Bab 30 Mama tolong

2.5K 216 208
                                    

Pagi yang cerah ini Zea kembali melakukan aktivitas seperti biasa setelah hampir satu minggu penuh berada di rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi yang cerah ini Zea kembali melakukan aktivitas seperti biasa setelah hampir satu minggu penuh berada di rumah sakit. Akhirnya papa mengizinkan untuk ke sekolah kembali. Dan sekarang hampir menunjukkan jam pulang tapi langit terlihat murung, mendung menjadikan hawa mendingin, sangat cocok untuk merebahkan diri dibawah selimut tebal.

Bel berbunyi, satu persatu murid keluar dari kelas. Kali ini senyum Ara merekah, mengingat papa yang akan menjemputnya dari sekolah. Semoga saja papa tak berbohong. Melihat mobil yang dikenalinya terparkir didepan gerbang sekolah, Zea segera berlari mendekat. Senyumnya perlahan meluntur, melihat seorang wanita yang duduk di samping kemudi. Walaupun beberapa hari yang lalu ia mengizinkan papa untuk mencoba menjalin hubungan dengan wanita lain. Tapi ia tak suka jika waktu berdua dengan papanya terusik.

"Azeera!" Papa berjalan keluar dari mobil diikuti wanita yang mengulas senyum kepadanya.

Azeera diam, membeku ditempat. "Kak Ayden mana?" Zea terdiam atas pertanyaan papa nya.

"Papa jemput kak Ayden?" Papa mengangguk.

"Gedungnya beda, kan Zee masih SMP." balas Zee tak acuh.

"Kok gitu nadanya?" Papa menatap Zee menyelidik.

Zee menggeleng. Ia tak mau menarik perhatian banyak pasang mata yang masih berada di luar gerbang ataupun di halaman sekolah.

"Coba tante telfon aja kak Aydennya." ucap Tari plus senyum.

Zee tak suka menunggu apalagi dengan cuaca dingin begini, ia capek seharian belajar ditambah harus berdiri menunggu seseorang yang entah dimana.

"Sini papa peluk." Sean yang paham jika anaknya tengah ngambek dan kedinginan, segera merengkuh tubuhnya.

"Nggak mau." Zea menolak, menjauhkan diri dari papanya.

"Masih di kelas ternyata, tunggu sebentar ya." ucap Tari.

"Mau masuk ke mobil dulu? Biar papa sama tante Tari yang nunggu diluar. Kalau tunggu di mobil takutnya kak Ayden gak tau mobil papa." Zea memberenggut.

"Boleh pinjam ponsel papa?" tak menjawab pertanyaan papanya, Zea malah bertanya kembali.

"Buat apa, kesayangan papa?" ucap Papa yang mencubit pipi Zea gemas melihat tingkah anaknya seolah menunjukkan rasa sebalnya.

"Kalau gak boleh yaudah." Ara mengalihkan tatapannya, ia semakin kesal mendengar tawa papa dan wanita yang menjadi mami dari kak Ayden.

"Buat apa sih? Tuh kak Ayden udah jalan kesini." ujar papa menunjuk pemuda yang berlari menuju dimana kami berdiri.

"Ngapain masih di dalem kelas, Ayden?" tanya tante Tari pada putranya.

"Biasa, masih sama temen-temen." balas Ayden setelah mencium tangan papa dan tante Tari, dan hanya melirik Zea sekilas.

"Kita ke mall, sekalian makan siang." Ara mengerjab, lalu tersenyum masam tanpa sepengetahuan papanya.

A Piece Of ZEA'S MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang