EQ16

7 1 0
                                    

HELLOWWWW🤟🏻

Gak pengen nulis apa-apa, cuma mau ingetin buat VOTE.

Follow⚠️
Instagram: /dzzlingpeachii
Wattpad: pisangorengcoklat
Tiktok: /4ujuuss







16. Mereka dan menfess

Raffael membawa elin ke taman belakang sekolah. Masih ingat? Disini ia mengungkapkan isi hatinya untuk seorang gadis yang mampu meluluhkan hatinya, padahal awalnya mereka tidak saling mengenal satu sama lain.

Raffael membawa elin untuk duduk di kursi taman.

“Lagi lagi gue cuma bisa ucapin makasih, karena lo selalu nolongin gue” ucap elin tersenyum menatap Raffael.

“Gak usah bilang makasih. Kenapa lo gak bilang kalo gak suka coklat?”

“Ya lo pikir aja sendiri, masa iya orang yang gak gue kenal tiba-tiba ngasih coklat terus gue tolak gitu? Gak menghargai pemberian orang banget”

“Kan bisa lo buang?”

“Gue? Buang pemberian orang? Gak, selagi ada orang yang bisa menampungnya kenapa harus dibuang?” Raffael benar-benar takjub dengan gadis disebelahnya.

“Gimana?” tanya Raffael.

“Apanya?”

“Yang kemarin”

“Oh, gue butuh waktu”

“Gak apa-apa bakal gue tungguin”

“Yakin?” gadis yang awalnya menatap lurus kedepan pun menoleh kesebelahnya.

“Kenapa enggak?” elin mendengus kesal.

“Tadi itu kertas apa?” tanya Raffael yang memang benar-benar melihat kejadian itu.

“Oh, kertas data. Pengen gue kasih ke kepala sekolah, tapi keburu terbang. Ya udah Pring lagi”

Sorry atas pengalaman yang tidak mengenakkan disini”

“Gak, bukan salah lo kok. Lupain aja”

“Lo cantik” gadis itu menatap laki-laki tersebut.

“Gue tau, lo kalo diliat-liat cakep juga” Raffael terkekeh mendengarnya.

“Kenapa suka gue?” tanya gadis itu lagi.

“Apa perlu alasan untuk menyukai seseorang?” bukannya menjawab tapi Raffael balik bertanya.

“Gue rasa enggak”

***

Tiga gadis pengganggu ini tengah duduk didalam kelasnya. Gadis tersebut adalah Raysha, Thalita, dan Reyna. Mereka mungkin sedang merencanakan sesuatu untuk korban selanjutnya.

“Gimana kalo kita kirim menfess ke dia?” usul Reyna.

“Ide bagus” sahut Thalita “Gimana sha?”

“Gue ikut”

Isi menfess Reyna↓

To: Yang katanya ketos SMANRA
From: gk usah kepo jdi org
Message: gk usah belagu deh jdi org, bntr lgi juga mati. Jngn sok² cantik, paling bntr lgi tuh muka kyk Wewe gombel.

Isi menfess Thalita↓

To: ARSELIN ANAK SMANRA
From: manusia yg merasa tersakiti
Message: gue tunggu kabar lo mati. Disaat pemakaman lo nanti bakal gue traktir seluruh murid SMANTYA HAHA.

Isi menfess Raysha↓

To: Lo yg cari ribut sama gue, lebih tepatnya anak SMANRA
From: u know
Message: WTF! Gue bakal bikin lo mati dalam sekejap. Tunggu tanggal mainnya bitch!

Ketiga gadis itu tertawa ketika mereka sudah mengirimkan menfess kepada menfess SMANRA. Tinggal menunggu kapan itu akan di post.

Sore menjelang malam, gadis yang bernama Arselin itu duduk termenung dengan bersender kepada senderan kasur. Ia menatap heran benda pipih yang ia pegang.

Gadis itu membaca tiga menfess yang ditujukan kepadanya.

“Pasti tuh cabe-cabean”

***

“Kami datang kesini untuk menjemput anak kami untuk kembali ke kami” ucap wakil kepala sekolah SMANRA — pak Budiarto.

“Iya pak, mereka sangat pintar dan mudah tanggap. Saya harap ini bukan terakhir kalinya kita melakukan kunjungan sekolah” sahut kepala sekolah SMANTYA — ibu Sumarsih.

“Dan untuk kalian, ibu terimakasih atas kerjasamanya. Ibu harap kalian tidak kapok untuk datang kesini lagi” lanjut ibu Sumarsih.

“Iya Bu”

“Baiklah, ibu Sumarsih kami pamit undur diri dulu, kalo maju dianya gak peka.” pak Budiarto memang dikenal sangat friendly kepada siapapun.

“Haha pak budi bisa saja”

“Baik jika begitu kami pemit dulu Bu,”

Ketujuh orang tersebut meninggalkan ruangan yang semula memang ditempati enam orang yang melakukan kunjungan sekolah, biasanya ruangan ini memang tidak ditempati. Hanya sekedar untuk tamu saja.


———

TBC

Part ini sangat pendek yaa

EquanimityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang