EQ18

3 1 0
                                    

18.

“Loh, Raffael?”

Raffael menoleh dan disana terdapat seorang gadis yang baru saja memesan sate dipenjual yang sama.

“Elin? Lo sama siapa?” gadis yang ditanya duduk diseberang Raffael dan Arkan.

“Sendirian”

“Cewe gak baik keluar sendirian malem-malem” peringat raffael.

“Gak berlaku buat gue” kekeh gadis itu.

Elin, menoleh kepada seorang anak kecil disebelah Raffael “Adik lo?” tanya elin dengan tersenyum melihat Arkan yang memiliki pipi gembul.

“Bukan” Arkan menoleh kepada sang Abang.

“ALKAN ADEK ABANG!” kesal Arkan menatap tajam sang Abang.

“Nama kamu siapa?”

“Alkan kak” jawab Arkan dengan nada biasa saja, tidak tinggi dan tidak pelan.

“Arkan” koreksi Raffael.

“Kakak cantik” puji Arkan.

“Haha amin, makasih. Arkan juga ganteng”

“Alkan memang ganteng kak! Abang yang jelek!”

“Eh lo bocah, gue buang juga lo ke hutan lama-lama” kesal Raffael.

“Abang El emang jelek ya?” tanya elin kepada Arkan.

Arkan mengangguk cepat.

“Ini mas pesanannya ” penjual itu mengulurkan 2 kantong plastik putih kepada Raffael, dan ia menerimanya.

Setelah membayar semuanya termasuk pesanan elin, Raffael beranjak ke motornya.

“Dadah kakak cantik! Hati-hati ya pulang nya” ucap Arkan seraya melambaikan tangannya.

Diperjalanan sekitar sepuluh menit dengan kecepatan motor yang sedang. Sesampainya didepan markas, Raffael mengangkat tubuh adiknya dan menurunkan, setelah itu ia menurunkan standar motornya dan membawa 2 kantong plastik putih. Sementara adiknya telah lari semenjak ia diturunkan.

“HALLOOO ABAANGGGG!” sapa arkan dengan teriakan yang membuat semua orang didalam sana terperanjat kaget melihatnya.

“Anjir gue kirain tuyul” ucap Kenan.

“Dek, kalo masuk ucapin salam ya?” ucap Reyhan.

“Shalom” ucap Arkan. Keempat temannya tertawa mendengarnya, mungkin Reyhan melupakan sesuatu jika Raffael berbeda dengan mereka.

“Anjir salah gue” gumam Reyhan.

Andra menoleh kearah pintu “Widih tumben bawa makanan nih”

“ALKAN LAPEL BANG! ALKAN MAU MAMAM SATE! ALKAN GAK MAU MAMAM NASI!”

“Heh bocil! Kita gak budeg ya! Jangan teriak teriak terus!” ucap laskar.

“ALKAN GAK TERIAK!”

“Itu lo teriak njir”

“El, waktu hamil dulu mama lo ngidam toa masjid ya? Makanya anaknya kalo ngomong kayak pake toa? Teriak-teriak Mulu njir! Sakit kuping gue” sahut Narel.

“Boro-boro toa masjid, yang ada toa gereja” jawab Raffael.

Perasaan dari tadi kagak ada yang bener dah—batin Reyhan.

“Arkan Arkan!” Arkan yang tengah asik mengunyah makanannya menoleh kepada Narel “Gimana? Pacar Arkan udah banyak belom?” Raffael menatapnya tajam.

EquanimityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang