Sudah dua minggu sejak Ardi dan Salwa kembali berbulan madu. Pulang dari Bali, Ardi langsung pulang ke rumah istri pertamanya dan belum mengunjungi Salwa hingga kini. Sudah beberapa hari ini Salwa uring-uringan. Ardi tidak menelepon atau membalas pesannya. Salwa sempat berniat untuk pergi ke rumah Ishana, tapi dia mengurungkan niatnya itu. Ardi pasti akan memarahinya. Daripada dianggap mengganggu, lebih baik Salwa menunggu. Dia percaya, Ardi akan pulang ke rumahnya.
Hari ini, Salwa bangun kesiangan. Sudah tiga hari ini dia begitu merasa lelah dan tidak bertenaga. Nafsu makannya pun berkurang. Mungkinkah karena aku merindukan Mas Ardi? Batinnya bertanya. Sambil membuat sarapan, Salwa mengingat-ingat apa yang membuatnya merasa lemah. Bahkan sekarang dia tak bernafsu untuk memakan nasi dan telur dadar yang ada di hadapannya. Namun, Salwa memaksakan diri untuk menyantap makanannya. Namun, tiba-tiba perutnya terasa tak karuan. Perempuan itu berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semuanya. Salwa lalu keluar kamar mandi dan duduk di sofa.
Dia teringat hari ini ibu mertua akan menjemputnya untuk mengikuti kajian khusus muslimah di masjid Al Munawar. Salwa memijat pelipisnya dan berusaha bangkit dari sofa. Namun, badannya lemas dan perutnya terasa mual. Perempuan itu duduk kembali di sofa dan memejamkan mata.
"Assalamualaikum." Terdengar suara Umi Marwah dari pintu depan disusul suara langkah
"Astagfirullah, Salwa, kamu kenapa lemas gitu? Kamu sakit?" Umi Marwah bergegas menghampiri Salwa dan meraba keningnya.
"Sepertinya kamu agak demam," lanjutnya.
"Aku enggak apa-apa, kok, Umma. Hanya pusing dan sedikit mual," ucap Salwa. "Sebentar ya, aku siap-siap dulu." Salwa hendak bangkit tapi ditahan oleh Umi Marwah.
"Kamu di rumah saja, biar Umma yang pergi ke kajian sendiri. Ardi mana? Sudah pergi ke kampus?" tanya Umi Marwah.
Salwa menggeleng.
"Mas Ardi belum ke sini lagi, Umma," jawabnya dengan suara yang lemah.
Umi Marwah terperanjat.
"Belum ke sini lagi bagaimana? Maksudmu, Ardi masih di rumah Hana?" tanya Umi Marwah.
Salwa mengangguk.
"Ya, sudah. Biar Umma yang telepon Ardi untuk pulang ke sini. Kamu istirahat saja ya. Nanti Umma minta tolong Asep buat beli test pack," ucap Umi Marwah.
Dahi Salwa mengernyit.
"Testpack, Umma?" tanyanya heran.
"Iya testpack. Kamu harus cek, siap tau kamu hamil, Salwa," jawab Umi Marwah.
Refleks, Salwa memegang perutnya.
Hamil? Mungkinkah? Tanyanya dalam hati.
Jika dia benar hamil, Ardi tentu akan lebih perhatian padanya. Salwa menyunggingkan senyum bahagia.
Perempuan itu benar-benar berharap apa yang diduga oleh ibu mertuanya menjadi kenyataan.
***
Salwa memandang testpack di tangannya yang menunjukkan garis dua. Tak terasa air mata menetes begitu saja membasahi pipinya. Akhirnya harapannya dan seluruh keluarga Ardi tidak sia-sia.
"Aku harus segera memberitahu Mas Ardi," gumamnya.
Perempuan itu melangkah keluar dari kamar mandi. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat ibu mertuanya dan juga Umi Halimah sudah duduk di sofa ruang tengah.
"Kamu sudah cek, Salwa? Gimana hasilnya?" tanya Umi Marwah.
Umi Halimah yang melihat mata Salwa berkaca-kaca mendekat dan memegang bahu Salwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Kedua (Renew from Rindu untuk Ishana)
RomanceBercerai dari Arjuna-suami pertamanya karena wanita lain, kini Ishana harus mengikhlaskan Ardi-suami keduanya berpoligami karena dirinya sulit untuk hamil lagi. Harapan Ishana untuk meraih kebahagiaan dipernikahan keduanya harus kandas. Namun, perm...