Mianhae baru bisa lanjut, akhir-akhir ini hectic parah. Ini aja curi waktu wakakkak, tugas menumpuk.
Happy Reading
Hari ini adalah, ulang tahun Liora. Gadis yang kini berusia 17 tahun itu siap merayakan ulang tahun sekaligus sweet seventeennya.
Liora keluar dari kamarnya setelah berdandan cukup lama, orang yang pertama kali ia lihat adalah sahabat sejatinya sejak kecil. Oh Sion membawa bucket bunga dan satu kado kotak berwarna pink pastel.
"Happy Birthday pretty Liora," ucapan Sion membuat Liora merona malu. Gadis itu menerima hadiah Sion dengan senang hati.
"Makasih Sion, besok kalau kamu ulang tahun aku yang bakalan rayain besar-besaran."
Sion terkekeh mendengar ungkapan Liora. "Kan kamu yang selalu rayain ulang tahun ku, sama - sama pretty." Tak biasanya reaksi Liora selebay ini saat Sion menyebutnya pretty. Padahal itu sudah biasa, tapi kali ini jantung Liora cukup ramai.
Ibu bergabung dengan membawa kue ulang tahun untuk Liora.
"Selamat ulang tahun putri ibu yang paling cantik." Ibu mengecup pipi kanan dan kiri anaknya. Kue besar dengan wipe cream pink yang menggoda membuat Liora tersenyum senang.
"Happy birthday, Liora!" seru ayah Sion yang datang membawa kado sebesar dirinya. Liora sangat terharu.
"Terimakasih Om!" seru Liora senang.
Kini mereka tinggal menunggu ayah Liora. Ya, beliau adalah orang yang paling Liora harapkan. Tadi katanya Ayah sedang perjalanan pulang dari kantor.
"Ibu, kok ayah lama banget sih?" tanya Liora sambil mencebikkan bibir.
"Sabar ya sayang, ini ayah lagi perjalanan pulang." Sang ibu terulur mengusap kepala Liora.
Sion merangkul Liora dengan santai nya. Mengangkat ponsel dan mengambil selfie mereka.
"Kamu cantik banget Liora, jangan sedih. Pasti setelah ini ayah bakalan datang." Sion mencoba menghibur gadis itu.
Liora tersenyum. "Makasih Sion, tapi aku beneran pengen ayah datang ke ulang tahun ku. Karena tahun kemarin ayah kan gak dateng."
Semakin beranjak dewasa, Liora merasa bahwa ayahnya semakin sibuk. Perusahaan yang ayahnya pegang meningkat pesat. Sebagai pemilik tentu harus terus siap siaga dan bertanggungjawab.
Seorang pria berusia 40 an tahun terlihat menyetir mobil dengan riang. Ia terbatuk-batuk karena akhir-akhir ini sering sekali lembur bahkan tidak tidur. Dan hari ini, ia akan menyempatkan waktu demi ulang tahun putri kesayangannya. Di sebelah kursi penumpang, ada satu kado besar yang disiapkan khusus untuk putrinya. Juga surat cinta yang ia tulis semalaman dengan penuh ketulusan. Berharap dengan kado dan kehadirannya, senyuman cantik itu bisa tercetak dengan ceria.
"Uhuk!"
"Uhuk!"
Leeteuk terbatuk batuk, sambil memegangi dadanya yang terasa sakit. Entah mengapa akhir-akhir ini sakitnya semakin terasa. Ia mempercepat laju mobilnya. Hingga tak sadar ada truk yang melesat cepat di hadapan mobilnya.
Braaaaak!
Mata Leeteuk melebar, mobilnya ringsek bagian depan. Truk yang menabrak seketika rem mendadak hingga terguling ke samping.
Leeteuk tidak bisa menyelamatkan dirinya, kepalanya terbentur kaca mobil hingga darah mengalir deras.
Selamat ulang tahun, Liora sayang.
🌷
Liora menatap nanar malaikat dunia nya yang sudah ditutup kain putih sampai kepala. Ia menangis tanpa suara, semalaman habis berteriak mengelu-elukan sang ayah sampai Ibunya tidak tidur demi menenangkan putri semata wayangnya.
Pagi ini mendung, burung-burung beterbangan dengan panik. Satu per satu orang pulang dari makam, mengenakan pakaian hitam dengan wajah menunduk berduka.
Perusahaan ternama di Korea kehilangan pemiliknya. Teman-teman sejati Leeteuk kehilangan sosok yang membangun suasana perkumpulan mereka. Keluarga besar semua berduka, kehilangan sosok hebat yang berpengaruh pada kehidupan mereka.
Juga gadis berusia 17 tahun, yang merasakan bitterseventeen nya. Menangis tanpa suara, sampai matanya sembab.
"Ayah bohong!"
"Katanya ayah mau terus ada buat Liora. Ayah bohong!" serunya sambil mencakar-cakar tembok makam.
"Liora sayang, jangan kayak gitu. Ayah nanti sedih, dia sekarang udah tenang di surga Nak." Ibu juga tak henti meneteskan air mata. Belahan jiwanya telah bersua duluan di surga. Bahkan tanpa mengucapkan sebuah kode.
"Gak mau, Liora mau nyusul ayah!" Liora bersi keras.
Ibu menggeleng. "Liora, pliss jangan seperti ini Nak. Nanti ayah menangis disana."
Suasana dirumah terlihat sangat sepi. Liora berhasil tidur setelah dua malam ia menangis tanpa henti. Disebelahnya, ibu setia menemani anak gadisnya. Sedikit bernapas lega karena akhirnya Liora bisa tertidur pulas.
Perlahan air mata ibu menetes lagi. Wanita berusia 40 tahun itu juga sama, merasakan duka yang amat mencekik nan memukul hati. Perlahan ia bangkit dari ranjang Liora. Berjalan pelan menuju kamarnya.
"Leeteuk, kenapa kamu pergi duluan?" Ibu Liora memandang pigura. Potret ia dan suami semasa pacaran dulu. Sangat tidak percaya, bahwa pria yang bucin mati-matian dengannya dulu kini sudah tiada.
Yoona mengerutkan kening, melihat secarik kertas yang dilipat rapih di atas nakas. Ia heran, sejak kapan ada kertas disitu? Segera di raih dan dibacanya.
🌷
Liora memandang taman dengan banyak bunga bermekaran, dengan tatapan kosong. Disana banyak bunga tulip berbagai warna. Ada putih, kuning, dan juga merah jambu.
"Liora, aku bawain makanan buat kamu." Seorang lelaki datang dengan senyuman cerahnya.
"Aku gak mau makan!" seru Liora.
Sion terkekeh geli. "Coba satu suap dulu, kalau gak enak kamu boleh buang hasil masakanku. Serius deh."
Karena terus dipaksa akhirnya Liora mau makan satu suap. Gadis itu mengunyah dengan sangat pelan sambil mencerna rasanya.
"Gimana, enak gak?" tanya Sion.
Liora terlihat berpikir cukup lama.
"Enak!" serunya.
Gadis itu kembali menerima suapan berikutnya. Sion sangat senang, ia tahu seberapa dalam duka yang menyelimuti hati Liora. Terlihat dari mata sembab yang menghiasi mata cantik Liora.
Meski begitu, Sion akan berusaha membuat gadis itu bahagia lagi. Meski ayahnya sudah berpulang terlebih dahulu ke surga.
Sebab Sion pernah merasakan, apa yang Liora rasakan.
To be continue..