Part 10

1.1K 9 0
                                    

"Tolol!" Geya menyandarkan tubuhnya ke kursi dan bersedekap dengan wajah datar.

"Ihh Geya gue kan belum selesai cerita kok lo udah ngetolol-tololin gue sih."

"Tanpa lo menyelesaikan cerita lo gue udah tau kelanjutannya bakal kayak gimana Aracelli, lo gak perlu cerita panjang lebar karna ujung-ujungnya gue bakal tetap mentolol-tololkan lo. Celli dengar ya, anak bocil jaman sekarang aja tau apa yang di lakukan oleh dua manusia lawan jenis di dalam kamar kost pada malam hari dengan pintu terkunci."

"Lo pikir gue orang tolol yang bakal beranggapan kalo lo sama si tengil di kamar berduaan cuma buat sholat jamaah? ngaji bareng? sholawatan? nggak Celli." sambung Geya.

"Ya tapi kan itu bukan kemauan gue Gey, gue udah nolak ajakan Milo bahkan sampe Milo kelar mandi pun gue berusaha buat pulang tapi kan si Milo yang lebih dulu konci pintu kamarnya terus ya gitu gue gak bisa kabur lagi."

"Kenapa lo gak kabur pas Milo lagi mandi? pasti lo punya banyak waktu kan untuk pergi saat itu? kenapa gue tanya?" Geya berkata masih dengan wajar datarnya.

"Ya karena itu..."

"Apa?"

"Pas gue lagi liat-liat kamar Milo mata gue gak sengaja liat satu bingkai foto yang terpajang di mejanya dia terus ternyata itu foto dia sama Asha. Gue gak kuat liatnya jadi selama Milo di kamar mandi gue pake buat nangis." Celli menunduk sedih. Hatinya berdenyut kala mengingat foto mesra Milo dan Asha.

"Lalu kenapa lo gak nolak ketika dia minta izin buat cium lo?"

"Ya... karna.. gak tau." lagi-lagi Celli menunduk.

"Ya iyalah wajar aja lo gak bisa nolak, kapan sih seorang Celli nolak apapun tentang Milo? apalagi dalam kondisi patah hati tapi disisi lain kangen berat. Gak mungkin seorang Aracelli akan menolak itu. Kayaknya kalo Milo nyuruh lo telanjang sambil jilat kaki dia juga lo bakal mau. Aracelli Deolinda lonte kecilnya Milo Matheo. Itu sebutan gue buat lo lonte kecil."

"Geya, kok lo ngomong kayak gitu sih?"

"Kenapa? lo gak seneng gue ngomongin fakta tentang diri lo?"

"Harusnya lo nenangin gue bukan malah mojokin gue."

"Lo gak perlu ditenangin Cell. Semakin gue memvalidasi perasaan lo, yang ada lo makin menggila. Gue ngomong kasar aja lo gak sadar-sadar apalagi di baikin, yang ada malah makin menjadi. Untung aja Asha telepon coba kalo nggak? apa gak bakal ngelakuin lebih?" muka Geya sudah seperti ingin mengacak-acak bumi dan itu membuat nyali Celli menciut.

"Celli denger! walaupun lo sahabat gue yang paling gue sayangi di muka bumi ini, kalo lo salah gue bakal tetap bilang lo salah. Kalo lo benar gue yang paling depan bakal ngebela lo. Gue gak mau mentang-mentang lo sahabat gue terus lo ngelakuin kesalahan gue malah mendukung lo, nggak Cell. Dan lo tau itu." ucap Geya dengan raut wajah yang serius.

"Lagian apa sih yang lo suka dari cowok redflags kayak dia. Gue gak ngerti bagusnya dia dimana. Ganteng nggak, kayak pulu-pulu muka opet iya ckck..."

"Ya kan merah itu tanda cinta terus gue nya buta warna jadi ya gas aja." Geya melirik Celli dengan bombastic side eyes.

"Hehe.. bercanda Geya sayang, maafin aku ya. Jangan marah..." Celli mendekat lalu memeluk Geya dari samping. "Gue usahain ya kali ini bakal coba lagi buat move on."

"Tolol! bisa-bisanya lo masih bercanda bukannya mikir. Udah gak ketolong lo." Geya mengklepak kepala Celli lalu membalas pelukan sahabat tololnya itu. "Gue juga minta maaf ya karna terlalu kasar ngomong ke lo, tapi lo emang pantes dapetin itu."

"Hehe.. iya gak papa timakacii geyang (Geya ayang) karna tamparanmu membuatku terjungkal dan menyusruk hingga ke dasar bumi."

"Sukurin emang lo pantes dapet tamparan dari gue biar sadar. Kalo masih gak sadar juga, kepala lo gue timpa pake gas 12 kg."

"Emang lo kuat ngangkatnya?"

"Nggak sih hehe.."

"Dongo." Celli mengklepak balik kepala Geya.

***

Saat ini Celli dan ayah nya sedang makan malam di salah satu warkop di dekat rumahnya, karna sudah lama tidak bertemu dan kebetulan Celli juga sudah merindukan ayahnya jadilah ada pertemuan ini.

For your information, orang tua Celli sudah bercerai sejak 2 tahun yang lalu. Setelah perdebatan dan pertengkaran hebat akhirnya Celli memutuskan untuk berdamai dan ikut dengan mamanya. Begitu pun adiknya. Sedangkan ayahnya memilih untuk tinggal bersama adik kandungnya yang lain.

"Kakak gimana kakak udah punya pacar?"

"Emang kenapa?"

"Ya gak papa ayah cuma nanya aja. Kalo kakak udah siap untuk menikah, langsung nikah aja kak. Gak usah lama-lama, lebih cepat lebih baik."

"Gak punya."

"Sama yang waktu itu kakak ceritain gimana?"

"Yang mana?"

"Itu yang anak IT."

"Ukhuk..." Celli terbatuk mendengar ayahnya menanyakan tentang Milo. "Ya gak gimana-gimana. Dia mah gak suka sama Ara. Lagian dia juga udah punya pacar."

"Yah kasian banget anak ayah." ayah mengusap kepala Celli. "Gak papa ya, kakak sabar aja dulu nanti juga ketemu jodohnya."

"Kapan?"

"Ya nanti kalo udah waktunya." ayah lanjut menyeruput mie yang sedang ia makan. "Lagian ya kalo emang dia gak baik untuk kakak akan selalu ada cara dari semesta untuk memisahkan kalian. Semesta akan menunjukan bagaimana dia yang asli agar kakak sadar bahwa dia gak cukup baik untuk kakak."

"Tapi kapan ya Ara bisa ketemu jodoh Ara? Kenapa lama banget ya, temen-temen Ara aja udah pada nikah tapi sampe sekarang Ara masih aja jomblo. Mengsedih." Celli menghela nafas pasrah.

"Kakak tau gak kenapa Allah masih belum mempertemukan kakak sama jodoh kakak dan tetap membiarkan kakak sendirian?"

"Nggak, emangnya kenapa?"

"Kakak ingat gak doa-doa apa yang kakak terbangin ke langit saat meminta seorang jodoh?"

"emmm ya?" agak ragu Celli menjawab.

"Pasti kakak minta jodoh yang baik, yang sholeh, yang mapan, yang ganteng, pokoknya jodoh yang hampir mendekati kata sempurna dan lain-lain, ya kan?" Celli mengangguk.

"Nah karna kakak meminta yang seperti itu, sebenernya Allah sedang mengabulkan doa kakak tapi gak sekarang di kasihnya. Karna kriteria yang kakak minta ini belum sesuai sama permintaan kakak, makanya Allah keep dulu nih sampai sesuai sama apa yang kakak minta." Celli mengangguk-angguk mendengar perkataan ayahnya.

"Dalam artian sekarang dianya belum cukup baik, belum sholeh, belum mapan, masih tersesat, masih mencari jati diri atau bahkan sedang memperbaiki dirinya dan lain-lain. Dan begitupun dia, dia juga pasti meminta jodohnya yang seperti ini, seperti itu, yang mendekati kata sempurna. Tapi kakak sebagai jodohnya belum seperti apa yang dia minta sekarang. Kakaknya belum baik, masih labil, belum sholeha, masih jarang-jarang sholat, masih buka tutup hijab, masih belum siap jadi istri apalagi jadi ibu dan lain-lain, makanya masih di keep dulu sama Allah sampai pada akhirnya kalian akan dipertemukan pada versi terbaik diri kalian masing-masing. Jadi sabar ya, Allah lagi menyiapkan permintaan kalian."

"Bener juga sih apa yang ayah bilang. Yaudah daripada pusing mikirin perihal jodoh mending Ara fokus aja untuk memperbaiki diri Ara biar Allah pertemuin Ara sama jodoh yang super duper baik." Celli tersenyum senang.

"Pinter anak ayah." ayah lagi-lagi mengelus sayang kepala anak perempuan semata wayangnya.

***

Haii gaiissssss karna antusias kalian yang sangat ramai membuat ku bersemangat untuk up part selanjutnya🥹
terus dukung aku yaa!! luv luvs🤎

Friends With BarokahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang