EQ08

11 4 0
                                    

08. Belum di 'iyain'

Saatnya untuk pulang kerumah masing-masing. Siang menjelang sore yang cukup terik.

Ibu Guru Riana
Mama gak bisa jemput Lin. Mama udah bilang sama kak Iza buat jemput kamu, kamu tunggu ya gak lama kok. Jangan kemana-mana!

Gadis itu hanya membaca pesan yang dikirimkan oleh mamanya dan kembali menyimpan handphonenya disaku rok yang ia gunakan.

Gadis itu sudah dari tadi menunggu didepan gerbang, niatnya untuk menunggu dihalte bus namun disana sudah ramai.

Tak lama ada sebuah mobil berwarna putih berhenti dihadapannya, mobil itu sangat familiar. Tanpa berlama-lama lagi, ia langsung masuk ke dalam mobil tersebut.

"Sorry lama" elin hanya membalas dengan anggukan.

"Ikut gue makan siang yuk" ajak Iza atau kakak elin.

"Dimana?" gadis itu bertanya tanpa menoleh kearah orang disebelahnya.

"Tempat biasa" jawabnya dengan atensi yang tidak teralihkan sebab masih fokus untuk menyetir.

"Dalam rangka?" tanya gadis itu lagi.

"Harus banget ya?"

"Hm" gumamnya dan setelah itu memilih untuk diam.

"Gue kangen lo" gadis yang sedang menyetir itu menoleh sekilas sambil tersenyum simpul.

"Gue nggak" bohong, bohong jika elin tidak merindukan sosok kakak disebelahnya. Ia hanya berpura-pura sebab masih ada sakit hati yang ia goreskan.

"Gak bisa kah kita kayak dulu lagi?"

"Mungkin gak" jawab gadis itu dengan raut muka datar.

"Gue harap setelah ini lo bakal maafin gue"

Mereka sampai disalah satu cafe favorit yang memang sering mereka kunjungi jika ada waktu luang.

"Mau pesen apa?" tanya Iza dengan membolak-balikkan halaman buku menu cafe tersebut. Tapi yang ditanya sibuk memainkan handphonenya.

"Samain" Iza menoleh sebentar dan menutup buku menu tersebut dan memanggil seorang pelayan disana.

Kedua gadis tersebut kembali sibuk dengan handphone yang dipegang mereka sendiri-sendiri tanpa memperdulikan sekitar.

"Gimana hubungan lo?" yang ditanya mendongakkan kepalanya dan menatap orang didepannya.

"Biasa aja"

"Puas?" pertanyaan yang terlontarkan dari elin dengan menatap datar kakak dihadapannya "Maksud lo?" Iza tidak mengerti dengan apa yang adiknya tanyakan barusan.

"Puas lo ngerebut dia?"

"Kadang iya kadang enggak" gadis dihadapannya menatapnya tajam "Setelah ini apalagi yang mau lo rebut?" sebelah alisnya terangkat

"Gak" jawabnya singkat.

Tak lama kemudian seorang pelayan yang membawa nampan berisi makanan yang Iza pesan beberapa saat lalu akhirnya sampai. Pelayan tersebut menatanya diatas meja yang tidak luput dari pandangan kedua gadis dimeja tersebut.

"Lo mau gue mati?" tanya elin setelah melihat minuman yang sang kakak pesan adalah choco latte dimana elin sangat membenci apapun yang berbahan dasar 'Coklat'

Masih ingat waktu Raffael memberikannya coklat sebagai ucapan selamat? Tidak tidak bukan dia buang tapi ia berikan kepada ART dirumahnya yang memberikannya kotak dari Raffael.

"Kenapa?" memang sang kakak jauh dari kata 'Mengenal adiknya' lantas selama ini ia kemana saja?

"Gue mau pulang" ucapnya dan meraih tas yang ia letakkan disebelahnya dan beranjak pergi.

EquanimityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang