Hallo gais :) ketemu lagi sama Rara :)
Maaf baru sempet garap work birthday Renjun ya :)Dah telat banget :") tapi kalau gak di garap, sayang :")
Makasih buat Kak NakamuraVivi yang udah mau jadi pemain cewek di cast ini :)
Piebesdey Lonjwun Oppa terkiyowo :)
23 Maret 2000Wish you all the best :)
Renchin and Kudanil Gembrot stay love you :3Cerita ini hanya fiktif belaka. Apabila ada kesamaan nama, tokoh, latar tempat dll itu hanya kebetulan semata. Just for fun. Jangan di bawa ke rl ya guys!
Harap bijak memilih bacaan rate 🔞
WARNING! THIS STORY VERY BDSM!!YANG GAK SUKA BISA SKIP!
Happy Reading
Sudah satu jam para mahasiswa baru yang sedang OSPEK berdiri untuk mengantri mengambil makan dan minum di lapangan kampus yang luas seperti padang pasir. Rasanya kesal sekali. Terik matahari panas di siang ini, belum lagi celotehan mahasiswa yang tidak suka dengan sengatan matahari. Jikalau bukan karena rules dalam OSPEK ini maka semua lebih memilih makan di kantin kampus yang luas dan sejuk.
"Lama banget sih anjirr!" kesal seorang gadis yang membuat teman di belakangnya terkekeh.
"Sabar," ucap temannya.
"Udahlah panas, kakak ospeknya gak ramah juga. Ih, ngeselin. Eh tapi yang namanya Jaemin tadi manis juga ya. Gila."
Vivi terkekeh mendengar celotehan temannya yang bernama Riana. Mereka mahasiswa baru jurusan Bahasa Inggris mau tidak mau juga harus mengikuti OSPEK yang sudah menjadi jadwal bagi mahasiswa baru untuk pengenalan lingkungan kampus dan mungkin pengenalan kehidupan kampus yang tidak selalu mulus.
Mereka sampai di meja pengambilan makan. Terdapat dua kakak tingkat wanita yang mengurus konsumsi. Mereka memberikan dua kotak makan siang dan dua botol mineral. Vivi tersenyum dan berterimakasih. Berbeda dengan Riana yang diam saja dan menahan kesal.
"Hey, bagian laki-laki kurang 5!" celetuk seorang pria yang diyakini sebagai kating mereka juga, wajahnya tampak serius. Vivi terdiam melihat pria itu. Aura benar-benar memikat, Riana mengerutkan kening karena Vivi tak kunjung beranjak. Akhirnya gadis itu menarik Vivi berjalan, sedang Vivi hanya kaget kemudian terdiam lagi.
Selesai makan siang, mereka kembali ke tempat perkumpulan. Vivi dan Riana segera mendudukkan diri mereka. Riana melebarkan mata. "Vi, name tag lu mana?"
Vivi meraba lehernya dan benar saja name tagnya hilang. Ia benar-benar takut sekarang, sesuai rules yang sudah dibacakan tadi pagi apabila peserta menghilangkan name tagnya maka akan diberi hukuman.
"Nakamura Vivi!" seru suara seorang pria dari depan. Vivi mendongakkan kepalanya di antara barisan lainnya. Semua kepala tertuju pada Vivi. Gadis itu meneguk ludah melihat wajah interupsi kating yang sudah berbaris di depan.
"Yang saya panggil namanya tadi kenapa tidak segera maju?" Kating pria tadi berucap sinis membuat hati Vivi tertohok. Riana menghela napas, menatap Vivi dengan penuh kekhawatiran.