Ardi memandang wajah sang istri yang terlelap. Kedua anaknya sudah berangkat sekolah. Dia mengatakan pada Raka dan Ziva bahwa sang bunda harus banyak istrirahat demi adik bayi. Ardi bersyukur bahwa kedua anak tirinya mengerti kondisi Ishana. Lelaki itu mengecup kening sang istri lalu bersiap-siap untuk ke kampus. Hari ini ada jadwal bimbingan skripsi dari beberapa mahasiswanya. Jadi dia harus segera berangkat.
Dalam perjalanan ke kampus, ponselnya berdering. Ardi mengabaikannya dan fokus menyetir. Namun, benda pipih itu terus berbunyi. Lelaki itu menepikan mobilnya dan meraih ponsel dari dalam tasnya. Nama ibunya terlihat di layar.
"Assalamualaikum Ar, kamu lagi di mana?"
"Waalaikumsalam Umma, aku sedang dalam perjalanan ke kampus."
"Nanti sore, tolong jemput Salwa ya, Ar. Hari ini dia sudah boleh pulang dari Rumah Sakit."
Ardi terdiam sejenak.
Kenapa harus dia lagi? tanyanya dalam hati.
"Ar, kamu masih di situ?"
"Maaf Umma, sore ini sepertinya enggak bisa. Jadwal di kampus padat sekali. Ardi akan minta tolong Kafka untuk menjemput Salwa."
"Ya sudah kalau begitu. Oia, Hana bagaimana kabarnya, Ar? Insya Allah Umma nanti siang ke rumahmu."
"Hana ada di rumah, aku melarangnya untuk banyak beraktifitas untuk menjaga kandungannya."
"Nanti Umma temani Hana ya, Ar. Ya sudah, hati-hati di jalan. Assalamualaikum.
"Waalaikumsalam, Umma."
Ardi menyimpan kembali ponselnya dan melanjutkan perjalanan.
Setelah tiba di kampus, sebelum keluar dari mobil, Ardi meraih kembali ponselnya untuk menelepon Kafka. Namun dia ragu mengingat Kafka kini menjaga jarak dengannya. Lelaki itu dilanda kebingungan, siapa lagi yang bisa diminta tolong selain Kafka? Jika dia yang menjemput Salwa nanti, alasan apa yang harus dia berikan pada Ishana? Akhirnya lelaki itu memutuskan untuk mengirim pesan pada Kafka.
"Assalamualaikum, Kaf. Aku boleh minta tolong? Umma memberitahu aku kalau Salwa pulang dari Rumah Sakit hari ini. Bisa tolong jemput dia, ya, Kaf. Hari ini jadwalku di kampus padat sekali"
Lalu, tanpa menunggu balasan dari Kafka, Ardi menyimpan kembali ponselnya di tas dan keluar dari mobil.
***
Sementara di rumah, Ishana terbangun ketika mendengar pintu kamarnya diketuk.
"Ibu, ada tamu nyariin ibu di depan."
Ishana mengerutkan keningnya.
Tamu? Siapa? tanyanya dalam hati.
Perempuan itu bangun dan bergegas turun dari tempat tidur.
"Suruh tunggu, ya, Bik," kata Ishana.
Ishana berjalan ke kamar mandi dan mencuci wajahnya. Setelah itu di memakai khimar dan cadarnya, lalu melangkah keluar kamar.
Di ruang tamu, Ishana tertegun melihat siapa yang datang. Tak lama jeritan bahagia keluar dari mulutnya ketika melihat sang tamu tersenyum padanya.
"Ya ampuuun Arini!" Mereka saling berpelukan.
"Kita ngobrol di dalam aja, yuk." Ishana mengajak sahabatnya itu untuk duduk di ruang keluarga. Arini duduk di sofa dan memandang Ishana dengan pandangan takjub.
"Kamu, pake itu sekarang?" tanyanya sembari menunjuk cadar yang dipakai Ishana.
"Ini maksudnya?" Ishana bertanya balik sambil memegang cadarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Kedua (Renew from Rindu untuk Ishana)
RomanceBercerai dari Arjuna-suami pertamanya karena wanita lain, kini Ishana harus mengikhlaskan Ardi-suami keduanya berpoligami karena dirinya sulit untuk hamil lagi. Harapan Ishana untuk meraih kebahagiaan dipernikahan keduanya harus kandas. Namun, perm...