Birthday Sion di 11 Mei
Happy Reading 🌷
Author POV
"Ibu, maksud Sion gimana? Kok katanya ibunya udah ada di surga?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut mungil anak berusia taman kanak-kanak.
Sang ibu terdiam, ia berjongkok di hadapan Liora. Wajar jika anak kecil seperti dia sangat aktif bertanya. Kedua tangan ibu memegang pundak Liora begitu lembutnya.
"Manusia di dunia ini pasti akan merasakan yang namanya kelahiran dan kematian."
"Kalau sudah saatnya dipanggil Tuhan maka mereka akan meninggalkan dunia. Itu namanya kematian."
"Ibunya Sion sudah dipanggil Tuhan duluan."
Liora mengerjapkan matanya, perkataan ibu diresapi begitu dalam. Jadi, apakah suatu saat ia bisa kehilangan ibu ataupun ayah? Atau bahkan dirinya sendiri?
"Tapi, Liora ga mau kehilangan ayah dan ibu." Matanya berkaca-kaca, ditatapnya sang ibu dengan bibir mencebik.
Ibu terkekeh, di cubitnya pipi chubby anak perempuan satu-satunya itu.
"Gak bisa, Liora. Itu udah takdir Tuhan, yang bisa dilakukan adalah memanfaatkan semua moment berharga selama masih hidup. Liora harus paham ya?" Mama menasehati anaknya dengan penuh kelembutan. Berharap setidaknya anak itu sudah siap dari sekarang.
Kita tidak akan pernah tahu kemungkinan yang terjadi kan?
"Ayah, Liora gak mau kehilangan Ayah." Lagi-lagi mulut mungil itu mengungkapkan. Entah sudah berapa kali di hari yang sama.
Ayah mengerutkan kening. Tidak biasanya putrinya seperti ini. Ada apa gerangan?
"Kamu kenapa sayang? Ayah gak akan ninggalin kamu kok."
Begitulah hati seorang ayah untuk anak perempuannya. Mana tega bilang untuk meninggalkan. Terutama sang anak sangat manja padanya. Ia adalah cinta pertama anak perempuannya. Di mata Liora, ayah lebih dari spiderman penyelamat kota. Ayah adalah sebagian dari kehidupan jiwanya. Ia sangat mencintai ayah. Seorang anak perempuan yang selalu ingin mendapatkan kasih sayang ayah, dialah Liora.
🌷
Hari ini adalah moment dimana Liora menginjakkan kakinya menuju ranah sekolah dasar. Bocah kecil yang cantik dan manis itu menggendong tas di punggungnya, memakai seragam hari senin, sepatu hitam serta kedua rambutnya di kepang rapih. Menggemaskan sekali. Ia melambaikan tangan ke arah ayah dan ibu yang mengantarkannya menuju sekolah dasar untuk pertama kali.
"Liora pasti bisa!"
"Belajar yang semangat sayang!"
Api semangat dalam jiwa bocah berusia 7 tahun itu menyala terang. Ia berjalan menapaki kelas baru, disambut dengan sangat baik oleh guru barunya.
"Selamat pagi anak cantik, siapa nama kamu?" tanya guru tersebut sambil menggandeng Liora masuk dengan ramah.
Gadis itu tersenyum manis. "Nama saya Park Liora, Bu Guru."
Bu Guru menuntun Liora ke tempat duduknya, sambil terus bertanya-tanya ramah. Membuat gadis itu tidak sadar ada seseorang di sampingnya.
"Pagi Ra, kita satu sekolah sekarang."
Liora melebarkan mata. "Sion, kamu sekolah disini juga?" kagetnya.