Part 15

945 10 6
                                    

Kau buat aku bertanya, kau buat aku mencari. Tentang rasa ini aku tak mengerti. Akankah sama jadinya bila bukan kamu. Lalu senyummu menyadarkanku, bahwa kau memang tidak mencintaiku.

***

"Hai Aracell." Shaka menghampiri Celli yang masih terduduk di tanah lalu ikut berjongkok di depannya.

"Ngapain lo disini? kok gak bilang-bilang gue mau kesini?"

"Ketemu mama kamu. Tadinya aku mau ketemu kamu, aku udah coba ngehubungin kamu berkali-kali tapi gak diangkat-angkat. Terus yaudah aku samperin aja kerumah kamu, aku khawatir kamu gak bisa di hubungi. Tapi pas sampe rumah, kata mama, kamu gak di rumah lagi main keluar. Eh ternyata lagi jalan sama si tengil." tiba-tiba Shaka mengendus-ngendus tubuh Celli.

"Kamu mabuk juga ya sama dia? kalo mama tau, mama gak marah? sini aku pakein minyak wangiku biar orang rumah gak tau kalo kamu abis minum." Shaka menyemprotkan banyak minyak wangi miliknya keseluruh tubuh Celli agar bau alkohol dan rokok di tubuhnya tersamarkan.

"Nanti langsung bebersih ya." dengan wajah sedikit kecewa Shaka mengelus kepala Celli. "Yaudah, aku pulang ya Aracell."

"Ka, gak mau ngobrol dulu?" Celli memegang tangan Shaka saat laki-laki itu beranjak pergi.

"Gak keberatan emang?" Celli menggeleng.

"Ngobrol di teras rumah gue aja." gantian Shaka yang mengangguk.

"Gue gak mabuk berdua sama Milo kok Ka. Malem ini gue di undang ke party temennya, terus gue khilaf dan yeah gue mabuk. Karna udah ngefly banget, Milo anter gue balik."

"Lalu?"

"Ya gue tau sih pasti Milo bakal dateng ke acara temennya. Niat awal juga gue gak mau mabuk, tapi si Milo malah provokasi gue jadi yaudah deh gue minum." Shaka kembali mengangguk.

"Kepala kamu masih pusing gak? mual gak? aku beliin minuman buat ngilangin pengar kamu ya." Shaka mengelus kepala Celli.

"I'm oke Ka. Milo udah kasih gue minum air kelapa disana. Thanks perhatian lo." Shaka menurunkan tangannya dari kepala Celli.

"Kamu udah confess ke Milo tentang perasaan kamu ke dia?" Celli terdiam. Menimang apakah ia harus ceritakan atau tidak.

"Gak papa cerita aja. I'm oke kok." Shaka tersenyum menenangkan Celli.

"Iya, gue udah confess ke dia tadi."

"Terus jawabannya?"

"Jawaban apa yang lo harapin dari orang yang udah punya pasangan?" Celli tersenyum kecut.

"Jadi di tolak ya?" goda Shaka.

Celli tersenyum miris. "Gak usah di perjelas."

"Hahaha.. sorry Aracell, gak maksud tapi niat."

"Ih Shakaaa!!!" Celli memukul paha Shaka.

"Berarti udah gak lagi mencari validasi tentang perasaan dia ke kamu dong?"

"Harusnya dari awal gak sih Ka gue gak butuh validasi dari dia? I mean laki-laki kan makhluk simple ya, kalo mereka pengen pasti mereka kejar. Ngeliat sikap Milo selama ini harusnya gue sadar kalo gue gak pernah ada di hati dia. Gue goblok banget ya Ka." Celli mulai menangis lagi.

"Gak papa Aracell. Kan cinta itu di rasanya pake hati dan hati itu bukan otak yang bisa berpikir. Jadi, apapun yang hati kamu rasain gak salah. Karna hati gak bisa berpikir." Celli menatap Shaka dalam sedangkan Shaka mengelap air mata Celli yang menetes.

"Jangan ditatap kayak gitu Aracell, nanti aku makin jatuh cinta sama kamu." Celli tersenyum dan mengalihkan pandangannya kedepan.

"Beruntung banget ya Ka kalo ada seseorang bisa milikin lo."

Friends With BarokahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang