. . .
"A-aku,,,,,,, apa maksud mu? Oh!, Hahah pasti soal yang di twitter ya? " Wendy tertawa sendiri saat menyadari topik yang sedang Yoongi pertanyakan.
"Kau serius sekali Yoongi sunbaenim, itu semua hanya akal akalan fans saja, terlebih lagi popularitas mu menjulang tinggi saat ini ya jelas itu di pergunakan untuk keuntungan mereka sunbaenim, kau jangan menyimpulkan dulu aku sama sekali tidak memiliki perasaan padamu sungguh!, lagi pula aku akan bertunangan dengan kekasih ku bulan depan tenang saja nanti agensi ku akan mengklarifikasi di sosial media" Yoongi sedikit lega mendengar itu semua. Tapi entah mengapa rasa bersalah malah mrnyeruak di dalam tubuhnya.
"J-jimin"
. . .
"Apa sangat sakit? " Jimin mengangguk sembari sesenggukan menahan air mata yang akan berderai kembali.
"Tidak usah di pikirkan ya, anggap semua perkataan Yoongi angin lalu, jangan di pendam lagi sudah lepaskan saja pria seperti itu mine, masih banyak yang mau menemanimu" Jaemin seolah memberi kode bahwa dirinyalah yang pantas dan siap selalu di sisi Jimin namun sialnya,,,,,,
"Aku terlalu mencintainya, semakin aku menjauh semakin rasa itu membesar, semakin aku ingin melupakan semakin aku susah melepasnya, aku payah aku bodoh Je! " Jimin histeris tak sanggup lagi menahan isi hatinya, Jimin meremas kuat dada yang di tutupi dengan sweater biru itu.
"Sudah mine ada aku, kau bisa selalu menjadikan ku rumah mu ya, dan aku akan membantu mu untuk melupakan pria baj*ngan itu" Jaemin mendekap erat tubuh rengkuh Jimin yang masih bergetar.
"Tak akan ku biarkan Mine ku terluka lagi dan akan ku pastikan Mine ku akan menjadi milik ku Yoongi! "
. . .
Jimin dan Yoongi datang berbarengan mereka tak sengaja berpapasan di depan pintu masuk dorm, Jimin dengan mata yang masih agak sembab mencoba tidak melihat Yoongi yang kini menatapnya dengan intens.
"Apa yang salah dengan mu? " Jimin tidak menjawab walau sedikit terkejut dengan Yoongi yang tiba tiba berbicara.
Dengan cepat Jimin meninggalkan Yoongi di tempat, Yoongi sedikit merasa aneh Jimin berubah menurut nya mungkin juga karna dia, Yoongi keras Kepala tapi dia tidak bodoh untuk tidak melihat perubahan Jimin.
. . .
Di setiap harinya hampir sudah satu bulan semejak Jimin merilis albumnya bersama Jaemin, Yoongi merasakan perubahaan yang begitu besar, Jimin bukan Jimin yang ia kenal, Jimin setelah menghabiskan waktu di luar bersama Jaemin, bahkan semua member tidak ada yang mempermasalahkannya tapi yoongi(?) Dia malah marah.
Saat mereka selalu berpapasan, Jimin pasti yang paling pertama menghindar Jimin sudah merasakan hatinya mulai memilih berkat Jaemin, Jimin juga akhir akhir ini selalu tersenyum dan tidak ada lagi kesedihan.
"Rasanya bahagia bukan bersama dengan orang yang tepat? " Jungkook memulai pembicaraan untuk memecahkan keheningan di sore ini.
"Ya, tapi aku masih ragu dengan perasaan ku pada Jaemin Kook, Yoongi masih saja menjadi bayang bayang di dalam hidup ku Kook seolah olah Yoongi tidak boleh ku lepaskan, aku membenci ini Kook benci saat aku di dekat Jaemin namun pikiran ku masih berkelana mencari sosok seperti Yoongi, aku membenci diriku sendiri Kook, aku sangat merasa bersalah pada Jaemin" Jimin menatap kosong ke arah depan sembari bibir plumnya berbicara dengan helaan nafas berat.
Jungkook hanya bisa terdiam mengingat dirinya juga tidak bisa lepas dari sosok Taehyung, jungkook lebih membenci dirinya sendiri karna masih menaruh rasa pada taehyung yang jelas jelas sudah memiliki kekasih.
"Kau boleh membenci dirimu tapi tidak untuk pria itu hyung, dia bahkan tak pantas menjadi orang yang kau cintai hyung, berpikirlah sejenak yakinkan hatimu untuk memilih orang yang tepat! " Usai mengatakan itu Jungkook pergi meninggalkan Jimin yang kembali termenung sesuai menoleh ke arah jungkook.
"Mau sampai kapan aku begini? " Jimin menenggelamkan wajahnya dengan jari jemarinya menangis tanpa bisa bersuara itu menyakitkan.
. . .
Tbc