EQ11

18 3 1
                                    

HELLOOWWWʘ⁠‿⁠ʘ
Gimana gimana part 10 nya?
Semoga part 11 ini dpet feel nyaಥ⁠‿⁠ಥ
Happy Readingԅ⁠(⁠ ͒⁠ ⁠۝ ͒⁠ ⁠)⁠ᕤ


11. Dilabrak?

"Hallo" elin yang awalnya dari toilet yang berada dilantai satu dikejutkan dengan kedatangan 3 gadis dihadapannya.

"Widih ada anak SMANRA nih" ucap Reyna-teman Raysha dengan bersedekap dada.

Raysha melihat elin dari ujung rambut sampai ujung kaki yang membuat si empu risih "Cantik juga lo ternyata" sindir raysha.

"Baru nyadar?" jawab elin ketus, sungguh ia tidak suka dengan perlakuan seperti orang ini.

"Waduh bisa ketus juga ya?" ucap Thalita.

Elin, gadis itu memperhatikan ketiga gadis dihadapannya dari atas sampai bawah.

"Rendahan" gumam elin yang masih bisa terdengar oleh ketiganya, Raysha maju dan mendorong bahu kanan elin sehingga elin terdorong sedikit kebelakang.

"Apa lo bilang?!" Raysha, gadis itu sepertinya sudah terpancing.

"Rendahan" ucap elin dengan nada yang lebih besar dari sebelumnya "Kalo ada murid di SMANRA kayak lo udah gue bakar habis tuh baju di tengah lapangan" Reyna, serta Thalita pun maju mensejajarkan dirinya dengan Raysha.

"HATI HATI LO KALO NGOMONG!" bentak Thalita dengan menunjuk elin.

"Why? Emang kenyataan" ucap elin tenang.

"Lo tuh ya!" kesal Reyna dengan maju untuk menjambak rambut elin, namun Raysha menahannya.

"Gue ingetin sama lo ya! Jauhin raffael! Kalo lo gak mau berurusan sama gue!"

"Siapa lo? Pacarnya? Bukan kan jadi gak ada salahnya gue deket sama dia. Dan apa tadi? Lo pikir gue takut sama lo? Gak sama sekali" setelahnya elin meninggalkan ketiga gadis gila itu.

"Dasar banget tuh cewe, baru juga deket sama raffael sehari udah seenaknya aja" ucap Thalita.

"Biarin, kita liat besok..."

Raysha pergi meninggalkan kedua temannya, dan mereka mengikuti Raysha ke dalam kelas.

"Greget banget gue" ucap Thalita kesal dengan meletakkan kedua tangan nya diatas meja Raysha yang baru saja duduk.

"Lo gak ada niatin buat ngehancurin dia gitu? Bisa-bisa tuh anak makin besar kepala" kompor Reyna.

"Bisa diem gak?! Pusing gue" kesal Raysha yang dimana kedua temannya ini sepanjang jalan menuju kelas terus membicarakan tentang gadis tadi.

"Ya elah, giliran kita eksaitit lo nya kayak gini. Gimana sih"

"Ya kan gue lagi mikir strategi buat besok njir. Lo berdua ribet banget sih dari tadi"

"Iya iya iya"

***

"Papa dengar kamu ikut kunjungan sekolah?" tanya Arman-ayah dari Arselin.

"Iya" jawab elin yang masih sibuk dengan makanan dihadapannya.

"Kenapa harus ikut kunjungan sekolah sih Lin? Apa gak cukup buat kamu jadi ketos aja? Kalo kamu ikut kunjungan sekolah kayak gini gimana murid-murid disana bisa diatur?"

"Apa sih pa, kan bukan elin yang mau. Tapi guru-guru yang memang dari awal udah nentuin siapa yang bakal mewakili sekolah."

"JAWAB YA?!" sentak Arman dengan mata yang melotot.

"Lah gak dijawab salah, dijawab salah"

"NGEJAWAB LAGI?!" Arman bersiap menampar sang anak bungsu akan tetapi hal itu berhasil diberhentikan oleh sang istri.

"Udah! Ini meja makan!"

Elin beranjak dari duduknya "Mau kemana kamu?!"

"Kemana pun asal gak ketemu papa" jawabnya tanpa menoleh sedikitpun ke sang ayah.

Dikamar nya, gadis itu duduk pinggir kasur dengan tangan yang menggenggam handphone.

"Bagus, main terus" ujar sang ayah dengan mendekati gadis itu, gadis tersebut hanya bisa menghela nafasnya, pasrah.

"Karena kamu udah jawab papa tadi, papa tambahin jam belajar kamu. Kamu harus belajar sampai jam 5 pagi, jika tidak kamu akan tau akibatnya"

"Kalau enggak?"

"Kamu papa masukkan ke asrama atau papa kirimkan kamu ke luar negeri."

"Opsi kedua keren, kapan kapan elin coba, tapi gak sekarang" ujar nya sengaja untuk memancing emosi sang ayah.

"KAMU ITU BENER BENER UD-"

"BISA DIEM GAK?" sentak Iza dari luar kamar sang adik.

Tak lama ayahnya keluar dari kamar elin.

"Kapan sih bisa hidup tanpa harus belajar? Kayak, hidup tenang tanpa harus memikirkan nilai, terus ortunya kayak terima berapapun nilai anaknya yang penting dia tetep sekolah." gumamnya.

---

TBC

Gaje begetttee

EquanimityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang