Bab 21 Menepati janji kemarin

1.8K 174 8
                                    

"Jangan terlalu kecapekan ya, Azeera. Makan makanan yang bergizi dan ingat jangan terlalu memaksakan diri, kalau lelah istirahat karena itu penting demi kebaikan kamu." kata Dokter Katrin.

"Iya, dokter." jawab Ara.

"Vitaminnya masih ada?" tanya Dokter Katrin berjalan menuju mejanya yang berada di satu ruangan.

"Masih sedikit kayaknya." Ara bangun dari posisi berbaring di brankar, turun dan mendudukkan diri di samping Zander yang sudah lebih dahulu berada disana.

"Dengan tuan Zander Martinez?" tanya dokter Katrin tertuju pada pria di samping Azeera.

Zander tak banyak bicara hanya menanggapi dengan anggukan singkat, Zea memalingkan muka setelah sebelumnya menoleh singkat ke arang pria tersebut.

Dokter Katrin tersenyum maklum."Prof Sean memberitahu saya jika Zea datang tidak bersama dengan mba dan uncle nya, ternyata dengan anda." ucap Dokter Katrin meletakkan penanya dan menyerahkan resep vitamin pada Zander.

"Vitamin untuk kekebalan tubuh. Diminum satu kali sehari saja biar tidak mudah tumbang ya, Zea?" Zea tersenyum kecil.

"Sudah?" Zea menoleh menuju Zander.

"Iya, saya harap anda lebih memperhatikan pola makan dan kegiatan, nona Zea. Menghindari hal hal yang dapat membuat imun nona melemah dan terutama menghindari keluhan yang sama." kata Dokter Katrin menatap Zea penuh makna.

"Baiklah, kami pamit." Dokter Katrin mengangguk ikut bangkit dari duduknya.

"Terima kasih, dokter Katrin." sahut Zea menoleh kebelakang dengan pergelangan tangan yang dicekal oleh Zander.

"Sama-Sama." Dokter Katrin melambaikan tangan pada dua orang yang sudah berlalu dari ruangannya.

Zea mengulas sebuah senyum tatkala netranya menangkap sesosok pria yang dicintainya. Dengan kaca mata bacanya, pria tersebut terlihat gagah dan berkharisma dengan kegiatan yang sibuk menjelaskan suatu hal pada juniornya. Layaknya sebuab film, mungkin suasana lorong rumah sakit yang ramai tersebut seakan terasa begitu lambat dengan camera yang hanya menyorot pada pria yang Zea tujukan.

"Papa!"

Tanpa komando Zea tergerak melangkah mendekat, melepas tautan genggaman pada lelaki yang menemaninya. Berlari riang menuju sosok yang ia sebut dengan panggilan 'papa'.

Senyumnya makin mengembang layaknya bakpao saat sang ayah mendekatnya hangat disertai tawa khas yang manarik banyak pasang mata yang berada di lorong rumah sakit yang ramai. Beberapa orang ikut tersenyum melihat kehangatan yang diciptakan ayah dan anak perempuan tersebut, berdecak kagum menyoroti pahatan sempurna pada keturunan Agarma. Decakan kagum terdengar layaknya kicauan, saling berbisik satu sama lain menikmati keindahan ciptaan Tuhan yang sangatlah indah.

"Rindu papa sangat." Sean terkekeh renyah.

"Baru pagi tadi kita sarapan bersama." Sean mengecup pucuk kepala putrinya yang masih lengkap memakai seragam sekolahnya dengan rakbut yang terurai cantik.

"Ga tau...tapi adek udah rindu." Zea terkikih dipelukan Sean.

"Om." Sean meluruskan pandangan menemukan lelaki yang ditemuinya malam tadi.

"Terima kasih, Zander. Mau menemani putri Om ini." Zea melepas pelukan lalu ikut menghadap Zander yang masih menatap datar.

"Saya tidak keberatan." Sean tersenyum kecil sembari menepuk bahu Zander beberapa kali.

"Kalau begitu saya permisi terlebih dahulu, Prof Sean." Sibuk dengan putrinya Sean seakan lupa apa yang ia lakukan sebelum kehadiran putri kecilnya.

"Ah, baiklah dokter. Jangan sungkan menemui saya jika ada yang perlu ditanyakan." kata Sean ramah.

A Piece Of ZEA'S MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang