Part 3

2.5K 14 0
                                    

Setelah memasuki kamar hotel dan mengunci pintu dengan tergesa-gesa Milo menerjang Celli yang sedang bersandar di dinding dengan tatapan menggoda.

Dengan brutalnya Milo mencium bibir Celli dengan rakus seolah tidak ada hari esok. Tak lupa juga dengan tangannya yang mulai meraba dan menggerayangi setiap inci tubuh semok Celli.

"Hahhh... hahh... hahh.." Celli melepas pungutan bibir Milo. Ia kehabisan nafas.

"Kenapa?" suara Milo berubah lebih serak dibanding biasanya. Itu pertanda nafsu dia sudah di tingkat atas.

"Kehabisan nafas." jawabnya terengah-engah.

"Bodoamat." Milo kembali melahap rakus bibir Celli dengan tangannya terampil melepas satu per satu pakaian yang Celli kenakan.

Setelah cukup puas dengan bibir Celli, bibir Milo perlahan bergeser kesamping mengecupi pipi dan daun telinga Celli. Meniup dan mengigitnya pelan sesekali menjilati. Lalu turun mengecupi leher yang menjadi salah satu tempat favorite Milo untuk mengukir sebuah karyanya disana.

Menyedot dan menyesap pelan disertai gigit-gigitan kecil. Milo meninggalkan tanda kemerahan di leher dan sepanjang dada Celli.

Diremas pelan dada kiri Celli, Milo menyusu layaknya anak bayi yang kehausan. Padahal dibanding mantan-mantan dan cewek-cewek yang pernah Milo tiduri. Ukuran payudara Celli sangat kecil tapi entah kenapa Milo sangat menyukai bermain di dada Celli.

Milo pernah berkata bahwa payudara Celli sedang masa pertumbuhan dan harus dikembangbiak kan dengan baik dan Milo itu petani yang hebat jadi sangat di sayangkan jika bakat Milo tidak di gunakan untuk membantu perkembangbiak kan payudara Celli. Anak tolol memang.

Setelah semua pakaian Celli tanggal dan sudah puas mengukir karya-karyanya, Milo mendorong Celli agar lebih menjauh dari hadapannya. Milo ingin melihat hasil karya yang baru saja ia ciptakan. Dengan senyum bangganya Milo berdecak kagum.

"Perfect! karya gue emang selalu indah."

Bibir Celli yang agak bengkak berwarna kemerahan serta tubuh semok Celli yang sudah dipenuhi oleh bercak-bercak merah. Mata Celli yang berkeling manja. Membuat gairah Milo semakin meningkat.

Celli yang masih memakai sepatu heels berjalan pelan kearah Milo. Menarik kerah kemeja yang Milo pakai. Celli mendorong Millo hingga jatuh ke ranjang hotel yang mereka tempati. Mengikat tangan Milo dengan tali dress yang tadi ia kenakan.

Menyentuh dan mengusap pelan mulai dari wajah, leher dan dada Milo. Mengulang apa yang Milo lakukan padanya.

Mengecupi, menjilat dan mengigit-gigit kecil leher Milo. Sambil membuat tanda-tanda dileher laki-laki itu. Celli melepas kancing baju yang Milo kenakan. Bermain di nipple laki-laki itu, memilin, mencubit dan mengigit-gigit pelan payudara rata milik laki-laki yang sudah sangat tidak sabar ingin segera memasuki lobang surgawi yang Celli miliki.

Bibir Celli terus turun kebawah mengecupi perut rata Milo. Semakin kebawah hingga menemukan gundukan besar yang sudah sangat siap untuk keluar dari sangkarnya.

Dengan masih dibalut oleh celana jeans, Celli mengecup pelan lalu mengelusnya dengan smirk nakal yang Celli keluarkan.

"Cepet buka By!" suara serak Milo berkata.

Celli yang menyukai wajah tersiksa Milo hanya bisa mengulur waktu, anggap saja balas dendam karna Celli dijadikan second choice setelah pemeran utama tidak bisa.

"Cell anjing! jangan di elus doang kontol! cepet buka anjing!" mulut Milo memang beracun.

"Terus gue peduli?" diremasnya pelan pusaka Milo. "Begging By. Begging! memohon dulu ke gue baru gue lepasin."

Friends With BarokahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang