Part 24

614 6 0
                                    

Aracelli Side

Sudah dua minggu sejak pertengkaran kemarin aku tidak lagi bertemu atau bahkan berkomunikasi dengan Milo karna memang nomornya Milo sudah ku blockir untuk kesekian kalinya.

Biasanya Milo akan mengetahui dengan cepat jika aku memblockir nomornya. Lalu ia akan menghubungi melalui sosial medianya yang lain atau bahkan menyepam ku dengan nomor-nomor pinjol tidak jelas.

Tapi kali ini tidak, kemana ya dia? Apa yang sedang ia lakukan ya? pertanyaan itu selalu berputar di kepalaku. Bagaimana ya kabarnya? aku rindu. Ingin sekali aku menemuinya atau memulai  terlebih dahulu percakapan kami, tapi aku takut yang membalasnya itu perempuannya.

Biarkan saja, aku tetap dengan rasa ego dan gengsi ku yang besarnya mengalahkan Gunung Everest. Aku tetap berpegang teguh untuk tidak menghubunginya duluan.

Temanku berkata kalau ia menyayangiku ia akan melakukan segala cara untuk menghubungiku. Biarkan saja aku akan mencoba untuk tidak peduli.

Huftt.. tapi aku merindukan anak tengil itu. Milo sialan bahkan saat dia tidak ada pun dia berhasil mengusik ketenangan hidupku. Semua tentang Milo memang selalu berhasil mengusik rasa tenangku. Brengsek!

“Aracelli!!” mataku berbinar kala mendengar suara seorang pria memanggil namaku.

“Milo..” gumamku pelan lalu binar mataku berubah menjadi rasa heran. Bagaimana bisa Geya dengan Milo datang bersama ?

“Kok kalian bareng?”

“Oiya Cell sorry, gue kan pernah bilang sama lo sebelumnya kalo gue ada suatu hal yang pengen di omongin ke Milo dan pas lo ngasih nomornya Milo gue langsung ngehubungin dia dan Milo ngajak ketemu.”

aku mengernyitkan dahiku keheranan. Kenapa Geya gak cerita ke gue kalo dia mau ketemu sama Milo hari ini.

Aku melarikan mataku untuk menatap Milo dan yang ditatap hanya diam menampilkan wajah datarnya.

“Terus?”

“Yaudah. Milo bilang kalian lagi sedikit bertengkar jadi gue ngajak Milo kesini buat ngasih tau keberadaan lo.” aku hanya diam membiarkan Geya menjelaskan lebih detail hal yang tidak ku mengerti ini.

“Yaudah itu aja. Gue masih ada urusan gue balik duluan ya.” Geya menepuk beberapa kali kepalaku.

“Gey lo ketemu Milo dari kapan?” karna saat ini sudah jam 9 malam.

“Hehe.. dari tadi sore sekitar jam 5 an deh kayaknya.” aku tercengang. Bisa-bisanya dia bertemu dengan Milo tapi tidak ada memberitahuku sama sekali.

Aku hanya tersenyum serta mengangguk dan terus mengusir rasa sakit dihati dan pikiran buruk di kepalaku. Lagipula Milo sudah punya pasangan, tidak apa-apa Cell. Aku terus bergelud dengan diri ku sendiri untuk merasa tenang.

“Yaudah gue balik ya. Mil duluan.” aku hanya tersenyum dan mengucapkan hati-hati, begitu juga dengan Milo.

Sekarang Milo sudah duduk di hadapanku dengan mata tajam yang terus menyorotiku. Aku takut kepalaku akan bolong jika ia terus menatapku seperti itu.

“Ada masalah apa lo block gue?” kini gantian aku yang menatapnya marah.

“Ada. Ada banget!”

“Apaan? tiba-tiba ngeblock aja.”

“Menurut lo aja!”

“Gue yang tiba-tiba bilang mau lamaran? dan sekarang gue jalan sama Geya?” aku hanya diam dan menunduk.

“I dont know.” seketika tawa Milo pecah.

“Cemburu lo?”

“Nggak.” jawab ku dengan cepat. Aku tidak ingin lelaki brengsek nan tegil ini besar kepala.

Friends With BarokahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang