5. Those Eyes

145 19 3
                                    


Happy Reading!


"Ambil Jake!" seru temannya akan memberikan bola basket ke arahnya.

Jake sudah mengambil posisi siap di sana, tapi sayang saat bola dilemparkan ke arahnya, dia tidak bisa mengambil bola itu dan malah melepaskannya begitu saja.

Jake mengusak rambutnya kasar, merasa kesal dengan permainnya hari ini.

"Lu mikirin apa sihh? Kacau bener permainan lu!" keluh salah satu temannya saat mereka berkumpul di pinggir lapangan setelah permainan.

Meski bukan latihan rutin ekstrakurikuler basket sekolah, dia dan temannya pasti cukup heran dan kesal dengan pemainannya yang sedari tadi melakukan kesalahan. 

Entah itu tidak bisa mengambil operan bola dengan baik, tidak bisa memasukkan bola ke ring. Bayangkan saja jika dia melakukan itu saat pertandingan langsung. Tentu saja Jake tidak ingin itu terjadi, meski hanya membayangkannya saja.

"Sorry, gue lagi gak fokus," balas Jake yang memunculkan prasangka oleh temannya.

"Jangan bilang lu kepikiran sama aksi Jeha tadi?"

"Lu kok bisa kepikiran itu sih?" heran Jake dengan temannya yang langsung menyimpulkan hal itu.

"Gak tahu, orang gue ngarang," ucap temanya itu yang dihadiahi tawa oleh yang lain. Tidak untuk Jake yang lebih merenungkan dirinya atas perkataan temannya tadi.

"Emang keliatan banget ya?"

"Anjirr! Beneran?"

Pertanyaan dari Jake yang membuat kaget si penduga. Memang dia hanya bicara asal awalnya, ternyata itu memang benar adanya.

"Nggak usah dipikirin banget lahh. Lu seharusnya lebih tahu tuh anak bangsat kelakuannya kek mana?"

"Iya, Arin gak mungkin luluh sama kelakuan gak jelas kek Jeha. Aneh banget bangkee, gue juga kesel kalo jadi Arin haha,"

Teman-temannya mencoba meyakinkan dirinya untuk tidak telalu khawatir akan hal itu.

"Tapi, kalo surat cinta emang bener dari Arin gimana?" tanya Jake masih merasa cemas.

"Masih aee percayaa!"

Teman-temannya kembali mencoba meyakinkannya. Jika Jeha tidak akan serius menanggapi surat cinta itu, juga perkataanya kemarin yang tanpa sadar menantang seorang Jeha, si pemain.

Mereka beranggapan Jeha hanyalah seseorang yang suka bermain perasaan perempuan tanpa menanggapinya dengan serius. Begitulah seorang Jeha yang mereka kenal selama ini.

"Omongan Jeha tuh jangan sepenuhnya ditelen mentah-mentah, gak ada yang bener soalnya."

"Udahlahh! Tuh anak emang sukanya main-main, gak bakalan beneran mau nyoba bersaing sama lu,"

"Lu tuh udah kenal dia dari jaman kapan sih?"

Karena gue udah kenal Jeha dari lama,

Gue khawatir soal ini

Berbeda dengan pikiran dari Jake yang sudah mengenal Jeha selama hampir 12 tahun lamanya. Kejadian di masa lalu yang selalu melibatkan dirinya dengan Jeha, ingin sekali dia kubur sedalam-dalamnya.

Dia tak mau mengulang hal itu kembali. Karena dia sudah mengira, akhir dari ini semua.

"Mending lo samperin aja orangnya!" suruh temannya yang menyadarkannya dari lamunan.

Love Letter Gone WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang