Part 6

1.4K 14 0
                                    

Selesai dari tempat pameran Shaka tidak membawa Celli pulang tapi mengajaknya berkeliling melihat city light di Jakarta.

Shaka tahu bahwa Celli sangat menyukai pemandangan Jakarta pada malam hari, katanya bisa meredakan rasa stressnya.

"Aracell mau nongkrong dulu gak di pinggir jalan? sambil ngopi terus nyebat."

"Boleh."

Shaka menepikan motornya di pinggir jalan Sudirman. Karna ini malam minggu banyak sekali muda-mudi yang sedang berpacaran atau sekedar berkumpul dan bermain skate bersama teman-temannya.

"Bang kopi 2 ya."

Selagi Shaka memesan kopi ke abang-abang starling, ia duduk di trotoar bahu jalan tempat bunga-bunga ditanam. Celli memejamkan mata menghirup udara dalam-dalam lalu dihembuskan dan tersenyum.

"Aw." Celli sedikit terkejut saat benda dingin tertempel di pipinya. Ternyata itu Shaka yang membawa 2 gelas es kopi dan sebungkus rokok.

"Kayaknya lagi nikmatin suasana banget deh. Kenapa? mbaknya patah hati ya?" ejek Shaka.

Celli mengambil es kopi dan membakar sebatang rokok yang Shaka bawa. "Enak aja. Siapa kali yang patah hati."

"Ya kamu lah masa aku. Aku mah seneng aja si tengil itu udah punya gebetan sekarang." Celli mulai menghisap rokoknya.

"Kenapa kali seneng."

"Ya seneng lah. Itu artinya kesempatan aku buat dapetin kamu lebih besar. Jadi gak ada lagi orang yang ngehalangin aku buat deketin kamu." Shaka mencolek pipi Celli.

"Yaelah Ka, siapa yang berani ngelarang lo buat deketin gue? gak ada yang berani."

"Ya si tengil siapa lagi."

"Milo maksud lo? Milo gak pernah ngelarang siapa pun buat deketin gue. Dia mah malah seneng gue ada yang deketin."

"Emang gak secara langsung. Tapi setiap kali ada cowok yang mau deketin kamu, si tengil itu selalu mengibarkan aura permusuhan tau gak."

"Ah lo nya aja yang ngerasa begitu. Padahal dia biasa aja."

"Ya kamu gak berasa. Tapi kan buat cowok-cowok yang ngedeketin kamu beda Aracell. Untung jiwa aku jiwa petarung. Jadi semakin si tengil mengibarkan aura perang, semakin aku tertarik untuk melawan." Celli tersenyum geli saat melihat Shaka meragakan dirinya ala-ala pejuang.

"Ahaha.. apa si lo gak jelas." Shaka ikut tertawa melihat pujaan hatinya tertawa.

"Tapi ya, aku gak nyangka tau. Ternyata si tengil bisa juga ya punya gebetan. Aku pikir pusat hidupnya dia cuma di kamu."

"Apaan sih lo. Ya nggak lah. Si Milo juga punya kehidupannya sendiri kali Ka. Ya kali hidupnya dia selalu tentang gue. Atau mungkin gue gak pernah ada di hidupnya dia." bisik Celli pelan pada kalimat terakhir.

"Tapi yang aku liat sih gitu ya. Dari kacamata cowok."

"Sok tau."

"Yeh, aku juga tau kalo kamu punya perasaan buat si tengil. Ya kan?" Celli terdiam.

"Sok tau banget manusianya. Heran."

"Semua orang juga tau gimana cara kamu natap si tengil itu beda. Orang goblok aja yang gak sadar Aracell, Aracell. Dan aku yakin si tengil juga sadar kalo cara natap kamu ke dia itu beda. Semuanya Aracell, semuanya tentang dia selalu kamu beri respon yang berbeda dari yang lainnya. Dan menurut kacamata aku lagi sebagai cowok ya, si tengil gak sadar sama perasaan dia ke kamu. Inget kalimat ini ya, gak ada pertemanan antara cewek dan cowok yang biasa aja. Pasti salah satunya ada yang naruh perasaan. Atau bahkan mungkin keduanya tapi mereka gak sadar aja atau denial sama perasaan mereka masing-masing."

Friends With BarokahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang