Sekuat apapun kamu menjaga, yang pergi akan tetap pergi.
Relakan jika memang harus berakhir.
Ishana mengaduk secangkir teh hangat yang sedang dia buat. Lima belas menit yang lalu dia dan kedua anaknya sampai di rumah ibunya. Ishana mengatakan pada sang ibu bahwa Arjuna sedang berada di luar kota untuk beberapa hari.
"Hana, ngapain di dapur sih? Udah biarin aku aja yang bikin minum," cetus Aina, sang kakak ipar.
"Ah, enggak apa-apa Mba. Hana enggak mau ngerepotin Mba. Ini juga udah selesai bikin tehnya," balas Ishana. "Mas Zain kemana?"
"Itu di halaman belakang lagi main sama Raka dan Ziva," jawab Aina. "Nanti Ziva boleh tidur sama aku, ya, Han?"
Ishana mengangguk. Kakak iparnya ini belum memiliki anak dan sudah menganggap kedua anaknya seperti anak sendiri. Tadi ketika mereka datang, Aina langsung memeluk dan mencium Raka dan Ziva.
Ishana menghampiri Zain yang sedang bermain bersama kedua anaknya. Perempuan itu duduk di kursi rotan di teras belakang. Dia menyesap tehnya perlahan.
"Raka, Ziva, masuk dulu yuk, ini ada puding coklat!" Ishana mendengar teriakan Aina dari dalam.
Kedua anaknya langsung berlari-lari masuk. Sementara Zain duduk di sebelahnya.
"Kak Zain, mau aku bikinin teh?" tanya Ishana kepada sang kakak.
"Enggak usah Han," jawab Zain. "Kamu ada masalah sama Juna?"
Ishana menghela napas panjang dan meletakkan cangkir teh di meja.
"Aku sama Mas Juna baik-baik aja, Kak."
"Sama Arnetta juga baik?" tanya Zain sambil menatap tajam sang adik.
Ishana tercekat, lalu menunduk.
"Kamu bisa bohong pada Ibu, tapi aku yakin kamu lagi ada masalah sama Juna dan Arnetta, 'kan?" tanya Zain lagi.
"Aku melihat mereka gandengan tangan di Mall beberapa waktu yang lalu."
Ishana mengangkat wajahnya dan menatap Zain sendu.
"Aku dan Mas Juna akan bercerai, Kak," ucapnya pelan.
Terdengar helaan napas Zain.
"Mereka sudah berapa lama? Belum menikah 'kan? Kamu masih bisa Han mempertahankan rumah tangga kamu dan Arjuna," ucap Zain.
Ishana menggeleng lemah.
"Netta ... dia─," Ishana menjeda kalimatnya.
Matanya mulai basah. Zain menggenggam tangan Ishana.
"Kalau kamu sakit, Kakak juga ikut sakit, Hana."
"Netta hamil anak Mas Juna, " ucap Ishana.
Dia berusaha menahan tangisnya agar tak terdengar oleh Ibu dan kedua anaknya.
"Astagfirullah!" Tiba-tiba terdengar teriakan dari belakang mereka.
Khadijjah-sang ibu sudah berdiri di belakang Zain.
"Ibu! Sejak kapan ada di situ?" Zain sontak berdiri.
Khadijjah segera menghampiri Ishana dan memeluknya. Tangis Ishana langsung pecah dalam pelukan sang ibu. Zain buru-buru masuk ke rumah untuk memberitahu Aina agar membawa Raka dan Ziva mini market depan komplek mereka. Lalu Kakak Ishana itu kembali menemui sang adik.
"Ceritakan semuanya, Hana," pinta Zain. Dia berjongkok di samping sang bunda yang masih memeluk Ishana.
"Iya Nak, ceritakan semuanya," ucap Khadijjah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Kedua (Renew from Rindu untuk Ishana)
RomanceBercerai dari Arjuna-suami pertamanya karena wanita lain, kini Ishana harus mengikhlaskan Ardi-suami keduanya berpoligami karena dirinya sulit untuk hamil lagi. Harapan Ishana untuk meraih kebahagiaan dipernikahan keduanya harus kandas. Namun, perm...