Di Luar Rencana

83 9 0
                                    

Masih di sore yang sama setelah pengakuan Azura yang terkena ancaman dari Chrollo, Kurapika jadi kepikiran. Dia juga merasa bersalah karena sudah membuat Azura jadi masuk ke lingkaran api yang bisa membuat Azura dalam bahaya di saat yang tidak akan pernah mereka duga.

Pria bermanik scarlet itu mengelus punggung Azura yang tengah tertidur dan merebahkan kepala di dada bidangnya. Dia menatap Azura dengan tatapan kosong.

Aku harus menjaga Azura meskipun aku tidak bisa selalu ada di dekatnya, pikir Kurapika.

Dalam diamnya otak Kurapika tidak bisa berhenti berpikir. Terlebih gadisnya mendapat perintah untuk melukainya dan membawanya pada rombongan Ryodan.

Kurapika mengikuti alur permainan dari Ryodan itu sendiri.

Kurapika menyalakan ponselnya dia menggunakan fitur kamera depan, dia bercermin disana. Dia biarkan luka di bibir dan pipinya, sebab itu akan menjadi bukti untuk Ryodan bahwa Azura sudah melakukan apa yang Ryodan mau. Padahal bisa saja dia langsung menyembuhkanya dengan Holy Chain.

Ya, malam ini juga Kurapika dan Azura akan ke markas Ryodan. Kurapika dan Azura merencanakan sesuatu. Kurapika akan memanfaatkan momen ini untuk balas dendam pada Ryodan, terutama pada Chrollo.

Sesudah bercermin lewat kamera ponsel, Kurapika langsung menelepon Killua. Dia meminta pertolongan temannya, tapi hanya untuk melindungi Azura saja.

"Ada apa? Tumben kau menelepon aku? Pasti ada sesuatu, ya?"

"Ya. Ryodan menculik dan mengancam gadisku. Ketua mereka meminta Azura menghabisi aku dan membawa aku ke sana."

"Gila! Mana mungkin gadis imut seperti pacarmu mau menyakitimu?"

Kurapika tertawa hambar. "Dowsing chain mendeteksi dia menyembunyikan sesuatu dariku, sebab tindakan Azura tidak seperti biasanya. Dan ternyata benar, kemarin dia diculik dan diminta untuk menyakiti aku. Aku punya rencana, tolong datanglah untuk membantuku menjaga Azura."

"Oke. Aku langsung ke sana setelah ini. Beri aku waktu setengah jam, kita ketemu di mana?"

"Di apartemenku saja. Terima kasih banyak, Killua."

"Okay dokey."

Killua menutup panggilan teleponnya. Kemudian Kurapika membangunkan Azura perlahan. Dia juga mengecup kening gadis itu dan mengusap pelan surai cokelat gadisnya.

Azura menggeliat. "Kurapika ...."

"Azura maaf membangunkamu. Tapi kita harus segera ke markas Ryodan sebelum mereka yang mendatangimu dan mengancammu kembali."

Azura mendelik. "Kurapika tapi itu sama saja aku membawamu dalam celaka."

Kurapika menggeleng pelan. Dia tersenyum teduh. "Aku tidak masalah. Toh takdirku adalah untuk membunuh mereka yang sudah membantai habis klanku."

Saat Azura baru saja akan menyanggah, ada telepon masuk dari Melody. Kurapika segera mengangkat panggilan telepon rekannya itu.

"Ada apa, Melody?"

"Kurapika seorang bos besar yang meminta pertolonganmu untuk menangkap dan membunuh kriminal kelas kakap itu menelepon ke asosiasi hunter. Beliau menanyakan apakah kau bersedia menerima misi darinya. Soalnya kau belum menjawab email darinya sama sekali. Jadi sekalaran klienmu dan zodiac menunggu balasanmu."

Kurapika memijit pelipisnya sambil tertawa. Dia kelupaan membalas email untuk misi Blacklist Hunternya.

"Ano, tolong bantu aku menginfokan ke pihak asosiasi hunter bahwa aku menolak misiku kali ini. Karena aku sudah dekat dengan misi utamaku, Melody."

KURTA'S HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang