Sempurna itu bukan selalu menjadi yang terbaik karena sempurna itu hanya milik Tuhan.
Ishana memandang Arjuna yang sedang memasang dasi. Mulut suaminya itu bersenandung kecil menyanyikan lagu Perfect milik Ed Sheren. Arjuna tampak kesulitan memasang dasi. Ishana menghela napas sejenak lalu mendekat, mengisyaratkan Arjuna untuk menunduk agar memudahkannya memasang dasi yang sudah tergantung dileher kemejanya.
"Mas, aku kan sudah pernah bilang, pastikan bahwa sisi dasi yang kecil lebih pendek daripada sisi dasi yang besar...." Ishana menjelaskan kepada Arjuna sembari melancarkan tangannya yang menari-nari lembut disekitar leher Arjuna mengikat dasi biru suaminya.
"Lalu masukkan sisi yang besar ke dalam lubang, setelah itu eratkan seperti ini. Dan...selesai!" Ishana menatap hasil karyanya yang bertengger sempurna di leher suaminya itu dengan bangga, tanpa menyadari laki-laki itu tengah menatapnya dengan senyum terukir di bibir.
"Terima kasih, Sayang." Arjuna mendekat, melingkarkan tangannya dipinggang sang istri lalu mengecup keningnya. "Ayo sarapan. Aku udah bikin nasi goreng ayam kesukaan kamu," kata Ishana. Arjuna terkekeh dan melepaskan tangannya dari pinggang Ishana. Laki-laki itu meraih tas dan jasnya lalu mengikuti langkah sang istri keluar dan turun ke bawah.
Di meja makan sudah menunggu Raka dan Ziva, kedua anak mereka. Ishana menyajikan sepiring nasi goreng dengan lauk ayam goreng untuk suaminya dan dua potong sandwich untuk kedua anaknya.
"Sayang, hari ini aku yang antar jemput anak-anak, ya. Pak Deri izin cuti karena anaknya wisuda hari ini," ujar Arjuna menyebut nama sopir mereka.
"Lho, Mas, kamu kan ada meeting pagi ini?" tanya Ishana sambil menyiapkan kopi untuk Arjuna lalu mengambil nasi goreng dan telur dadar untuk dirinya. Sebelum Arjuna menjawab pertanyaan istrinya, terdengar suara Raka, putra sulungnya.
"Horeee, kita diantar Ayah ke sekolah!" "Nanti Ayah juga, kan, yang jemput aku sama Adek pulang sekolah?" tanya Raka antusias. Arjuna mengusap rambut Raka.
"Iya, nanti Ayah usahakan jemput kalian pulang sekolah ya," janji Arjuna. Lalu dia menoleh ke arah Ishana. "Aku meeting hanya sebentar. Nanti siang aku jemput anak-anak dan mengantarkan mereka pulang, malamnya aku jemput kamu ke kantor," kata Arjuna, lalu menyeruput kopi yang disodorkan Ishana.
"Kamu yakin bisa antar jemput anak-anak, Mas?" tanya Ishana sambil duduk di samping Arjuna. Arjuna mengangguk mantap. Tangannya menyendok nasi goreng dan menyuapkannya ke mulut. Ishana memandang sang suami, lalu bertanya, "Enak enggak?" Pertanyaan yang sama setiap pagi. "Enak, Sayang." Arjuna menjawab pertanyaan Ishana sambil mengelus pipi halusnya. "Eh sebentar Mas, kayaknya bagus deh kalau kamu pake rompi." Ishana menelisik penampilan Arjuna. "Enggak usah ah, ribet," ucap Arjuna. "Ih, biar keliatan ganteng, Mas." Ishana bangkit dari duduk. "Aku mau kerja bukan tebar pesona, Han," protes Arjuna. "Sebentar, aku ambilkan dulu ya." Ishana berjalan meninggalkan ruang makan. "Sekalian Han, kayaknya handphone aku ketinggalan di kamar. Tolong bawa sekalian ya," kata Arjuna.
Ishana mengangguk lalu bergegas menuju kamar mereka di lantai dua. Ishana meraih rompi dari lemari lalu mengambil ponsel Arjuna dari meja di samping tempat tidur. Tanpa sengaja dia melihat notifikasi pesan dari Arnetta, sahabatnya di applikasi chat milik Arjuna. Chat mereka terbaca oleh Ishana.
"Mas, lusa kamu jadi ke Surabaya?
"Hmm....
"Mas, jawab yang benar dong!"
"Nanti, ya. Aku lagi sama Hana. Ada apa, Sayang?"
Sayang? Ishana mengerutkan dahi. Dia melanjutkan membaca chat tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Kedua (Renew from Rindu untuk Ishana)
RomanceBercerai dari Arjuna-suami pertamanya karena wanita lain, kini Ishana harus mengikhlaskan Ardi-suami keduanya berpoligami karena dirinya sulit untuk hamil lagi. Harapan Ishana untuk meraih kebahagiaan dipernikahan keduanya harus kandas. Namun, perm...