06

888 125 5
                                    

"Anak anak, ini adalah selembaran surat untuk melakukan kegiatan perkemahan di hutan terdekat. Berikan ini kepada orang tua kalian jika mereka setuju, kalian bisa pergi. Tetapi, jika banyak orang tua siswa yang tidak setuju. Acara berkemah akan di batalkan." Xiao Xingchen tampak menjelaskan di depan kelas.

"Di batalkan?"
"Bagaimana bisa begitu guru Xiao."
"Aku harus membuat orang tua ku setuju!"
"Benar! Semuanya! Pasti kan orang tua kalian setuju untuk perkemahan ini ya! Kalian juga ingin pergi kan?"

"Benar! Aku ingin pergi!"
"Aku juga, aku juga!"

"Anak anak tenang, jika tidak berkemah guru akan mencarikan kegiatan luar ruangan yang lain." Xiao Xingchen.
"Guru, apakah akan di bentuk sebuah kelompak?" Wei Ying

"Ya ada, kalian bisa memilihnya sendiri." Xiao Xingchen, Wei Ying tersentak. Salah satu trauma masa lalu nya kembali teringat.
"Hanya 4 orang dalam satu kelompok. Kalian buatlah kelompok secara mandiri." Xiao Xingchen.

Wei Ying menunduk dalam saat mendengar ucapan guru Xiao. Tanpa sadar ia meremas jari jadi tangan nya sendiri. Diam diam, Xue Yang memperhatikan hal itu.

"Hei Ah Qing, Shu She apa kalian mau satu kelompok dengan kami?" Xue Yang
"Tentu saja, mengapa kau masih bertanya." Ah Qing
"Sebelum itu, ayo dapatkan persetujuan orang tua lebih dahulu." Shu She
"Hahhh ini akan sulit, ayah tidak suka aku ikut kegiatan di luar ruangan." Ah Qing.

"Kau kan anak yang merepotkan. Pasti akan repot jika kau ikut kegiatan di luar ruangan." Xue Yang
"Aku tidak begitu!" Ah Qing
"Kau iya! Dengan serangga saja takut." Ah Qing
"Serangga hewan yang menjijikan tau!" Ah Qing
"Mereka lucu asal kau tau." Xue Yang
"Mereka tidak lucu!" Ah Qing

Di depan kelas Xiao Xingchen hanya menghelang nafas dan tersenyum tipis melihat murid murid nya antusias dengan rencana berkemah yang akan mereka lakukan.

'Aku harus memikirkan rencana lain jika perkemahan batal. Mereka pasti sangat kecewa jika itu terjadi.' Xiao Xingchen

"Hei? Kenapa kau diam saja? Kau tidak mau satu kelompok dengan kami?" Ah Qing
"Aku satu kelompok dengan kalian?" Wei Ying
"Em, kita berempat." Ah Qing

"Kau ingin satu kelompok dengan yang lain?" Shu She
"Tidak! Bukan itu, aku.. Aku mau satu kelompok dengan kalian." Wei Ying
"Bagus!" Ah Qing

"Ayo kita bagi perlengkapan yang harus kita bawa." Ah Qing terlihat sangat bersemangat.

"Sebelum memikirkan itu, bagaimana jika kau dapatkan persetujuan orang tua mu dulu." Xue Yang
"Aku pasti mendapatkan nya!" Ah Qing
"Anak manja seperti mu pasti akan dapat segalanya." Xue Yang
"Diam saja kau!" Ah Qing

Shu She menghelang nafas nya.

"Wei Ying apa kau menyukai perkemahan?" Shu she
"Aku...? Aku belum pernah berkemah." Wei Ying
"Sungguh ? Walau sekali?" Ah Qing yang semula masih sibuk berdebat dengan Xue Yang terkejut dengan ucapan Wei Ying.

"Tidak.. Belum.." Wei Ying menunduk.
"Apa ayah mu tidak mengajak mu berlibur saat liburan sekolah?" Ah Qing
"Ayahku orang yang sibuk, jadi ... Aku hanya selalu di rumah." Wei Ying mencoba tersenyum paksa.
"Orang tua yang buruk." Ah Qing

"Ah Qing, walau kau dan orang tua mu selalu berlibur saat memiliki waktu. Orang lain belum tentu bisa melakukan nya." Xue Yang

"Mengapa nada bicara mu begitu? Terdengar kesal sekali." Ah Qing, Xue Yang hanya merotasikan matanya dan melihat arah lain. Wei Ying hanya diam, namun ia melihat kearah Xue Yang. Ia merasa bahwa Xue Yang seakan memahami kondisinya.

"Ucapan Ah Qing, jangan kau perduli kan." Xue Yang dan Wei Ying sedang berjalan untuk pulang. Wei Ying tampak menatap punggung Xue Yang yang berjalan di depan nya.

"Aku tidak memahami semuanya, tapi ibu berkata kau mengalami hal sulit di ibu kota dan meminta ku untuk selalu bersama mu." Xue Yang
"Itu..." Wei Ying berhenti melangkah. Xue Yang menoleh.

"Tidak perlu mengatakan nya sekarang. Itu adalah urusan mu, lagi pula ibu kota dan kota Yiling berjauhan. Orang orang yang menyakiti mu dulu tidak ada di sini." Xue Yang

"Apa kau.. Terganggu dengan permintaan bibi?" Wei Ying menunduk, angin berhembus lembut. Menggoyang goyangkan anak anak rambut nya.

"Tidak.." Xue Yang melihat langit.
"Aku juga menginginkan seorang saudara. Tapi, aku tidak bisa mendapatkan nya. Juga, ibu ku sangat jarang mengkhawatirkan sesuatu. Jika ia sudah gelisah, itu menandakan apa yang ia khawatirkan bukan hal yang sepele." Xue Yang

"Jadi, apakah saat ini kita adalah saudara?" Xue Yang melihat Wei Ying. Angin berhembus semakin kencang. Dedaunan tampak terbang terbawa arah angin.

"Ya! Kita adalah saudara Xue Yang!" Wei Ying tersenyum manis. Membuat Xue Yang juga ikut tersenyum.
"Saudara harus berbagi suka duka, ingat itu." Xue Yang merangkul nya dan mereka kembali berjalan.
"Tentu! Aku... Akan mencobanya perlahan." Wei Ying


"Uhuk! Uhuk!" Wei Jia tampak terbatuk beberapa kali. Ia bersandar di kepala ranjang nya.

"Nyonya, ini air hangat yang anda butuhkan." Lu Lu datang dengan ekspresi khawatir nya.
"Terimakasih." Wei Jia dengan perlahan meminum air hangat itu.

"Nyonya, anda harus mengikuti saran dokter untuk melakukan perawatan di rumah sakit." Lu Lu.
"Aku tidak mau terkurung di ruangan kecil itu Lu Lu." Wei Jia

Lu Lu menghelang nafas nya. Wanita yang telah ia anggap sebagai ibunya itu. Memanglah wanita yang cukup keras kepala.

"Nenek? Apa kau tidur?" Wei Ying perlahan membuka pintu kamar sang nenek.
"Kau sudah kembali?" Wei Jia
"Em, apa nenek sakit?" Wei Ying

"Tidak hanya sedikit lelah." Wei Jia
"Itu benar kakak?" Wei Ying melihat kearah Lu Lu. Dengan berat hati, Lu Lu mengangguk dan berbohong.

"Kakak akan menyiapkan makan malam. Tuan muda, segera mandi setelah berbicara dengan nyonya, oke?" Lu Lu
"Baik kak." Wei Ying menaiki kasur Wei Jia. Lalu membuka tas sekolah nya dan memberikan selembaran kepada Wei Jia.

"Apa ini?" Wei Jia
"Guru Xiao akan mengadakan perkemahan, apakah aku bisa pergi?" Wei Ying
"Tentu, kapan perkemahan itu?" Wei Jia
"Mungkin lusa, karna guru Xiao juga masih menunggu persetujuan orang tua." Wei Ying
"Pergilah, beri tau Tao apa yang kau butuh kan." Wei Jia
"Terimakasih nenek." Wei Ying tersenyum manis.

"Nenek, kau sungguh tidak sakit?" Wei Ying memperhatikan Wei Jia
"Tidak, nenek sudah tua. Tentu mudah lelah." Wei Jia tersenyum

"Nenek, aku akan lebih patuh. Jangan sakit." Wei Ying memeluk Wei Jia.
"Kau sudah sangat patuh." Wei Jia mengelus kepala Wei Ying.


"Kau tidak nafsu makan lagi?" Wei Changze
"Apa kau tidak suka dengan menu nya?" Wei Changze

"Tidak, tidak ada masalah dengan menu makanan nya." Wei Wuxian
"Kau kesepian?" Wei Changze, Wei Wuxian mengangguk kecil.

"Kau bisa bermain dengan teman teman mu." Wei Changze
"Sudah lama aku tidak melihat nya, aku.. Merasa rindu ayah." Wei Wuxian.
"Apa kita tidak bisa mengunjungi nya?" Wei Wuxian

"Setelah apa yang ayah lakukan, ayah malu untuk bertemu dengan nya lagi." Wei Changze, Wei Wuxian menunduk. Apa yang di katakan oleh ayah nya benar.

Setelah apa yang mereka lakukan. Rasa rindunya sungguh tidak pantas. Apa yang akan ia katakan saat bertemu dengan nya.

TBC !!!

Menebus Kesalahan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang