Rumah (End)

218 13 16
                                    

Warning [!] : Terdapat muatan 17+ dalam cerita ini. Harap bijak dalam memilih bacaan!
•••

Alarm jam berbunyi mengusik tidur lelap Kurapika dan Azura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alarm jam berbunyi mengusik tidur lelap Kurapika dan Azura. Dengan sekuat tenaga Azura sedikit beranjak untuk mematikan dering alarm yang cukup keras itu. Jam sudah menunjukkan pukul lima pagi tapi rasanya tubuhnya tidak terlalu segar karena kelelahan setelah bersenang-senang dengan suaminya semalam.

Perempuan bersurai cokelat itu hendak menuruni kasur namun Kurapika menahan pinggangnya erat. Sang empu sontak melihat ke belakang. Dia melihat Kurapika yang menggelayut manja dan mendusel.

"Kurapika--"

"Kau mau ke mana? Ini masih sangat pagi," potong Kurapika dengan suara seraknya.

"Aku mau masak sarapan."

"Ayolah kita masih cuti sampai besok. Jadi ayo gunakan waktu kita berdua untuk bersenang-senang," rengek Kurapika sambil mencium tangan istrinya itu.

"Kurapika kau manja sekali, aku mau ke kamar mandi. Cuma sebentar saja kok," rengek Azura balik. Dia jadi repot karena Kurapika terus menempel padanya.

Kurapika beranjak. Dia menyugar surai wanitanya. "Sebentar saja ya? Setelah itu kau kembali ke sini?"

"Iya," jawab Azura singkat.

Kurapika tersenyum usil. "Iya apa?"

"Iya apa maksudnya, Kurapika?"

Kurapika berdecak. "Minimal kau harus punya panggilan mesra untuk suamimu ini. Azura tidak peka sekali."

"Oh--" Azura menerka. "Baiklah, Sayang!"

Pipi Kurapika memerah. Dia hanya mengangguk menjawab Azura.

Azura lalu menuruni kasur. Dengan begitu baru terasa dia merasakan nyeri teamat sangat di sekitar paha dalamnya. Wanita itu sontak melihat ke arah Kurapika dengan tatapan memohon agar segera dibantu.

Kurapika mengerti isyarat istrinya. Akhirnya dia menuruni kasur juga dengan menggendong Azura ke arah kamar mandi.

"Apakah masih sakit?" tanya Kurapika lugu.

Azura mengangguk. "Sakit sekali. Maaf ya jadi merepotkanmu."

"No! Justru aku yang minta maaf karena sudah merepotkanmu, Azura," lirih Kurapika iba.

"Tidak sama sekali. Wajar saja karena itu kali pertama buatku."

"Iya, Sayang. Tapi habis ini apakah aku boleh minta jatahku lagi untuk hari ini?"

"Kurapika, ini masih pagi lho!"

Tawa Kurapika mengudara. Sangat indah, inilah yang Kurapika inginkan. Hidup bersama perempuan yang dia cintai membuatnya sangat bahagia.

Kurapika menurunkan Azura dengan hati-hati. Dia biarkan istrinya ke kamar mandi sejenak baru setelah keluar dari kamar mandi Kurapika kembali menggendongnya ke kamar, tapi Azura menahannya.

KURTA'S HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang