Bab 39 Peringatan dari Hengki

2.3K 236 21
                                    

👤Papa
Papa ada operasi malam ini, mau dibawakan apa, sayang?

Zea tersenyum simpul lalu menggerakkan jemarinya, membalas pesan singkat dari papanya. Zee bahagia saat papanya kembali memprioritaskan dirinya. Ia hanya memiliki papa sebagai orang tua. Cukup mama yang pergi, jangan papa juga.

Zea menyipitkan mata saat satu pesan singkat tanpa nama muncul di layar handphone.

👤+62...
Terakhir kita bertemu waktu papa kamu akhiri hubungan kami. Tante kangen, mau makan siang? Tante punya rekomendasi restoran yang enak.

Zea meremas ponsel di genggamannya. Zea kira tante Tari tak melihat keberadaannya dimobil kala itu. Zea mengangkat kepalanya, menghadap pada uncle Miko dan mba Alin yang menjemputnya dari sekolah.

"Tante Tari punya nomer ponsel ini?"

Sontak Mba Alin menoleh ke belakang dan menatap Zea yang terlihat menagih jawaban. Mba Alin menggelng pelan, terlihat berfikir.

"Setahu saya, nomer ponsel itu hanya di khususkan untuk menghubungi keluarga nona. Bahkan kontak beberapa teman anada dulu tidak pernah terdaftar. Saya rasa, tidak mungkin nomer nona menyebar luas jika memang tidak di sengaja."

Penjelasan mba Alin membuat Zea tertegun. Apakah papanya yang memberikannya?

"Tuan sangat menjaga privasi, apalagi tentang anda nona." lanjut Uncle Miko menambahi.

"Saya berharap pesan tersebut tidak mengganggu pikiran anda, nona." ujar mba Alin yang masih menghadap Zea.

Zea melirik lagi isi pesan tersebut. "Apa wajar tante Tari ajak makan siang Zee, setelah semua ini?"

"Saya selalu menghargai keputusan anda, nona. Saran saya, ada bisa menolak jika memang tidak nyaman atas ajakan tersebut, saya yakin tuan juga tidak keberatan." jawab Uncle Miko.

Mba Alin tersenyum lembut, "Kami akan selalu menemani anda, nona. Jangan cemas."

Zea menerbitkan senyum. "Mungkin tante Tari mau berbincang sedikit. Tak ada salahnya kan untuk makan siang bersama?" Zea melirik Mba Alin.

"Tentu, nona."

Zea mengangguk lalu menyerahkan ponselnya berisi pesan tante Tari yang mengirimkan alamat.

Pukul dua lebih sepuluh, mobil yang dikendarai uncle Miko berhenti tepat di tempat yang dituju. Willgora Hotel's, menjadi pilihan Tari untuk mengadakan makan siang dadakan ini. Beberapa pria berjas formal tengah berdiri gagah di depan pintu hotel.

Willgora Hotel's  merupakan salah satu poperti milik Willgora grub. Perusahaan yang masuk nominal lima besar dalam jajaran perusahaan terkaya. Willgora sendiri adalah sebuah marga milik keluarga mantan suami Tari. Hengki Willgora, salah satu pengacara terkemuka, memiliki jam terbang tinggi hingga dapat membangun firma hukum sesuai keinginanya.

Dan tentu saja Tari mendapat persen saham setelah perceraian dengan mantan suaminya. Hengki menyayangi para putranya, setiap seminggu sekali Hengki pasti meluangkan waktu untuk para putranya. Bahkan Rega pernah mengakui, sesibuk apapun sang ayah tapi pasti ayahnya tetap mementingkan pra putranya diatas apapun.

"Selamat datang, Azeera."

Zea membalas sapaan dari Tari. Uncke Miko dan mba Alin menunggu di depan ruang private. Ada banyak macam makanan yang tersaji dimeja besar ditengah ruangan ini.

"Duduklah." Tari menunjuk bangku didepannya dengan lirikan.

"Saya gak terlalu tahu kesukaan kamu, takutnya saya gak sengaja meracuni kamu--" Zea mendongak menatap tepat mata itu.

A Piece Of ZEA'S MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang