Bab 38 House Tour

2.2K 220 5
                                    

Bruk

Zea merasa tubuhnya melemah hingga kakinya tak kuasa menahan berat tubuhnya. Mencoba menormalkan deru nafasnya, Zea kembali berdiri. Tangannya menopang pada dinding samping nya, baru saja ingin melangkah tubuhnya kembali ambruk namun dapat tercegah oleh bantuan seseorang.

"Gapapa?" Zea menggeleng kecil menjawab pertanyaan Ayden.

"Aku bantu." Ayden jongkok membelakangi Zea.

"Naik!" suruh Ayden.

"Kak Ayden, Zea bisa jalan kok." tolak Zea hati hati.

"Naik Zee!" tak ingin dibantah, akhirnya Zea dengan ragu melingkarkan tangannya dileher Ayden.

Berjalan tanpa beban, Ayden menatap lurus melewati lorong kelas yang sudah sepi karena bel pulang sudah berkumandang beberapa menit yang lalu.

"Mau ke uks dulu?" Ayden melirik Zea dibelakangnya.

Zea menggeleng, "Engga usah, kak. Zea udah ditunggu papa."

Hanya deheman singkat sebagai jawaban dari Ayden. Ayden meneruskan langkah dengan Zea digendongannya ditemani keheningan.

"Adek!"

Sean yang baru saja keluar dari mobil segera berlari menyusul putrinya yang berada digendongan Ayden. "Kenapa, nak?"

Ayden menurunkan Zea sebelum menjawab, "Tadi Zea hampir rubuh, Pa." Sedikit keraguan saat Ayden memanggil pria di depannya dengan panggilan itu.

Sean menghela nafas khawatir. Melihat mata Zea yang menyipit terkena sinar matahari. Sean segera membawa ke gendongan di depan, agarZea bisa bersandar di bahu papanya.

"Makasih Ayden." ucap tulus Sean menepuk beberapa kali bahu Ayden.

"Iya, Om." jawab Ayden sopan.

"Om?" Sean membeo. Ayden berdehem.

"Zee agak lebih capek dari biasanya, beberapa hari ini papa bahkan suruh Zee libur dulu tapi anaknya gak mau." Ayden mengangguk mengerti.

"Ayden bisa bantu jaga kok, Pa. Gak masalah." Sean mengangkat sudut bibirnya.

"Terima kasih, kamu mau sekalian?" tawar Sean melirik mobilnya. Ayden menggeleng.

"Udah ditunggu temen, diwarung depan."

"Yaudah, Papa pulang dulu, Zee harus check up lagi." ujar Sean

"Iya, Pa."

Ayden menghembuskan nafas melihat mobil Sean menjauh dari halaman sekolah. Melihat ke kanan kiri, setelah sepi Ayden berlari menuju warung tempat temannya berkumpul.

 Melihat ke kanan kiri, setelah sepi Ayden berlari menuju warung tempat temannya berkumpul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukankan Zea terlihat bodoh? Dengan begitu mudahnya melupakan segala perbuatan sang papa. Ingatannya begitu jelas, dimana ia menangisi segala perbuatan papanya, tapi papa tetaplah papanya bagaimana pun Zea begitu menyayangi sang ayah, tak sanggup jika dirinya harus membenci papanya, karena hanya papa yang ia punya sekarang.

A Piece Of ZEA'S MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang