Ay- Yo!
Happy ReadingWarning!
Kinda hotteu 21+
And BDSM!Sudah seharian Vivi menghabiskan waktunya di ruangan pasien. Rasanya sangat bosan. Ia rindu mata kuliah yang membuat kesehariannya pusing. Ternyata sakit lebih memusingkan dari pada mengikuti mata kuliah.
Tiba-tiba ia teringat Riana yang kemarin sempat mengajaknya weekend. Vivi jadi merasa bersalah dengan gadis itu. Apa karena ia bohong, jadinya terkena karma. Apa Vivi sebaiknya terbuka saja pada sahabat sejak SMP nya itu?
Glek!
Suara pintu terbuka membuat Vivi mengalihkan pandangannya. Seorang gadis berjalan ke arahnya dengan raut khawatir.
"Kamu tega gak ngasih tau aku?"
"Aku ini apa Vi? Aku sahabatmu lho."
"Apa aku bikin kamu gak nyaman?"
Riana memeluk Vivi dengan erat. Demi apapun akhir - akhir ini gelagat Vivi menunjukkan kecurigaan yang nyata. Dan sekarang sahabatnya ini malah masuk ke rumah sakit. Riana benar-benar sedih, ia sebagai sahabat merasa gagal. Padahal mereka sama-sama jauh dari kota lain berangkat bersama untuk mencari ilmu dan mendaftar di kuliah terbaik. Sudah sepantasnya Riana menjaga Vivi sebagai seorang sahabat.
"Maaf Na, aku terlalu tertutup sama kamu."
Riana mempererat pelukannya pada Vivi. "Gak papa Vi, aku paham. Kamu pasti trauma masa SMP SMA kan? Kalau gitu aku gak akan maksa kamu. Karena aku pengen jadi temen yang baik buat kamu. Tapi kalau kamu butuh apa-apa, jangan segan manggil aku pliss."
Jglek!
Kedatangan suster yang mengantarkan makanan membuat keduanya melepaskan pelukan. Riana tersenyum menatap Vivi, gadis cantik itu terlihat pucat sekali. "Makan dulu ya Vi," ucap Riana kemudian menyuapi sahabatnya itu dengan senang hati.
Sore hari telah tiba. Riana hendak pamit pulang ke rumah nya. Namun sebelum ia beranjak seseorang tiba-tiba membuka pintu. Riana melebarkan mata melihat sosok yang datang.
"Sayang, kamu aku cari kemana-mana. Ternyata disini," ucap seorang pria itu. Vivi mengerutkan kening. "Sayang?"
Riana tersenyum ia menghampiri pria tersebut dan menggandeng tangannya mendekat ke arah ranjang Vivi.
"Aku sama Jaemin Oppa jadian, Vi. Maaf aku belum sempat cerita ke kamu."
Vivi membelalakkan mata kaget. "Serius, selamat ya kalian. Semoga longlast," ucapnya.
Setelah cukup lama berbasa basi akhirnya kedua pasangan baru jadian itu pamit pergi. Kini tinggal Vivi sendirian di ruangan itu. Rasanya sangat sunyi. Gadis itu meraih ponselnya di nakas sebelah ranjang. Ia mengecek baterai ponsel yang telah penuh kemudian mencabut chargernya.