Penenang

140 15 0
                                    

Jam menunjukan pukul sembilan malam. Kurapika sebenarnya kelelahan tapi dia ingin mengengok kekasihnya sebentar. Alhasil Kurapika mampir ke rumah Azura sebentar.

Azura yang membuka pintu terkaget karena Kurapika ternyata mampir tanpa bilang dulu padanya. Gadis itu mempersilahkan kekasihnya masuk ke ruang tamu.

"Kau terlihat kusut, ada apa?" tanya Azura seraya merapikan rambut Kurapika yang sedikit berantakan.

Kurapika menatap teduh Azura. "Aku habis membunuh satu anggota Ryodan."

Azura merinding. Siapa sangka wajah pria setenang Kurapika ternyata bisa membunuh.

Azura mengusap kedua bahu Kurapika. "Oke, tunggu sebentar. Aku siapkan teh hangatmu dulu baru nanti kita cerita-cerita, ya."

Kedua alis Kurapika terangkat. Azura berhasil melengkungkan kembali senyumannya. "Arigatou, Azura."

Sekitar sepuluh menit semenjak Azura meninggalkan Kurapika ke dapur, kini Azura kembali ke ruang tamu dan menyajikan teh hangat dan beberapa kue untuk Kurapika. Kekasihnya itu hanya tersenyum, padahal dalam hati sebenarnya Kurapika sangat senang karena diperhatikan.

"Silahkan, Kurapika. Kau bisa memakan kue ini dan meminum teh hangatnya. Udara di luar cukup dingin teh hangatnya cocok untuk menghangatkanmu," ujar Azura seraya mendudukkan bokongnya di samping Kurapika.

"Doumo arigatou, Azura."

Azura berdecak. "Kenapa kau ini sering berterimakasih seperti itu? Kan itu hanya teh dan kue, tidak seberapa berpengaruh seperti pertolonganmu padaku saat aku hampir terluka oleh serangan Genei Ryodan."

Kurapika meletakkan gelas tehnya yang isinya beru saja dia teguk. Dia menarik Azura dalam pelukannya.

"Kepedulianmu yang sederhana ini ... sangat berpengaruh besar bagiku, Azura."

Azura mengelus pipi Kurapika. Dia merebahkan kepalanya di dada bidang pria itu. Debaran jantung Kurapika semburat. Sangat kentara sedang gugup.

"Pelukan ini jauh lebih hangat dibanding teh tadi. Dan ini lebih membuatku jauh merasa lebih hangat," sambung Kurapika yang pastinya membuat Azura jadi salah tingkah.

"Kurapika ... aku bukan bantal yang bisa seenaknya kau peluk," protes Azura seraya menggembungkan pipinya dan mendongak ke arah wajah Kurapika.

Kurapika mencubit gemas kedua pipi kekasihnya. "Baiklah, lalu bagaimana kalau besok kita langsung menikah saja supaya aku bisa memelukmu sebanyak yang aku mau."

Azura mencubit hidung Kurapika. "Kurapika ini ngelantur apa sih, astagaaa ...!"

Tawa Kurapika mengudara. Dari sekian banyaknya momen bersama Gon, Killua, Leorio dan Pairo baru kali ini Kurapika bisa tertawa lagi.

Namun soal kenyamanan, baru Azura yang menjadi sandaran terbaik Kurapika sejauh ini.

Kurapika sedikit merenggangkan pelukannya. "Maaf aku mau buka jas sebentar."

Kini Kurapika menggunakan kemeja putih polos, celana panjang hitam dan dasi hitam yang masih menggantung rapi di kerah bajunya. Dia hanya melepas jasnya.

Dan Kurapika kembali memeluk Azura.

"Kau boleh membagi ceritamu hari ini padaku, Azura. Aku ingin mendengarnya," kata Kurapika seraya menyelipkan anak rambut Azura ke sela telinga.

"Hariku biasa-biasa saja sih. Hanya menjalankan pekerjaan kantor yang sudah menjadi rutinitasku sehari-hari. Malah, aku ingin mendengar cerita Kurapika hari ini," kata Azura seraya tertawa gemas.

"Seperti yang tadi kusenpat ceritakan, aku baru saja membunuh satu orang Ryodan. Aku menanyakan keberadaan ketua mereka, tapi dia malah berbohong. Alhasil judgement chain ku otomatis bekerja untuk membunuhnya."

KURTA'S HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang