dititipkan di panti asuhan, ia yakin mamanya masih punya hati nurani walaupun sedikit untuk melakukan hal itu.
Itachi tahu, mamanya juga menyesal dan terguncang. Setelah membuang Asura, adiknya, mamanya frustrasi berat bahkan tak mengingat apa yang telah ia lakukan pada Asura.
Sementara Itachi terus mencari keberadaan adiknya, menelusuri semua panti asuhan yang ada di Jepang. Meskipun tempat itu jauh, meskipun tempat itu berada di pelosok, Itachi tetap pergi karena itu ia tercatat jarang masuk sekolah dan membolos. Laki-laki itu dengan putus asa mencari keberadaan adiknya.
"Anda siapa?" Perempuan tua yang merupakan kepala panti itu menatap Itachi dengan tatapan penuh tanya, menatap ekspresi laki-laki itu yang tampak sedikit bimbang.
"Ah perkenalkan saya Itachi," ucap Itachi dengan sopan sembari membungkukkan setengah badannya.
"Saya Chiyo, kepala panti asuhan ini. Ada perlu apa?" tanya kepala panti bernama Chiyo itu.
Itachi menegakkan tubuhnya kembali, menatap perempuan tua di hadapannya itu. "Ada sesuatu yang ingin saya tanyakan."
"Kalau begitu, masuklah," ucap Chiyo, mengajak Itachi untuk memasuki panti asuhan itu membuat laki-laki dengan rambut panjang itu menganggukkan kepalanya.
Itachi pun memasuki panti itu hingga Chiyo mempersilahkan Itachi duduk di sebuah kursi. Perempuan tua itu menyuruhnya untuk menunggu sebentar sementara ia menyiapkan minuman.
Itachi mengedarkan pandangannya, menatap foto-foto yang ada di ruangan itu. Tak lama berselang laki-laki itu berdiri dengan keterkejutannya, di dinding rumah itu terdapat foto Sasuke saat masih remaja bersama anak-anak panti.
"Ada apa? Duduklah?" ucap Chiyo yang tiba bersama nampan berisi minuman, meletakkannya dengan hati-hati di atas meja.
Itachi menganggukkan kepalanya, kembali mendudukkan dirinya dan meminum seteguk teh yang telah disajikan oleh kepala panti asuhan itu.
"Ada keperluan apa?" tanya Chiyo dengan senyuman hangatnya.
Itachi buru-buru merogoh saku jaketnya, mengeluarkan selembar foto dan meletakkan foto itu di atas meja. "Apakah Anda pernah melihat bayi ini? Atau ia pernah tinggal di sini?"
Itachi bertanya dengan serius sementara Chiyo memajukan tubuhnya, melihat foto bayi yang terdapat banyak selang di beberapa bagian tubuhnya itu. Melihatnya saja, semua orang bisa tahu jika bayi itu berada dalam kondisi yang sangat buruk.
Chiyo mendongakkan kepalanya, menatap Itachi yang tampak berharap jika perempuan tua di hadapannya itu tahu sesuatu. Melihat ekspresinya pun Chiyo akhirnya bertanya. "Mengapa kau mencari bayi ini?"
"Apakah Anda tahu sesuatu?" tanya Itachi yang tampak curiga, pasalnya tak mungkin seseorang yang tidak tahu apa-apa bertanya seperti itu.
"Apa hubunganmu dengan bayi ini?" tanya Chiyo yang kali ini mempertanyakan pertanyaan yang sedikit berbeda.
Itachi menundukkan kepalanya, menatap selembar foto itu. "Dia adalah adik saya satu-satunya. Namanya Asura, terlahir dengan cacat jantung dan divonis tidak akan bertahan hidup lama. Bagi Papa saya, kelahiran anak yang cacat menjadi aib baginya sehingga kelahirannya tidak pernah diberitakan. Dia dibuang oleh orang tua saya."
"Karena itu kau mencarinya?" tanya Chiyo.
Itachi mengulum senyumnya sembari menganggukkan kepalanya pelan. "Jika bukan saya, siapa yang akan mencarinya? Siapa yang akan melindunginya dari keras dan dinginnya dunia jika itu bukan saya sebagai kakaknya?"
"Karena itu, bagaimana kau bisa yakin jika adikmu masih hidup jika dokter bahkan memvonisnya tak akan bertahan hidup lama?" tanya Chiyo berusaha memastikan sesuatu.
"Saya percaya karena dia adalah adik saya. Dia pasti lebih kuat dibandingkan saya, dia pasti bertahan di suatu tempat," ucap Itachi dengan yakin.
Chiyo terdiam sejenak sebelum akhirnya ia pergi dan kembali dengan sebuah map kulit berwarna hitam, meletakkan map itu di atas meja membuat Itachi menatap map itu. Hingga tangannya terulur, membuka map itu secara perlahan.
"Bayi itu pernah tinggal di sini. Dia diadopsi oleh seorang Jaksa bernama Yuhi Kurenai dan detektif Sarutobi Asuma. Mereka mengadopsi bayi itu dan memberinya nama Sasuke, membiayai pengobatannya padahal gaji mereka tidak seberapa," ucap Chiyo di saat Itachi membalikkan kertas-kertas di halaman itu dengan tidak percaya.
"Sasuke?" Nafas Itachi memburu, menatap foto-foto Sasuke dari kecil hingga sekarang bersama Naruto dan Sakura di sana.
"Delapan tahun yang lalu Jaksa dan Detektif itu meninggal dunia sehingga Sasuke harus hidup mandiri. Seperti yang kau katakan, ia sangat kuat dan pantang menyerah. Dia tubuh dengan baik dengan kepribadian yang juga baik," ucap Chiyo di saat Itachi meneteskan air matanya, membasahi foto di dalam map itu.
Flashback Off....
"Hikss... hikss..." Itachi menundukkan kepalanya, mencengkram erat-erat kepalanya. Setiap kali mengingat semua itu, hatinya terasa amat sakit.
Bertahun-tahun mencari keberadaan adiknya, ternyata adiknya berada dekat dengan dirinya namun justru mereka berada di jalan yang berseberangan dah saling bermusuhan. "Apa yang sudah kau lakukan Itachi bodoh?!"
"Sekarang aku harus bagaimana? Aku tak bisa membiarkan Asura kembali ke rumah ini. Aku tak ingin ia terluka namun mengapa tiba-tiba jadi begini?!" Itachi menegakkan kepalanya, menatap langit-langit kamarnya dengan wajah sendunya.
Itachi tak mengerti mengapa takdirnya harus jadi seperti ini? Semuanya terasa menyakitkan bagi dirinya. Itachi tahu, Sasuke adalah adiknya namun ia bahkan tak punya kesempatan untuk memeluknya dan berkata bahwa ia adalah kakaknya.
Itachi tak punya kesempatan apapun sebagai seorang kakak untuk berdiri di sisi adiknya karena ia tak ingin adiknya ikut memasuki rumah yang bagaikan neraka itu. Itachi tak ingin adiknya mengalami apa yang ia alami sekarang.
"Maafkan Kakak," ucap Itachi pelan.
Benar, satu-satunya yang bisa Itachi lakukan hanyalah meminta maaf dan terus bermusuhan dengan Sasuke, memastikan laki-laki itu berada jauh dari jangkauan keluarganya.
Mungkin ini satu-satunya hal yang bisa Itachi lakukan sebagai seorang kakak, berpura-pura tidak tahu akan kebenaran hanya agar adiknya tak terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School
FanfictionMenjadi bayi yang tak diinginkan dan terlahir cacat jantung bukanlah keinginan Sasuke, ia tak pernah ingin dibuang ke panti asuhan atau bahkan mendapatkan orang tua angkat sekalipun mereka sangat menyayanginya. Sasuke membenci takdirnya yang seolah...