Part 8

1.3K 10 0
                                    

"Cinta boleh, tolol jangan." - Geya Haira.
***
"Sebaik-baiknya rindu tanpa pertemuan adalah doa. Semoga Tuhan dapat menyampaikan rasa ini dan tetap menjaga agar hubungan kita tidak rusak oleh sebelenggu rasa rindu." - Aracelli Deolinda.
***

"Shaka, menurut lo definisi dari rindu yang tidak bisa tersampaikan itu apa?"

"Hm.. rindu ya? apa ya? wait, lemme thinks." sambil melipat tangannya, pria asli Jakarta itu berpikir.

"Lamaaaa." Celli cemberut menunggu jawaban dari laki-laki itu.

"Sabar sayang." Shaka mencubit pipi Celli. "Yang pasti menyakitkan ya, karena kamu cuma bisa diam. Tanpa bisa melakukan apapun. Bertemu? sulit. Mengatakan aku merindukanmu pun bisa aja sih tapi gak bakal merubah apapun. I mean kalau dia merindukanmu juga ya you're so lucky, tapi kalau tidak? apa rindumu akan tersampaikan? mungkin iya, tapi tidak berbalas. So, kesimpulan dari aku tentang rindu yang tidak bisa tersampaikan adalah menyakitkan."

"Jadi, apa yang biasa lo lakuin kalau lagi rindu sama seseorang tapi gak bisa apa-apa?"

"Hm.. jadi temanya malem ini adalah tentang rindu ya?" Shaka mengacak pelan rambut Celli. "Kalo aku lagi kangen kamu nih, tapi aku gak bisa apa-apa. Contohnya kayak aku gak bisa ngajak kamu ketemu atau aku gak bisa ngirim pesan ke kamu karna takut mengganggu kamu ya yang bisa aku lakuin adalah berdoa. Aku berdoa semoga Tuhan berbaik hati kepadaku untuk menyampaikan rinduku ini ke kamu. Siapa tau, kamu bisa merasakan rinduku dan syukur-syukur kamu juga merindukan aku balik." Shaka menoleh ke arah Celli dan mereka saling bertatapan.

Celli memutus kontak mata mereka lebih dulu. "Hm.. berdoa ya? tapi kalo masih rindu gimana?" Celli bergumam pelan dan masih bisa terdengar oleh Shaka.

"Sebenarnya obat rindu itu ya bertemu. Tapi kalau tidak bisa bertemu dan berdoa pun sudah dilakukan tapi tidak merubah apapun, kamu hanya bisa menahan dan menikmati rasa itu. Menahan sampai rasa rindu itu reda dengan sendirinya. Menikmati setiap tarikan nafas kamu yang terus menyebut namanya." Shaka tersenyum lembut.

"Kenapa Aracell? kamu lagi rindu ya sama si tengil?"

"Gak tuh. Sok tau."

"Aku tau. Jujur aja, aku dengerin sampai rasa rindu kamu berkurang walaupun hanya 0,1%." Shaka menatap Celli dengan tatapan sayang.

"Hm. I miss him so bad, and it hurts." Celli mengatakannya dengan suara gemetar. "Udah sebulan lebih kita gak bertemu dan gak berkomunikasi sama sekali. Mungkin kalau gak bertemu gue bisa memaklumi karna sebelumnya pun kita memang jarang bertemu karna ya kesibukan masing-masing. Tapi untuk tidak berkomunikasi itu, gue gak terbiasa. Gue terbiasa mendapatkan notifikasi pesan dari dia setiap kali gue buka handphone. Tapi sekarang bahkan dia gak liat update an story gue sama sekali." Celli menarik nafasnya panjang guna menetralisir agar air matanya tidak jatuh.

"Ternyata steatment i miss you so much, and it hurts itu beneran ada dan menyakitkan banget. Gue kangen dia tapi gue gak bisa ngapa-ngapain. Itu sakit banget Shaka." Shaka menarik Celli ke dalam pelukannya.

"It's okey, nangis aja Aracell. Gak ada orang yang bisa liat air mata kamu jatuh sekarang. Nangis aja gak usah ditahan. Gak papa."

Dengan nafas yang sesegukkan, Celli berusaha mengeluarkan isi hatinya. "Gue pikir gue bakal baik-baik aja walaupun gak sama dia. Gue pikir gue bakal baik-baik aja dia sama yang lain but no Shaka. I can't. Hati gue sakit banget, harusnya diposisi cewek itu gue Shaka, bukan dia. Gue yang lebih dulu kenal dia. Gue yang berjuang buat dapetin dia. Gue yang selalu ada buat dia. Gue yang jadi pelampiasan nafsunya dia. Gue yang," dengan nafas yang naik turun karna menahan sesak Celli melanjutkan ucapannya.

Friends With BarokahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang