Bab 2 Tentang Mereka yang terhormat dan dihormati

4.6K 213 3
                                    

AGARMA adalah marga yang tersemat pada darah keluarga papa. Marga yang diberikan papa padaku sebagai putri kandungnya. Jothen Agarma - ayah dari papa. Kakek memiliki darah Belanda - spanyol - indonesia. Jadi jangan tanyakan mengapa papa tampan. Niami Agarma - istri kakek, berdarah asli Indonesia, tepatnya daerah Bandung. Kakek selalu mengatakan jika istrinya itu cantik bahkan dihadapanku sekalipun. Dan aku hanya tertawa, nenek memang cantik walaupun tidak menutup mata jika nenek sudah tua. Tak jarang nenek selalu memperlihatkan kenangan dulu bersama kakek saat aku berkunjung. Benar, nenek sangat cantik, dan kakek juga tampan, dulunya.

Mereka selalu memanjakanku, memberikan semua yang kuinginkan tanpa ku minta. Bahkan papa pernah berdebat dengan kakek kala itu karena kakek yang selalu menuruti keinginanku, mungkin papa takut aku akan menjadi anak manja. Walaupun menjadi anak perempuan satu-satu, papa tidak selalu memanjakanku ada kalanya aku mengenal arti kekurangan bukan hanya kelebihan.

Terlahir di keluarga yang berada tidak menjadikanku haus akan kekuasaan. Papa dan mama yang selalu mengajari apa arti kehidupan padaku. Bagaimana cara menghadapi dunia, bagaimana cara bersikap sopan kepada yang tua maupun yang muda. Bersikap rendah hati dan tolong menolong pada siapapun.

Berapa dalam lingkup keluarga yang hampir bisa dikatakan sempurna tak menjamin hidup bahagia. Hatiku hancur saat itu, dimana papa berkata jika jantungku tak bekerja dengan semestinya. Seketika aku berderai air mata. Mulai saat itu, semua yang kulakukan dibatasi. Tidak boleh kelelahan ataupun banyak berpikir. Dengan papa dan mama yang menjabat sebagai dokter, mereka benar-benar menjagaku. Ada saat dimana kata lelah terucap, dan disaat itu pula mama memelukku, menguatkanku untuk tetap bertahan. Sampai aku merasa bahwa rumah sakit adalah rumah keduaku.

 Sampai aku merasa bahwa rumah sakit adalah rumah keduaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Zea mau lihat, nenek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Zea mau lihat, nenek." aku merengek pada sambungan telefon yang terhubung dengan nenek diseberang sana.

"Dedek kan sekolah hari ini." ucap nenek diseberang sana.

"Nanti pulang sekolah?" tanyaku yang masih menempelkan ponsel ke telinga.

"Tanya papa sama mama dulu, kalau boleh, nanti nenek suruh kak Gara jemput dedek." suruh nenek, dengan segera aku menengok ke arah papa dan mama yang masih sibuk dengan sarapan.

A Piece Of ZEA'S MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang